Balita Positif Narkoba
Cerita Meli tentang Anak Balitanya Positif Narkoba di Samarinda, Berawal dari Cabut Uban Pelaku
Berikut ini cerita Meli tentang anak balitanya yang positif narkoba di Samarinda, berawal dari cabut uban pelaku.
Penulis: Briandena Silvania Sestiani | Editor: Rita Noor Shobah
"Tidak, sama kita juga, lagi makan snack, lalu minta air minum," jawab Meli.
Baca juga: 7 Gejala yang Dialami Balita di Samarinda Usai Diberi Minuman Air Campur Sabu
Air minum tersebut diakui Meli diambilkan langsung oleh TR.
"Karena saya bertamu ke rumah dia, anak saya haus dan minta minum jadi saya bilang, 'Nanti Budhe yang ambilkan' jadi tuan rumah sendiri yang mengambil botol itu, sisa setengah," terang Meli.
Meli mengatakan, tidak ada kecurigaan dari air minum yang diberikan kepada balitanya tersebut
"Botolnya tanggung, 600 ml, saya juga tidak ada kecurigaan, jadi tetangga saya yang mengambil botol itu sendiri," lanjut Meli.
Lanjutnya, keadaan botol minum tersebut normal dan tetangganya langsung membukakannya dan memberikan kepada balita itu.
Si balita meminumnya tetapi tidak samapi habis. Tidak ada menyebutkan ada rasa pahit atau lainnya saat meminum air tersebut.
Ia dan balitanya pun langsung pulang usai mencabut uban.
"Setelah minum, saya selesai cabut uban, langsung saya pulang, (anak) tetap aktif kayak biasa, saya pulang sekitar jam 5 lewat, sebelum maghrib," ucap ibu sang balita.
Baca juga: Tersangka yang Diduga Mencekok Balita Pakai Air Campur Sabu di Samarinda Terancam 10 Tahun Penjara
Tanda-tanda Aneh Sang Balita Usai Pulang dari Rumah Tetangga
Ia menemukan keanehan dari anaknya mulai pukul 8 malam hingga pagi hari. Tidak mau makan, minum, berkeringat berlebih, hingga tidak mau tidur.
"Keanehan pertamanya sekitar jam 8 (malam) itu saya tawarin makan nggak mau makan, mungkin saya pikir udah kenyang makan jajan, bekeringat terus, keringatnya bau, saya mikirnya gini, 'lho keringatnya kok bau? nggak pernah baunya begini' cuma saya mikir mungkin karena kebanyakan main," ungkap Meli.
"Sudah jam 9 malam kok anak saya nggak mau tidur juga, saya bilang yaudah biar aja sampai nanti jam 10 biar agak siang bangunnya. Sampai jam 10 nggak mau tidur saya paksa, menangis dia, karena saya nggak enak sama tetangga saya, rumah saya kan rumah kayu biasa dempet begitu kan, akhirnya saya ketiduran sampai jam setengah 1," lanjutnya.
Usai terbangun, Meli melihat anaknya masih belum tidur.
"Saya bangun kan, saya lihat anak saya masih main, becerita-cerita sendiri, celoteh sendiri, sambil kayak bersih-bersih kumpulin sampah di ambal," ungkap Meli.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.