Berita Regional Terkini

3 Pendekatan Solusi Bagi Papua ala Dosen, Gerakan KKB Akhir-akhir Ini Skalanya Semakin Masif

Dia mengemukakan bahwa tahun 2016 menjadi tahun dimana pemerintah gencar melakukan pembangunan di tanah Papua.

Editor: Budi Susilo
YouTube FPCI UMY
Dialog Papua damai yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan tajuk Aksi Kekerasan dan Terorisme Kelompok Separatis di Papua, Senin (17/4/2023). 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Berikut ini ada penjelasan 3 pendekatan dalam hal mencari solusi bagi kedamaian di Papua.

Hal ini dijelaskan oleh seorang pengajar di perguruan tinggi Universitas Gajah Mada.

Sang dosen menilai, gerakan KKB akhir-akhir ini terlihat skalanya semakin masif.

Seperti apa penjabaran lengkapnya, berikut ini penjelasannya, simak disini yang mengutip dari Tribunnews.com dengan judul Peneliti UGM: Motif Separatisme KKB Semakin Sporadis Sejak Pemerintah Gencar Membangun Papua.

Baca juga: Jejak Kekejian Pentolan KKB Papua Egianus Kagoya, Bantai Pekerja Hingga Tentara

Peneliti sekaligus dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Gabriel Lele menyatakan bahwa bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) semakin bergeliat bahkan sporadis sejak tahun 2016.

Dia mengemukakan bahwa tahun 2016 menjadi tahun dimana pemerintah gencar melakukan pembangunan di tanah Papua.

Hal itu disampaikannya pada dialog yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Chapter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan tajuk Aksi Kekerasan dan Terorisme Kelompok Separatis di Papua, Senin (17/4/2023).

“Motif separatis menjadi motif utama dan eskalasi motif separatis mulai menaik sangat signifikan sejak tahun 2016. Mari kita rekleksikan ada apa di tahun 2016? Atau masa-masa setelah itu?,” tanya Gabriel kepada para audiens yang disiarkan langsung channel youtube FPCI UMY.

Baca juga: KKB Papua tak Peduli HAM, Legislator Senayan Sebut Teroris Pantas Dilumat dari Bumi Pertiwi

Gabriel menerangkan bahwa faktor Presiden Jokowi dikenal sebagai presiden paling sering ke Papua. Serta gencarnya langkah-langkah pembangunan dan percepatan infrasturuktur sedikit banyak memicu dan memcau gerakan separatis dan eskalasinya.

“Karena itu refleksi terdalamnya adalah bagaimana memosisikan hubungan antara tindak kekerasan dengan gerakan pembangunan. Apakah ini dapat meredam konflik atau memacu konflik lanjutan,” lanjut Gabriel.

Gabriel mengidentifikasi gerakan KKB akhir-akhir ini menampakkan skalanya yang semakin masif.

Kenekatan KKB semakin tinggi cenderung semakin percaya diri.

“Bagaimana tidak, 36 aparat TNI dan ini bukan dari unit sembarangan, unit Kopasus. kemudian diserang dan nasibnya belum jelas, konon ada 9 yang disandera KKB minta ditebus. Mudah-mudahan tidak ada eskalasi lebih lanjut,” jelas Gabriel.

Baca juga: Bergerak Dalam Senyap, TNI-Polri Serang Markas KKB Papua, Nasib Egianus Kogoya?

Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim peneliti UGM, Gabriel mengemukakan titik-titik sporadis KKB tidak hanya pos keamanan yang dijaga TNI dan Polri.

Tapi juga pemukiman warga sipil yang kerapkali dibakar KKB. Lebih miris lagi, ketika masyarakat sipil justru yang paling banyak menjadi korban meninggal akibat kebrutalan KKB.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved