Berita Nasional Terkini

Ungkap Kejanggalan Kasus Tewasnya Pria Aceh, Inilah Sosok Mantan Komandan Paspampres Nono Sampono

Inilah sosok mantan Komandan Paspampres Nono Sampono, ungkap kejanggalan kasus tewasnya pria Aceh,

Editor: Doan Pardede
Kompas.com/Rahmat Rahman Parry
Wakil Ketua DPD RI yang juga Direktur Sedayu Sejahtera Abadi (SSA) Nono Sampono saat diwawancarai wartawan di kantor Gubernur Maluku, Selasa (10/3/2020). Berikut ini sosok Letjen TNI Marinir (Purn) Nono Sampono, eks Komandan Paspampres yang sebut kasus tewasnya Pria Aceh ada kejanggalan. 

TRIBUNKALTIM.CO - Inilah sosok mantan Komandan Paspampres Nono Sampono yang disorot setelah mengungkap kejanggalan kasus tewasnya pria Aceh, Imam Masykur

Sebelumnya, Imam Masykur disebut sempat diculik hingga dianiaya sebelum akhirnya tewas.

Lantas jasad Imam Masykur ditemukan di Sungai Cibogo, Karawang, Jawa Barat pada Jumat, 18 Agustus 2023.

Kini tiga pelaku yang merupakan anggota TNI telah diproses hukum.

Baca juga: Diperiksa soal Kasus Oknum Paspampres Aniaya Pemuda Aceh hingga Tewas, Gestur Praka RM Tuai Sorotan

Mereka adalah Praka RM (Riswandi Manik) yang bergabung di Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Praka HS, dan Praka J.

Letjen TNI Marinir (Purn) Nono Sampono mengatakan baik korban maupun pelaku merupakan sama-sama orang Aceh, hal itulah yang dinilai janggal.

Analisa itu juga berdasarkan pengalaman Nono Sampono yang dinilai paham akan pendidikan kepada para calon anggota TNI sebelum bertugas.

Lantas siapakah sosok Letjen TNI Marinir (Purn) Nono Sampono? berikut sepak terjangnya.

Nono merupakan seorang tokoh militer Indonesia.

Ia sempat mengenyam pendidikan Pasukan khusus anti teror di Detasemen 81 Penanggulangan Teror (Kopassus) TNI Angkatan Darat.

Selain itu Nono juga pernah mendapat pendidikan Pasukan khusus di Hawaii, AS, dan Korea Selatan, mengutip Wikipedia.

Pria kelahiran 1 Maret 1953 ini, pada tahun 1972 bergabung dengan Akademi Angkatan Laut (AL).

Lantas di dunia militer, Nono pernah menempati sejumlah posisi strategis.

Yakni Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) periode 2001 - 2003, Gubernur AAL dan Komandan Jenderal Akademi TNI.

Mantan Komandan Paspampres periode 2001-2003, Letjen TNI (Mar) (Purn) Nono Sampono. Mantan Danpaspampres ungkap kejanggalan kasus oknum Paspampares, Praka RM yang menculik dan menganiaya Imam Masykur hingga tewas.
Mantan Komandan Paspampres periode 2001-2003, Letjen TNI (Mar) (Purn) Nono Sampono. Mantan Danpaspampres ungkap kejanggalan kasus oknum Paspampares, Praka RM yang menculik dan menganiaya Imam Masykur hingga tewas. (DPD RI)

Nono pernah menjadi anggota pasukan Danpaspampres di era kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri.

Tahun 2010, Nono dilantik oleh Menteri Perhubungan sebagai Kepala Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas) menggantikan pejabat sebelumnya Wardjoko, mengutip dpd.go.id.

Nono kini menjabat sebagai Wakil Ketua 1 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, periode 2019-2024 dari Provinsi Maluku dengan perolehan suara 60.934.

Sebelumnya Nono terpilih menjadi anggota DPD RI mewakili Provinsi Maluku periode tahun 2014 -2019 setelah berhasil mendapatkan 65.189 suara.

Riwayat Jabatan Militer, mengutip Wikipedia

- Komandan Peleton MO-81 (1977–1978)

- Komandan Peleton 2 Ki F (1978–1979)

- Komandan Peleton Markas (1979)

- Ajudan Pangab Jenderal TNI LB Moerdani

- Komandan Denjaka (1988–1993)

- Komandan Yonif 4/Marinir (1993-1995)

- Wakil Danpaspampres (2000–2001)

- Komandan Paspampres (2001–2003)

Baca juga: Uang Disebut Jadi Motif Praka RM Aniaya Pemuda Aceh hingga Tewas, Sebenarnya Berapa Gaji Paspampres?

- Gubernur Akademi Angkatan Laut (2003–2006)

- Inspektur Jenderal Mabes TNI AL (2006)

- Komandan Korps Marinir (2006–2007)

- Danjen Akademi TNI (2007–2011)

- Kabasarnas (2011)

Riwayat Jabatan Politik

- Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI Perwakilan Maluku (2014–2019)

- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI (2017–2019)

- Anggota Dewan Perwakilan Daerah Perwakilan RI Maluku (2019–2024)

- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI (2019– 2024)

Nono sebelumnya menyebut, ketiga oknum TNI dan korban adalah sama-sama warga Aceh.

