Berita Nasional Terkini

Waspada Cuaca Ekstrem Pada Natal dan Tahun Baru 2023, BMKG: 12 Provinsi Wajib Siaga, Termasuk Kaltim

Waspada! Cuaca ekstrem diperkirakan terjadi pada natal dan tahun baru 2023, termasuk terjadi di Kalimantan Timur.

PEXELS.COM/Loonie Loveloonies via Tribunnews
Ilustrasi hujan petir dan angin kencang. Berikut ini sejumlah provinsi yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem pada natal dan tahun baru 2023. 

TRIBUNKALTIM.CO - Waspada cuaca ekstrem terjadi di akhir tahun 2022, diperkirakan terjadi pada Natal dan Tahun Baru 2023.

Bahkan, BMKG merilis sejumlah daerah yang harus siaga terkait dengan cuaca ekstrem pada Nata dan Tahun Baru 2023.

Salah satu provinsi yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem yakni Kalimantan Timur (Kaltim).

Cuaca ekstrem berpotensi mengakibatkan terjadinya angin kencang, hujan lebat, dan petir yang dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, serta gelombang tinggi di perairan laut.

Peringatan untuk waspada dan siaga ini diungkapkanĀ Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Logo BMKG
Logo BMKG (BMKG)

Dwikora menyatakan, terdapat potensi cuaca ekstrem terjadi di sejumlah provinsi selama masa libur Natal dan tahun baru 2023.

"Perlu kami sampaikan adanya potensi cuaca ekstrem pada saat mudik Natal dan tahun baru sampai arus balik," kata Dwikorita dalam konferensi pers, Selasa (20/12/2022) malam.

BMKG memprediksi cuaca ekstrem berpotensi terjadi di sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, dan Papua pada tanggal 21-23 Desember 2022.

Baca juga: Cuaca Berau Besok, Waspada Hujan Petir Melanda Mulai Sore hingga Malam Hari

Kemudian, pada tanggal 24 Desember 2022, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di sebagian wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Selatan.

"Jadi (tanggal) 24 ada 3 provinsi (yang harus siaga), tanggal 21-23 ada 12 provinsi," ujar Dwikorita, seperti dilansir dari Kompas.com.

Ia mengatakan, prakiraan yang lebih detail hingga tingkat kecamatan dapat diakses melalui situs signature.bmkg.go.id.

Dwikorita pun menjelaskan bahwa potensi cuaca ekstrem ini dipicu oleh empat anomali cuaca yang terjadi berbarengan, yakni peningkatan aktivitas monsoon Asia.

Kemudian, semakin intensifnya seruakan dingin Asia, adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah, serta terpantaunya aktivitas gelombang atmosfer.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Hantui Libur Natal dan Tahun Baru 2023, BMKG Sebut Daftar Daerah yang Harus Siaga

"Bersamaannya empat aktivitas tersebut maka dikhawatirkan atau berpotensi mengakibatkan cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia, terutama bagian selatan Indonesia sampai juga bagian tengah dan timur," kata Dwikorita.

Lebih lanjut, Dwikorita juga mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia sedang memasuki puncak musim hujan sehingga ada beberapa provinsi yang berpotensi mengalami hujan lebat pada periode 25 Desember 2022-1 Januari 2023.

Ia menyebutkan, ada 11 provinsi yang berpotensi mengalami hujan lebat hingga sangat lebat bahkan dapat menjadi ekstrem, yakni Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Sedangkan, ada sembilan provinsi yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada periode yang sama, yaitu Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Berdasarkan prakiraan cuaca tersebut, BMKG meminta semua pihak terkait untuk melakukan mitigasi demi mencegah terjadinya bencana akibat cuaca ekstrem.

Penjelasan BMKG soal Gempa Besar dan Tsunami 20 Desember 2022-23 Januari 2023

Baca juga: Cuaca Bontang Hari Ini, Waspada Berpotensi Hujan Lebat di Waktu Malam

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait ramainya infomrasi soal perkiraan gempa dan tsunami besar yang akan terjadi antara pertengahan Desember 2022 hingga Januari 2023.

