Berita Nasional Terkini
Soroti Polemik Perppu Cipta Kerja, Rocky Gerung: Substansi dari Kepentingan Buruh Diabaikan
Pengamat politik Rocky Gerung soroti polemik Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) tentang Cipta Kerja (Ciptaker).
Penulis: Amilia Lusintha | Editor: Amilia Lusintha
Seperti diketahui, dalam keterangan pers Andi Gani, Selasa (3/1/2023), menyebut bahwa buruh mendukung langkah pemerintah dalam pembahasan Perppu Cipta Kerja sebelum diterbitkan oleh Presiden Jokowi.
Tetapi, saat Perppu Cipta Kerja telah diterbitkan, rupanya tidak sesuai dengan usulan dari para buruh kepada pemerintah.
Atas dasar itu, dalam keterangan pers Andi Gani berupaya untuk menyampaikan usulan kepada pemerintah terkait formulasi pengupahan dalam Perppu Cipta Kerja.
"Kalau Said Iqbal atau Andi Gani bilang akan dinegosiasi ulang pada pemerintah, prinsipnya sama saja,"
"Artinya substansi dari kepentingan buruh memang akan diabaikan," ujar Rocky Gerung.
Baca juga: Megawati Akan Umumkan Capres PDIP, Rocky Gerung: Bu Mega Pastikan Tolak Masa Perpanjangan Presiden
Sementara itu, Rocky Gerung mengkritik cara berpikir pimpinan buruh yaitu adanya Perppu Cipta Kerja merupakan keinginan Presiden sebagai aktor politik sekaligus orang yang diasuh oleh kapitalis.
"Buruh jangan juga dimanipulasi suaranya hanya untuk kepentingan diplomasi dari tokoh-tokoh politik," kata Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung, pemimpin buruh sewaktu-waktu akan diminta pertanggungjawaban dari kepentingan buruh sendiri.
"Lalu para pemimpin buruh ini bubar, karena gak dipercaya lagi oleh buruh," komentar Rocky Gerung.
Melanjuti itu, Rocky Gerung singgung nama aktivis Jumhur Hidayat.
Dalam tayangan Rocky Gerung, Hersubeno Arief menyebutkan bahwa sejak awal Jumhur Hidayat telah menolak adanya Perppu Cipta Kerja.
"Jumhur Hidayat mau memimpin buruh itu di dalam keadaan real, bukan keadaan negosiasi," kata Rocky Gerung.
Lebih lanjut, Rocky Gerung mengatakan bahwa dirinya mendukung aksi Jumhur Hidayat.
Rocky Gerung tegur Saiq Iqbal dan Andi Gani untuk melakukan sesuatu yang membuat mereka diingat secara historis sebagai pejuang buruh.
"Bukan petugas diplomatik untuk kepentingan elite dari pimpinan buruh," lanjut Rocky Gerung. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.