Mata Lokal Memilih
Sisi Negatif Bajak Membajak Kader Disinggung, Hasto Ungkap Alasan PDIP Ogah Gabung Koalisi Perubahan
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkap alasan partainya enggan gabung dengan koalisi perubahan yang terdiri dari NasDem, PKS, Demokrat
Potensi keterpilihan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menurun signifikan hingga 3,4 persen, dari 16,5 persen pada survei Oktober.
Jika dikalkulasikan, Ganjar memiliki selisih elektabilitas dengan Prabowo sebanyak 7,2 persen dan berjarak 12,2 persen dengan Anies.
Selain tiga nama itu, survei juga memetakan sejumlah sosok lain di bursa capres.
Berikut selengkapnya:
Ganjar Pranowo: 25,3 persen
Prabowo Subianto: 18,1 persen
Anies Baswedan: 13,1 persen
Ridwan Kamil: 8,4 persen
Sandiaga Uno: 1,6 persen
Andika Perkasa: 1,6 persen
Agus Harimurti Yudhoyono: 1,3 persen
Tri Rismaharini: 1 persen
Baca juga: PKS Pastikan Dukungan ke Anies Baswedan Jadi Capres di Pilpres 2024, Meski Cawapresnya Bukan PKS?
Bursa cawapres
Di bursa cawapres, ada tiga nama yang mencatatkan elektabilitas tinggi yakni Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan Anies Baswedan.
Elektabilitas Sandiaga berada di urutan pertama dengan angka 12,4 persen.
Angka tersebut meningkat 1,8 persen dibanding survei sebelumnya.
Pada Oktober 2022, elektabilitas Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu tercatat sebesar 10,6 persen.
Di posisi kedua, ada Ridwan Kamil yang mencatatkan tingkat elektoral 10,1 persen.
Elektabilitas Gubernur Jawa Barat itu turun sebesar 1,4 persen, setelah pada Oktober 2022 memperoleh angka 11,5 persen.
Sementara itu, elektabilitas Anies Baswedan sebagai cawapres berada di urutan ketiga dengan raihan angka 6 persen.
Angka itu menunjukkan penurunan sebesar 3,3 persen dibandingkan survei sebelumnya di angka 9,3 persen.
Selain ketiga nama itu, ada sejumlah nama lainnya yang disebut-sebut layak sebagai cawapres mendatang.
Berikut selengkapnya menurut hasil survei terbaru Litbang Kompas:
Sandiaga Uno: 12,4 persen
Ridwan Kamil: 10,1 persen
Anies Baswedan: 6 persen
Ganjar Pranowo: 5,9 persen
Prabowo Subianto: 3,8 persen
Agus Harimurti Yudhoyono: 3,7 persen
Erick Thohir: 3,1 persen
Tri Rismaharini: 2,6 persen
Puan Maharani: 1,7 persen
Mahfud MD: 0,9 persen
Pendukung Anies
Survei secara khusus juga memetakan angka kepuasan responden pendukung Anies Baswedan terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Hasilnya, sebanyak 52,2 persen pendukung Anies mengaku tidak puas dengan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Lalu, sebanyak 47,8 persen menyatakan puas.
Menurut tim Litbang Kompas, hasil survei ini mencerminkan kecenderungan bahwa penilaian publik terhadap kinerja pemerintah masih terikat kuat pada preferensi politik, terutama pada sikap dukungan kepada Jokowi.
"Para pendukung sosok capres yang dinilai menjadi bagian dari oposisi pemerintah cenderung menyatakan angka ketidakpuasan yang lebih besar. Begitu pula sebaliknya," tulis Litbang Kompas.
Selain Anies, survei secara khusus juga memetakan pendapat responden pendukung Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan kalangan partai oposisi.
Hasilnya, sebanyak 56,65 persen pendukung AHY mengaku puas dengan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.
Penilaian terhadap kinerja pemerintah yang hampir sama pun terbaca pada pendukung Ridwan Kamil di mana sebanyak 55,9 persen massa Gubernur Jawa Barat itu mengaku puas dengan kinerja Jokowi-Ma'ruf.
Di sisi lain, mayoritas pendukung tokoh-tokoh yang berada di kalangan pemerintah juga mengaku puas dengan kinerja Jokowi dan Ma'ruf.
Misalnya, sebagian besar pemilih Ganjar Pranowo (80,3 persen) menyatakan puas dengan kinerja pemerintah.
Ganjar merupakan representasi dari PDI-P, partai penguasa saat ini.
Kolega Ganjar di PDI-P, Tri Rismaharini, mayoritas pendukungnya (69,2 persen) juga mengapresiasi kinerja pemerintah.
Kondisi itu juga berselaras pada pemilih Prabowo Subianto ataupun Sandiaga Uno yang notabene merupakan saingan Jokowi dalam pemilihan presiden sebelumnya.
Survei menunjukkan, sekitar 68,3 persen pendukung Prabowo menilai positif kinerja pemerintah.
Begitu pula 75 persen pendukung Sandiaga yang berpandangan serupa.
"Bergabungnya kedua tokoh tersebut dalam jajaran menteri kabinet, sebagai bagian dari pemerintahan, membuat para pendukungnya pun tidak lagi cukup kritis menilai pemerintah," tulis Litbang Kompas. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.