Opini
Tiga Perspektif Literasi Media dalam Menyambut Pilpres 2024: Cerdas Berkomentar dan Membagikan
Jelang Pilpres 2024 akan semakin banyak penggorengan isu, kepalsuan, dan perpecahan karena konten digital, apa yang harus serta dapat kita lakukan?
Oleh: Kevin Sanly Putera, M.I.Kom.
Jurnalis, Praktisi Media Sosial, Dosen Program Studi Strategic Communication Universitas Multimedia Nusantara Digital Learning (UDL), Balikpapan
------------------------------------------------------------------------------------------
Pemilihan presiden (Pilpres) 2024 sudah di depan mata.
Dinamika bakal calon, koalisi partai, dan pesan-pesan kampanye semakin kentara di media-media nasional.
Baik media massa ataupun sosial, pemberitaan tentang pergerakan politik Indonesia akan semakin meningkat, setidaknya hingga 100 hari pertama kepemimpinan Presiden RI yang baru.
Peran media sebagai corong informasi bagi masyarakat pun akan semakin besar.
Pemahaman bahwa media pewarta informasi haruslah objektif dalam mewartakan kebenaran akan diperhadapkan dengan sudut pandang kritis yang menggiring audiens untuk menyetujui atau menyangkal suatu isu.
Dengan asumsi bahwa akan semakin banyak penggorengan isu, kepalsuan, dan perpecahan karena konten digital, apa yang harus dan dapat kita lakukan?
Kita bisa menemukan rekam jejak digital pemberitaan tentang isu hoaks dalam isu pemerintahan dan politik Indonesia setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir ini.
Berita palsu dan menyesatkan itu bisa tergolong misinformasi (informasi yang keliru) atau disinformasi (informasi yang sengaja dibuat untuk menyesatkan).
Jelas bahwa misinformasi dan disinformasi berbeda dengan sentimen pribadi kita yang tersentil bila pasangan calon dukungan kita diberitakan secara negatif meski substansi informasinya benar.
Secara lebih spesifik, misinformasi dan disinformasi masih dapat dibagi lagi ke dalam tujuh jenis konten ‘bermasalah’:
Baca juga: Siapa yang Disukai Pemilih Wanita dan Pria di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo, Prabowo atau Anies?
(1) satir atau parodi, yang isinya untuk membodohi;
(2) false connections, saat judul, keterangan, atau gambar suatu berita tidak sesuai dengan isinya;
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.