Menurut Nono, setidaknya mereka memiliki empati sesama perantau dari Tanah rencong.

"Pertanyaan besar adalah, korbannya dari Aceh, tiga pelaku dari Aceh, aneh kan. Harusnya dengan latar belakang kultural satu suku ada ikatan emosional," kata Nono di mengutip tayangan YouTube Kompas TV.

Terlebih, Nono yang juga pernah menjabat Gubernur Akademi Militer dan Danjen Akademi TNI, sangat memahami pendidikan yang dibekali kepada para calon anggota TNI sebelum bertugas, mengutip TribunJakarta.com.

Anggota TNI tidak hanya dididik secara fisik, tetapi juga secara karakter dan mental.

"Tentang pendidikan, pendidikan mereka mengalami pembekalan bukan hanya fisik tapi mengenai kepribadian, mental ideologi juga diberikan pelajaran," kata Nono.

Nono menegaskan, setiap anggota TNI diajarkan untuk pantang menyakiti hati rakyat apalagi fisiknya.

"Jadi dasar utama adalah sumpah prajurit, sapta marga dan delapan wajib TNI. Dalam delapan wajib TNI, wajib TNI itu menolong rakyat dalam kesulitan, tidak boleh menyakiti hati rakyat," pungkasnya, seperti dilansir Tribunnews.com di artikel berjudul Sosok Letjen TNI Marinir Purn Nono Sampono, Eks Komandan Paspampres Respons Kasus Tewasnya Pria Aceh.

Cak Imin Cawapres Anies, DPD Demokrat Sumut: Kalau Berkhianat Darahnya Halal Ditumpahkan

Kasus tewasnya pria asal Aceh, Imam Masykur (25) yang dianiaya hingga tewas oleh oknum anggota TNI serta Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) menyita perhatian banyak orang.

Baca juga: Rentetan Kejahatan Lain Oknum Paspampres Culik dan Aniaya Imam Masykur hingga Tewas

Termasuk eks Komandan Paspampres periode 2001-2003, Letjen TNI (Mar) (Purn) Nono Sampono.

Imam Masykur disebut sempat diculik hingga dianiaya sebelum akhirnya tewas.

Lantas jasad Imam Masykur ditemukan di Sungai Cibogo, Karawang, Jawa Barat pada Jumat, 18 Agustus 2023.

Kini tiga pelaku yang merupakan anggota TNI itu telah diproses hukum.

Mereka adalah Praka RM (Riswandi Manik), Praka HS, dan Praka J.

Letjen TNI (Mar) (Purn) Nono Sampono pun mencium adanya kejanggalan atau keanehan.

Pasalnya, ketiga oknum TNI dan korban adalah sama-sama warga Aceh.

Menurut Nono, setidaknya mereka memiliki empati sesama perantau dari Tanah rencong.

"Pertanyaan besar adalah, korbannya dari Aceh, tiga pelaku dari Aceh, aneh kan. Harusnya dengan latar belakang kultural satu suku ada ikatan emosional," kata Nono di mengutip tayangan YouTube Kompas TV.

Terlebih, Nono yang juga pernah menjabat Gubernur Akademi Militer dan Danjen Akademi TNI, sangat memahami pendidikan yang dibekali kepada para calon anggota TNI sebelum bertugas, mengutip TribunJakarta.com.

Anggota TNI tidak hanya dididik secara fisik, tetapi juga secara karakter dan mental.

"Tentang pendidikan, pendidikan mereka mengalami pembekalan bukan hanya fisik tapi mengenai kepribadian, mental ideologi juga diberikan pelajaran," kata Nono.

Nono menegaskan, setiap anggota TNI diajarkan untuk pantang menyakiti hati rakyat apalagi fisiknya.

"Jadi dasar utama adalah sumpah prajurit, sapta marga dan delapan wajib TNI. Dalam delapan wajib TNI, wajib TNI itu menolong rakyat dalam kesulitan, tidak boleh menyakiti hati rakyat."

Eks Panglima TNI Andika Perkasa Tanggapi Kasus Paspampres Culik dan Bunuh Pria Aceh: Pasal Berlapis

Selain eks Komandan Paspampres, eks Panglima TNI, Jenderal (Purn) Andika Perkasa turut memberikan respons terkait kasus tiga anggota TNI yang salah satunya Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) menganiaya pemuda Aceh, Imam Masykur (25) hingga tewas.

Andika Perkasa menyoroti kejahatan pelaku yang merupakan oknum TNI itu merupakan tindak pidana berlapis.

Andika pun berharap pelaku dapat dihukum berat.

"Yang jelas itu merupakan tindak pidana, macam-macam ada penculikannya, ada tindakan penggunaan kekerasan yang mengakibatkan mati."

"Pasal berlapis, yang jelas harus diproses secara hukum, harus itu," kata Andika, mengutip tayangan YouTube Merdeka.

Saat ditanya oleh awak media, apa yang akan dilakukan Andika apabila kejadian itu terjadi saat dirinya masih menjabat sebagai Panglima TNI, begini jawabannya.

Dirinya tertawa dan mengatakan kasus tersebut biarlah ditangani pejabat TNI saat ini.

"Itu kan hipotetis, biarlah pejabat sekarang yang nanti berkomentar," lanjutnya.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved