Opini
Warna Baru Pendidikan Indonesia dan Implementasinya
Dukungan dari sekolah serta pendampingan yang masih kurang maksimal, menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pengimplementasian Kurikulum Merdeka.
Oleh: Yanuarika Wulan Rahmadhani
Guru SMP Evans Indonesia
Pandemi Covid 19 sempat menjadi masalah serius bagi seluruh negara di dunia. Banyak sektor yang harus menata kembali sistem supaya dapat berjalan normal. Termasuk pendidikan.
BERDASARKAN riset yang dilakukan oleh Kemdikbud yang memboyong kurang lebih 2.500 sekolah penggerak, didapatkan hasil bahwasanya sekolah yang masih menggunakan kurikulum 2013 mengalami learning loss hampir 90 persen selama pandemi. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi diantaranya adalah lokasi, jangkauan internet dan media pembelajaran yang kurang memadai digunakan untuk pembelajaran daring.
Alternatif Baru
Nadiem Makarim mengusung Kurikulum Merdeka sebagai alternatif untuk membenahi learning loss. Secara umum, kurikulum ini mengusung konsep pembelajaran beragam yang mana konten akan lebih dioptimalkan sehingga siswa dapat memiliki waktu cukup untuk mengeksplorasi pembelajaran serta guru lebih leluasa mengajarkan materi sesuai dengan kebutuhan siswa-siswinya.
Survei awal implementasi kurikulum ini dilakukan pada sekolah penggerak dilanjutkan sosialisasi serta penerapan secara bertahap pada sekolah di seluruh Indonesia. Penerapan Kurikulum Merdeka ini disesuaikan dengan keadaan setiap sekolah.
Ada tiga jenis tipe penerapannya, yaitu merdeka belajar, merdeka berubah, dan merdeka berbagi. Perbedaan yang mendasar diantara ketiga tipe ini adalah prosentase penerapan kurikulum ini pada setiap sekolah. Kurikulum Merdeka menawarkan sistem yang dianggap lebih sederhana, student centre, lebih interaktif, serta berfokus pada materi esensial dan minat bakat peserta didik.
Harapan & Implementasi
Paradigma ganti menteri ganti kurikulum seperti sudah mewabah di dunia pendidikan kita. Padahal, bukan hal yang buruk apabila dunia pendidikan kita membuat inovasi-inovasi yang berlandaskan pada kebutuhan. Salah satunya melalui Kurikulum Merdeka. Meskipun perubahannya menukik tajam, akan tetapi menawarkan sistem yang lebih sederhana, terstruktur, beresensi dan tujuan yang jelas.
Penerapan di tengah ketidakstabilan yang berdampak karena pandemi bukanlah hal yang mudah, akan tetapi bukan berarti tidak bisa. Selain membantu membenahi learning loss, kurikulum ini juga membawa harapan dapat memberi ruang lebih untuk siswa bereksplorasi dan mengolah minat serta bakat mereka dengan maksimal. Dengan sedikit memberi warna baru dalam kegiatan belajar mengajar ini, apakah implementasi dan harapan penerapan berbanding lurus?
Implementasi Kurikulum Merdeka dalam waktu yang tidak luas menjadi tantangan sendiri untuk para pendidik dan lain sebagainya. Sebagian besar sekolah yang menerapkan kurikulum ini baru menerapkan secara sebagian. Masih banyak guru yang belum menguasai perubahan kurikulum dengan baik.
Selain itu, beberapa guru menganggap bahwa pelatihan pengimplementasi Kurikulum Merdeka kurang maksimal. Contohnya karena pelatihannya hanya dilaksanakan selama satu hari dari pagi sampai malam dan banyak materi yang tidak terserap dengan baik. Padahal, menurut mereka skema pelatihan oleh pemerintah pusat sudah dirancang dengan baik. Akan tetapi penerapannya masih kurang memuaskan. Dukungan dari sekolah serta pendampingan yang masih kurang maksimal juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pengimplementasian Kurikulum Merdeka.
Berbagai kendala yang dihadapi dalam mengimplentasikan Kurikulum Merdeka ini merupakan salah satu dari serentetan proses penerapan yang maksimal. Artinya, kita masih memliki waktu yang bisa digunakan untuk pemaksimalan implementasi kurikulum pada satuan pendidikan.
Usaha Pengoptimalan
Walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, pengoptimalan kurikulum ini dapat dilakukan apabila semua elemen saling mendukung satu sama lain. Bisa dimulai dari hal yang paling sederhana seperti pengevaluasian rutin oleh sekolah di waktu tertentu supaya dapat mengerti dan memahami sejauh apa penerapan Kurikulum Merdeka, sehingga dapat menentukan sikap apa yang harus diperbaiki dan ditingkatkan. Selain itu, juga dapat dengan memaksimalkan sumber daya yang ada di sekitar untuk mendukung proses pembelajaran menggunakan Kurikulum Merdeka.
Pemerintah juga dapat melakukan pembinaan kepada guru dan kepala sekolah secara bertahap sehingga pembinaan dapat terlaksana secara maksimal. Pengkajian faktor hambatan internal dan eksternal seperti jangkauan internet dan sejenisnya juga perlu dilakukan untuk mengoptimalisasi tindak lanjut pengimplementasiannya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mentalisasi kita dalam dunia pendidikan yang terbuka pikirannya untuk menerima setiap inovasi dan perubahan positif.***
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.