Berita Berau Terkini

Perluas Lahan Kakao di Berau Jangan Sampai Beralih Fungsi

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini, berharap kepada para petani komoditas kakao di Kabupaten Berau untuk tidak beralih fungsi lahan

Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.co/Nita Rahayu
Kepala Dinas Perkebunan, Lita Handini, menyatakan, Panen kakao menjadi banyak yang rusak dan busuk. Hingga akhirnya beralih menjadi komoditas sawit, Jumat (17/2/2023).  

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Berau, Lita Handini, berharap kepada para petani komoditas kakao di Kabupaten Berau untuk tidak beralih fungsi lahan menjadi komoditas lain.

Dijelaskannya, sebanyak 17 kampung sudah ditetapkan sebagai sentra perkebunan kakao sejak 2017 lalu.

Hanya saja banyak kampung yang beralih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit.

Lantaran lebih mudah dibudidayakan. Targetnya tahun ini ada perluasan lahan komoditas kakao di Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Baca juga: 15 Ton Biji Kakao Unggulan Berau di Ekspor ke Amerika Serikat

“Seperti di Tumbit, sebelumnya menjadi daerah pengembangan komoditas kakao karena memiliki lahan perkebunan yang luas di sana. Tapi, karena sering banjir banyak pohon kakao yang mati,” ungkapnya kepada TribunKaltim.co, Jumat (17/2/2023).

Panen kakao menjadi banyak yang rusak dan busuk. Hingga akhirnya beralih menjadi komoditas sawit. Yang dulunya kakao menjadi primadona, sekarang sudah hilang. Tersisa sekitar 5 hektare saja.

Kendati demikian, pihaknya, memiliki wilayah pengembangan lain. Seperti, Long Lanuk, Inaran, Lesan Dayak, Nyapa Indah, Merasa, Birang, Gurimbang, Suaran, hingga Sukan Tengah.

Beberapa kampung yang tergerak untuk menanam kakao dan sudah mulai terlihat perkembangannya, yakni Lesan Dayak, Nyapa Indah dan Long Lanuk.

Baca juga: 6 Khasiat Bubuk Kakao Bagi Kesehatan Tubuh, Diantaranya Dapat Meningkatkan Suasana Hati

Pihaknya melihat ada nilai keseriusan para petani di sana untuk menanam kakao. Bahkan biji kakao fermentasi yang berasal dari Nyapa Indah berhasil menjadi juara satu ditingkat nasional.

“Makanya, kami akan terus mendukung apa yang menjadi kebutuhan para petani. Karena kakao di Berau juga sedang menjanjikan,” ucapnya.

Sejauh ini yang terluas berada di Kecamatan Sambaliung, lahannya 467,1 hektare.

Padahal sebelumnya hanya sekitar 200 hektare saja dari total keseluruhan lahan kakao di Berau 1.003,80 hektare pada 2022.

Salah satunya Kampung Suaran memiliki lahan sekitar 300 hektare perkebunan kakao. Kemungkinan jika pengembangan terus dilakukan bisa mencapi 500 hektare pada petani yang eksis.

“Ekpor 15 ton yang kita lakukan beberapa waktu lalu sebagian besar berasal dari Suaran,” bebernya.

Disusul Kecamatan Gunung Tabur dengan 139 hektare, Kelay 128 hektare, Segah 126 hektare, Teluk Bayur 36,5 hektare, Biatan 32 hektare, Tabalar 30 hektare, Pulau Derawan 26 hektare, Talisayan 18 hektare, dan Batu Putih 11 Hektare.

Baca juga: Petani Kampung Merasa di Berau Inginkan Alat Pengolahan Biji Kakao untuk Tingkatkan Produksi

Adapun prediksi panen dalam satu hektare bisa mencapai 900-1.000 ton per tahun. Meski diakuinya masalah kakao ini kompleks.

Ada pengaruh komoditas sawit juga selain pengaruh kelembaban dan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) tanaman kakao itu sendiri. Sementara, sesuai arahan Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkebunan, panen kakao diharapkan mencapai 1.500 ton per hektare per tahun.

Meksi dengan luasan yang terbatas, Lita berharap, petani kakao mampu menghasilkan kakao premium dengan harga yang menguntungkan ditingkat petani.

Beberapa hal yang bisa dilakukan seperti, menggunakan teknologi yang tepat guna untuk penanganan OBT dan jamur, rehab peremajaan tanaman yang rusak hingga menghasilkan produk kakao yang sesuai permintaan pasar.

Ilustrasi pohon kakao
Ilustrasi pohon kakao (HO/Pemdes Karangan Ilir)

“Sekarang harga kakao sedang bagus, Rp 40 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya hanya Rp 27 ribu saja. Permintaan pasar yang tinggi membuat persaingan harga antar komoditas,” jelasnya.

Besar harapan kampung yang ada bisa terus mengembangkan kakao dan konsisten mempertahankan lahannya.

Dibeberkannya, beberapa kampung yang tidak mungkin untuk mengembangkan sawit dipastikan bisa konsisten.

Seperti, Long Lanuk, Inaran dan Merasa. Ke depan akan diarahkan menjadi petani mandiri seperti sawit.

“Tapi kami akan tetap memberikan pendampingan kalau mereka membutuhkan bantuan. Nyapa Indah tahun lalu juga sempat meminta bantuan pupuk. Serta, Suaran meminta bantuan lantai jemur dan bibit,” paparnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved