Berita Viral

Fakta Baru Penemuan Jasad Ibu dan Anak di Depok, Polisi Ungkap Makna Tulisan 'To You Whomever'

Misteri tewasnya ibu dan anak di Depok yang ditemukan sisa tulang di Depok menyisakan kisah pilu.

Editor: Heriani AM
TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra
Penampakan rumah mewah milik Grace Arijani Harahapan (65) dan sang anak David Ariyanto (38), di Perumahan Bukit Cinere Indah, Depok, Jawa Barat. Misteri tewasnya ibu dan anak di Depok yang ditemukan sisa tulang di Depok menyisakan kisah pilu. 

TRIBUNKALTIM.CO - Misteri tewasnya ibu dan anak di Depok yang ditemukan sisa tulang di Depok menyisakan kisah pilu.

Polisi menemukan pesan "To You Whomever" pada laptop milik ibu dan anak yang ditemukan membusuk di Perumahan BCI Cinere, Kota Depok, Kamis (7/9/2023) lalu.

Pesan di dalam laptop itu dibuat pada 29 Maret 2023 dan sempat dimodifikasi pada 27 Juli 2023.

Pesan yang berjudul “To You Whomever” itu berisi keluhan korban terhadap keluarga.

Baca juga: Misteri Penemuan Mayat Ibu-Anak di Depok Mulai Terkuak, Tukang Galon Beber Sikap Aneh sebelum Tewas

Baca juga: Terungkap Isi Surat dan File di Laptop Kasus Ibu-Anak Tinggal Tulang, Didalami Psikologi Forensik

Baca juga: Kematian Ibu dan Anak di Depok Masih Jadi Misteri, Kriminolog UI Sebut Bukan Korban Pembunuhan

Polisi menyatakan isi curhatan di laptop memiliki kesamaan dengan temuan surat di lokasi.

Dalam secarik kertas yang ditulis 28 Juni 2023, terdapat 2 nama yang berinisial S dan K lengkap dengan nomor teleponnya.

Inisial S dan K ini ternyata merupakan keluarga korban.

Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri berpendapat, pemilihan kata "To You Whomever" menunjukkan bahwa kedua korban sudah terisolasi begitu jauh dari lingkungan sosialnya.

Kasus tewasnya ibu dan anak di Cinere ini mengingatkan publik pada kasus penemuan satu keluarga yang tewas di dalam rumah di Kalideres, Jakarta Barat, November 2022 lalu.

Kemiripan kasus kematian di Cinere dan Kalideres di antaranya rumah korban berada di kawasan elite, keluarga dikenal tertutup pada lingkungan sekitar, ditemukan surat yang bisa jadi petunjuk dan jenazah ditemukan dalam keadaan rusak.

Sejauh ini polisi sudah memeriksa 4 saksi tambahan dari sebelumnya 10 saksi, termasuk dari pihak keluarga, petugas PLN, serta sopir taksi yang biasa mengantar jemput korban.

Baca juga: Update Kasus Penemuan Jasad Ibu dan Anak yang Tinggal Tengkorak, Polisi Temukan Petunjuk Baru

Sementara itu, polisi telah menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) lanjutan di lokasi penemuan jasad ibu dan anak di Cinere, Depok, Selasa (12/9/2023) kemarin.

Olah TKP yang ketiga kalinya ini dilakukan untuk mencari sampel pembanding dari sampel yang sudah diambil sebelumnya.

Dari olah TKP, polisi mengambil sampel berupa sidik jari yang ditemukan di sembilan titik, seperti di gagang pintu, jendela dan peralatan rumah tangga.

Selama penyelidikan, polisi menemukan sejumlah bukti berupa senter dan dupa di samping jenazah.

Kata Pakar Psikologi Forensik

Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan, pesan yang ditinggalkan kedua korban tidak merujuk ke siapapun secara spesifik.

Jika diasumsikan peristiwa tersebut bunuh diri dan surat tersebut ditulis oleh korban, maka tindakan ini amat serius dilakukan oleh korban.

"Jadi 'aneh' bahwa surat tentang suatu keputusan yang amat sangat serius itu tidak dialamatkan ke pihak tertentu, melainkan ditujukan ke siapapun," kata Reza saat dikonfirmasi, Senin (11/9/2023).

"Seolah tidak ada orang tertentu, baik itu keluarga, sahabat, dokter pribadi, atau siapa pun yang dipandang layak menjadi tempat curhat," sambungnya.

Baca juga: Kebiasaan Ibu dan Anak yang Ditemukan Tinggal Tulang, Hanya Keluar Rumah di Hari Kamis

Ada hal janggal dalam insiden penemuan dua jasad ibu dan anak tersebut, di mana surat yang berisi keputusan yang amat serius tidak ditunjukkan ke pihak tertentu.

"Seolah tidak ada orang tertentu, baik itu keluarga, sahabat, dokter pribadi, atau siapa pun yang dipandang layak menjadi tempat curhat," ungkapnya.

Karena surat tersebut tertuju ke siapapun, Reza memandang media dan masyarakat berhak tahu duduk permasalahan kematian ibu dan anak tersebut.

"Itu yang diinginkan pelaku, yakni bunuh dirinya pelaku bukan peristiwa pribadi, melainkan kejadian yang harus menjadi perbincangan khalayak luas," ujarnya.

Surat yang ditujukan untuk siapapun itu menjadi properti publik, bukan benda yang boleh disikapi oleh instansi tertentu termasuk pihak kepolisian.

Dengan demikian, semua orang terbebani dengan surat yang ditulis oleh kedua korban.

Reza menambahkan, bunuh diri bukan isu yang intisarinya berada di ranah penegakkan hukum.

Reza mengusulkan, pemangku kebijakan perlu turun langsung melakukan pencegahan peniruan dan wabah bunuh diri.

"Sekian banyak pemangku kepentingan kudu ikut 'cawe-cawe', termasuk dalam rangka pencegahan agar tidak terjadi peniruan (copycat suicide) dan wabah bunuh diri (suicide epidemic)," pungkasnya.

(Kompas TV/TribunnewsDepok.com)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved