Ramadhan 2023

Memaknai Hadis Bau Mulut Orang Berpuasa Lebih Harum dari Minyak Kasturi

Hadis ini memotivasi para pelaku puasa agar bersemangat dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, sebab bau mulut nya saja menarik.

|
Editor: Budi Susilo
HO/MUI Kaltim
H Ahmad Fauzi Abdurrahman LC, MH, Seketaris Komisi Dakwah MUI Kalimantan Timur. Menjelaskan, orang yang berpuasa Ramadhan disediakan berbagai macam keistimewaan, diantaranya adalah bau mulut nya yang lebih wangi disisi Allah dari bau minyak kasturi. 

Memaknai Hadis Bau Mulut Orang Berpuasa Lebih Harum dari Minyak Kasturi

Oleh: H Ahmad Fauzi Abdurrahman LC, MH

Seketaris Komisi Dakwah MUI Kalimantan Timur

 

Orang yang berpuasa Ramadhan disediakan berbagai macam keistimewaan, diantaranya adalah bau mulut nya yang lebih wangi disisi Allah dari bau minyak kasturi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam sahih-nya.

Hadis ini memotivasi para pelaku puasa agar bersemangat dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhan, sebab bau mulut nya saja menarik perhatian Allah.

Baca juga: Agar Kegembiraan di Hari Kemenangan Idul Fitri Bukan Semu

Secara harfiah, hadis ini juga mendorong untuk mempertahankan bau mulut saat sedang berpuasa. Yang menarik, apakah cukup dua pemaknaan tersebut untuk menjadi dasar dalam menjalani puasa dengan mulut yang berbau?

Hadis yang diriwayatkan Sayyidina Abu Hurairah itu dimaknai dua hal:

Pertama, bau mulut nya orang yang berpuasa Ramadhan lebih besar pahala nya dibanding besaran pahala memakai minyak kasturi untuk menghadiri shalat Jumat;

Kedua, bau mulut itu paling wangi di antara malaikat sama seperti wangi nya minyak kasturi diantara manusia. Kedua pemaknaan ini memperkuat anjuran mempertahankan bau mulut orang yang sedang berpuasa Ramadhan.

Perlu dipahami, hadis diatas tidak bisa dimaknai bahwa kita boleh menyengaja bau mulut itu dengan tidak membersihkannya, atau menggosoknya dengan anggapan semakin menyengat bau mulut, maka semakin besar pahala nya.

Baca juga: Mandi Sebelum Sholat Hari Raya Idul Fitri Adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, Ini Bacaan Niatnya

Kita perlu memilah dengan selektif, mana bau mulut yang disebabkan berpuasa dan mana bau mulut yang disebabkan bukan karena berpuasa.

Bau yang menempel di mulut karena bukan berpuasa contoh nya seperti bau mulut karena bangun tidur, atau setelah makan, atau karena diam lama tidak berbicara, yang tentu bukan merupakan bau yang layak untuk dipertahankan.

Para ulama fiqh telah memberi ukuran umum untuk memudahkan kita membedakan bau mulut yang disebabkan berpuasa atau bukan karena berpuasa.

Syaikh Ibrahim bin Ahmad al-Bajuri, ulama fiqh Syafi'iyah kenamaan abad 17 masehi, dalam Hasyiah-nya menegaskan makruh hukum nya menghilangkan bau mulut setelah tergelincirnya matahari (masuk waktu shalat Zuhur).

Baca juga: Soal Perbedaan Penetapan Idul Fitri 2023, Yaqut Cholil: Jaga Ketertiban dan Junjung Nilai Toleransi

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved