Berita Bontang Terkini

Pembatasan Pakai Gas 3 Kg Bagi Pelaku Usaha di Bontang, Basri Rase Angkat Suara

Kebijakan pembatasan untuk pembelian gas elpiji 3 kilogram menuai keluhan dari sejumlah pelaku usaha kuliner di Bontang, Kalimantan Timur.

|
Penulis: Ismail Usman | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/ISMAIL USMAN
Stok tabung gas elpiji 3 kilogram yang kosong di agen PT Akawy, yang berlokasi di Jalan Pattimura, Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur. 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Kebijakan pembatasan untuk pembelian gas elpiji 3 kilogram menuai keluhan dari sejumlah pelaku usaha kuliner di Bontang.

Batasan pembelian gas elpiji 3 kilogram satu tabung dalam sehari disebut menyulitkan.

Pasalnya pelaku usaha kuliner atau pedagang makanan kesulitan karena tak memiliki stok gas jika ke habisan.

Sedangkan jika harus beralih ke gas elpiji non subsidi akan menambah beban modal produksi jualan.

Baca juga: Hari Raya Sudah Lewat, Kok Masih Sulit Didapat Ya, Gas 3 Kg Langka, Dengarlah Suara dari Dapur

Siswanto misalnya, pedagang bakso keliling ini mengaku harus menyetok minimal 2 tabung gas melon untuk antisipasi jika kehabisan.

Sebab pasokan gas di pangkalan tak selalu ada dan sulit didapat. Otomatis tidak mungkin, jika kehabisan gas, harus berhenti jualan sementara.

Belum lagi, kata pria berusia 39 tahun, tabung gas juga dipakai untuk keperluan dapur pribadi keluarga.

Namun semenjak ada pembatasan, Siswanto kesulitan mendapat stok tabung gas cadangan. Karena pembelian tabung gas hanya diperbolehkan satu hari sekali. Itupun tak selalu ready setiap harinya.

“Kalau tidak ada stok kan sulit. Misalnya gas saya tiba-tiba habis. Pas mau beli ternyata kosong. Masa harus stop jualan dulu dan harus nunggu besok. Ya rugi,” terangnya, Selasa (11/7/2023).

Siswanto berjualan dari jam 12 siang hingga Pukul 23.00 Wita malam.

Baca juga: Gas 3 Kg di Kukar Langka, DPRD Soroti Pengecer hingga Berkoordinasi dengan Polisi

Selama berjualan, kompor untuk pemanas kuah bakso selalu menyala dari buka hingga tutup. Kadang untuk satu tabung gas dipakai 1 hingga 2 hari.

Itu pun tak menentu, karena isi gas dalam tabung tidak merata. Ada yang full ada yang isinya sedikit dari pangkala.

“Kadang kalau hari ini tidak habis, besok siangnya habis. Kalau hbiskan jadi harus matikan kompor dulu baru pergi beli. Kalau pas misalnya stok lagi kosong masa stop jualan dulu,” bebernya.

Warga Bontang Selatan ini mengaku dirinya memiliki 4 tabung gas di rumah.

Dua tabung gas untuk dipakai di dapur pribadi, sementara sisanya dipakai buat di gerobak jualan.

Biasanya untuk menyiasati jika kehabisan gas, Siswanto harus memakai tabung gas di dapur pribadi keluarganya untuk dipakai jualan bakso.

“Jadi tiap hari saya pergi beli gas, kalau ada tabung kosong. Karena mau stok lebih tidak bisa, karena beli pakai KTP. cuman kalau sial, kadang pas pergi beli ternyata gas lagi kosong, jadi pakai yang di dapur biar tetap bisa jualan,” tandasnya.

Baca juga: Respon Warga Bontang soal Wacana Beli Gas 3 Kg Pakai E-KTP

Sebelumnya Pemkot Bontang telah melayangkan imbauan larangan penggunaan gas elpiji 3 kilogram bagi pelaku usaha.

Namun disebutkan, larangan itu berlaku bagi pelaku usaha yang memiliki omzet rata-rata diatas Rp 800 ribu.

Tim monitoring Pemkot Bontang belum lama ini menyita tabung gas dibeberapa pelaku usaha yang memiliki omzet diatas Rp 800 ribu.

Puluhan tabung gas melon itu kemudian ditukar ke tabung gas ungu berukuran 5 kilogram. Hal itu dilakukan untuk menekan kelangkaan tabung gas melon belakangan ini di Bontang. Pasalnya Pemkot menilai kelangkaan tabung melon disebabkan distribusi yang tidak tepat sasaran serta pengiriman stok yang telat dari Pertamina.

Saat dikonfirmasi, Wali Kota Bontang Basri Rase tak menyoalkan atas penggunaan gas elpiji 3 kilogram oleh pelaku UMKM.

Tetapi yang ditegaskan Basri, asal pelaku usaha tertib membayar retrebusi dan pajak ke pemerintah.

“Tidak masalah, karena kasihan juga kalau harus dipermasalahkan. Yang terpenting pelaku usaha tertib bayar pajak,” ungkap Basri.

Pajak retrebusi ini untuk kepentingan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bontang.

Ilustrasi pasokan tabung gas subsidi 3 Kg sedang habis.
Ilustrasi pasokan tabung gas subsidi 3 Kg sedang habis. (TRIBUNKALTIM.CO/ISMAIL USMAN)

Basri menyebut jika realisasi PAD Bontang 2023 ini masih jalan ditempat alias tidak meningkat.

Sehingga diharap, kesadaran pelaku usaha taat pajak bisa meningkatkan pertumbuhan PAD sesuai target yang ditetapkan Bapenda.

“PAD kita belum naik, sementara pertumbuhan pelaku usaha menunjukkan tren positif. Harusnyakan sejalan peningkatan PAD,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved