TRlBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menyampaikan kasus campak pada bulan November dan Desember 2022 mencapai 52 orang. Meskipun masih dalam bentuk suspek, hal tersebut dinilai masuk dalam kejadian luar biasa (KLB) di wilayah Kutai Timur.
Hal itu dikarenakan lantaran Covid-19, pemberian imunisasi campak terhadap balita agak terbengkalai. "Karena Covid-19, yang harusnya terjadwal imunisasi campak, jadi tertunda, makanya dugaannya mungkin karena Covid-19 kasus campak meningkat," ungkap Kepala Dinkes Kutim, Bahrani Hasanal saat ditemui Tribunkaltim.co di ruangannya, Kantor Dinkes Kutim, Kawasan Perkantoran Bukit Pelangi, Sangatta, Selasa (14/3).
Kemudian, pada sampai dengan bulan Maret 2023 ini, kasus suspek campak menurun mencapai 38 orang. Kata dia, baru saja datang hasil suspek awal dari 52 orang diduga campak, ternyata hanya 19 orang yang mengalami positif campak.
Pasalnya, proses pengujian sample penyakit campak dilakukan di Jakarta karena alat-alat yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga memerlukan waktu yang cukup lama."Hasil uji sample campak baru datang ternyata ada 19 positif campak, yang sisa sample lainnya masih dipending," ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya akan menggelar vaksin campak Outbreak Response Immunization (ORI), vaksin masal di beberapa tempat. Dimana sasarannya untuk balita usia 9 sampai dengan 59 bulan baik yang sudah vaksin lengkap atau belum lengkap.
Sementara ini, kasus campak banyak terdapat di 3 desa diantaranya Desa Sangatta Selatan, Sangatta Utara dan Teluk Lingga. Adapun total sasaran 2.683 anak."Kami akan melakukan vaksinasi campak ORI untuk di 3 desa, vaksin tersedia 100 an lebih, dimana 1 vial untuk 8 orang," bebernya.
Sebelumnya, untuk kasus di tahun 2022 kemarin, pihaknya telah melakukan upaya pengobatan dan isolasi. Namun hingga Februri 2023 ini kasus campak masih bertambah. Oleh sebab itulah, Dinkes Kutim akan menggelar vaksinasi campak ORI.
Sementara itu, suspek campak di Provinsi Kalimantan Timur mencapai 95 kasus dalam tiga bulan terakhir. Dinas Kesehatan Kaltim sendiri juga sudah mengirim sample ke Kemenkes RI. Diketahui, Kemenkes RI sudah mengumumkan status kejadian luar biasa (KLB) campak di beberapa wilayah Indonesia.
Data Kemenkes RI, penyakit campak diduga tengah mengalami kenaikan di 31 provinsi. Sampai saat ini, pihak Dinkes Kaltim mendata terdampat 95 kasus suspek campak.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin menyampaikan peningkatan kasus campak terjadi pada anak selama tiga bulan terakhir. "Kasus campak terjadi di sejumlah wilayah, terutama di minggu kedua ini meningkat dari 19 kasus suspek menjadi 95 kasus suspek," terang dr Jaya, Rabu (8/2).
Pihaknya dalam memastikan temuan kasus suspek tersebut, juga telah mengirimkan sampel darah pasien ke Kemenkes RI guna diperiksa lebih lanjut.Meski, belum terdapat hasil pemeriksaan dari pusat terkait pasien-pasien di Kaltim apakah positif campak. "Kita terus waspada, termasuk telah mengirim sampel ke Jakarta," tegas dr Jaya.
Upaya lain pihaknya kata dr Jaya, mendorong posyandu-posyandu kembali aktif melakukan vaksinasi. Dinkes Kaltim tetap meminta para orang tua bisa segera memberikan vaksinasi secara lengkap.
Mulai dari imunisasi dasar sejak balita, agar ke depan kesehatan anak-anak mereka dapat terjaga dengan baik dan terhindar dari campak. "Cakupan vaksinasi campak di Kaltim sudah diatas 80 persen sebetulnya," pungkasnya. (m03/uws)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.