Sebelumnya di media sosial, ramai beredar unggahan soal perkiraan gempa dan tsunami besar yang akan terjadi antara pertengahan Desember 2022 hingga Januari 2023.

Unggahan itu salah satunya diunggah akun Facebook, Sabtu (17/12/2022).

Dituliskan bahwa titik kejadian masih belum diketahui secara pasti.

"Perkiraan Gempa dan Tsunami besar terjadi antara 20 Desember 2022 sd 23 Januari 2023. Titik kejadian belum diketahui krn ada 18 titik potensi, sesuai BMKG. Semua daerah siaga. Dan berdoa semoga Allah SWT melindungi kita semua dr marabahaya & malapetaka. Perkuat IRON DOME," demikian narasi yang dituliskan pengunggah.

Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana menegaskan bahwa informasi perihal perkiraan gempa dan tsunami besar tersebut tidak berdasar.

Baca juga: Cuaca Penajam Paser Utara Hari Ini, Waspada Hujan Petir Bakal Terjadi di Waktu Malam

"Dasarnya tidak jelas," ungkap Taufan, ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu siang.

Seperti dilansir dari Kompas.com, pihaknya menegaskan, hingga saat ini belum ada teknologi di dunia yang mampu memprediksi secara tepat terjadinya gempa.

Baik itu mengenai lokasi, tanggal, menit, maupun detiknya.

Namun demikian, BMKG mengingatkan bahwa Indonesia berada di daerah lempeng aktif gempa bumi.

"Sehingga potensi-potensi tersebut memungkinkan untuk terjadi. Kewaspadaan, kesiapan, hingga mitigasi kebencanaan jelas sangat diperlukan. Mari berbenah dalam semua aspek," tandasnya.

Belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa dihubungi terpisah beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono juga menegaskan hal yang sama.

Baca juga: Cuaca Samarinda Hari Ini, Waspada Hujan Turun di Waktu Malam

Menurutnya belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa.

"Hingga saat ini belum ada teknologi dan sains yang mampu memprediksi dengan akurat kapan, di mana, berapa besar gempa akan terjadi," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Rabu (23/11/2022).

Daryono mengungkapkan, terjadinya gempa merupakan proses fisis berupa patahan batuan kulit bumi.

Pada suatu kondisi, lanjut dia, batuan atau kulit bumi itu tidak mampu menahan lagi dorongan sehingga terbangun dan bebatuan tidak bisa lentur lagi.

"Kemudian mengalami dislokasi dengan tiba-tiba sehingga terjadilah patahan yang kemudian memancarkan gelombang seismik atau gelombang gempa," jelas Daryono.

Gempa bumi tidak dapat diprediksi

Baca juga: Cuaca Samarinda Hari Ini, Waspada Hujan Turun di Waktu Malam

Dilansir dari Survei Geologi Amerika Serikat, usgs.gov, gempa bumi tidak dapat diprediksi.

Dituliskan bahwa, baik USGS maupun ilmuwan lain, tidak pernah bisa meramalkan gempa besar.

"Kami tidak tahu caranya (memprediksi gempa), dan kami tidak berharap untuk mengetahui caranya kapan pun di masa mendatang," tulis USGS.

Ilmuwan USGS hanya dapat menghitung probabilitas bahwa gempa bumi yang signifikan akan terjadi di area tertentu dalam beberapa kisaran tahun tertentu.

Fokus mitigasi Menurut USGS, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan sebelum merilis prediksi gempa, yakni tanggal dan waktu, lokasi, dan magnitudo atau besarannya.

Namun, ketiga hal tersebut sulit dibaca menjelang gempa terjadi.

Beberapa dekade lalu, metode prediksi seperti itu pernah diterapkan di China.

Akan tetapi, gempa bumi besar justru datang tanpa didahului rentetan gempa kecil.

USGS akhirnya memfokuskan upayanya pada mitigasi bahaya gempa bumi jangka panjang dan dengan membantu meningkatkan keamanan struktur, daripada mencoba mencapai prediksi jangka pendek. (*)

Berita Prakiraan Cuaca

Berita Nasional Terkini Lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved