Kisah Buaya Riska di Bontang

BKSDA Akui Kecolongan Ambo Buat Konten di Penangkaran, Ada Lampu Hijau Buaya Riska Balik ke Habitat

BKSDA Kaltim akui kecolongan, Ambo sempat buat konten di penangkaran Teritip, ada lampu hijau Buaya Riska balik ke habitat

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Youtube/Fitriyani Riska
Pak Ambo saat memberi makan Buaya Riska di Penangkaran Buaya Teritip, Balikpapan, Kalimantan Timur. BKSDA Kaltim akui kecolongan, Ambo sempat buat konten di penangkaran Teritip, ada lampu hijau Buaya Riska balik ke habitat 

TRIBUNKALTIM.CO - Ambo kini tak bisa lagi membuat konten tentang Buaya Riska.

Diketahui, saat ini Buaya Riska dititipkan BKSDA Kaltim ke penangkaran Teritip, Balikpapan.

Sebelumnya, BKSDA Kaltim merelokasi Buaya Riska dan sejumlah buaya lainnya dari Sungai Guntung, Bontang.

Terbaru, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur melarang Ambo memberikan makan, dan membuat konten buaya Riska di dalam kolam penangkaran.

Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto menjelasakan larangan ini berlaku untuk semua orang.

Baca juga: Viral Video Pria Belanja di Minimarket Tapi Tak Mau Bayar, Malah Tunjukkan Kartu Ormas

Tanpa pengeculian demikian juga Ambo.

Aturan tersebut mesti dipatuhi, atas dasar pertimbangan keselamatan manusia.

"Kami bertanggungjawab dan semua dibawah kendali kami (BKSDA)," kata Ari kepada Tribunkaltim.co, Jumat (20/10/2023).

Ia menegaskan buaya adalah satwa liar bukan satwa domestika seperti kucing, anjing atau ayam yang bisa dipelihara. 

Sifat liar dan buas buaya bisa saja muncul secara tiba-tiba dan hal tersebut sangat berbahaya.  

Atas dasar itu Ambo dilarang membuat konten di dalam kolam penangkaran.

Termasuk juga memberikan makan.

"Kalau buat konten di luar kolam silahkan, tetapi kalau mau masuk dan memberikan makan kami larang," ungkapnya.

Menurutnya, pihaknya kecolongan pada saat pertama kali Ambo datang berkunjung dan membuat konten.

Hal itu kemudian ramai diperbincangkan.

Disinggung soal rencana kedatangan Tri Suswati, istri Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian ke penangkaran untuk melihat Buaya Riska.

Ari mengaku belum mendapatkan informasi itu.
"Belum ada kabar.

Tapi kami tetap bersiap kalau benar ibu Tito mau datang," tuturnya.

Baca juga: Beredar Diduga Foto Lama Karina Dinda Lestari Gandeng Andy Wahab, Disebut Cinta Lama Belum Kelar

Lampu Hijau Buaya Riska kembali ke Bontang

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim tak masalah Buaya Riska kembali ke Sungai Guntung Bontang tapi ada syaratnya.

BKSDA Kaltim Menanggapi sikap Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Kota Bontang, yang bersurat ke Presiden Joko Widodo.

Seperti diberitakan sebelumnya, Masata bersurat kepada Presiden Jokowi  agar Buaya Riska dikembalikan ke habitatnya, di Sungai Guntung, Bontang Utara.

Saat ini Buaya Riska masih berada di Penangkaran Buaya Teritip, Balikpapan.

Menanggapi hal tersebut, BKSDA menegaskan tak masalah jika Buaya Riska diminta kembali ke habitatnya di Sungai Guntung, Bontang.

Namun BKSDA menyebut ada syaratnya.

Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto mengaku sudah menerima dan membaca salinan surat yang dikirim Masata kepada Presiden.

Menurutnya, apa yang dilakukan Masata adalah hal yang wajar dan mesti dihargai, sebagai ruang kebebasan bersuara dalam demokrasi.

Namun, langkah-langkah yang dilakukan pihaknya dalam penanganan konflik manusia dan binatang khususnya buaya di Guntung, sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan peraturan perundangan yang berlaku dengan mempertimbangkan banyak hal.

Terkait keselamatan manusia, satwa dan mengurangi potensi konflik horizontal yang bisa saja muncul.

Merespon apa yang disampaikan masyarakat dan pemerintah kepada tim BKSDA turun melakukan survei di daerah Guntung.

Meski demikian, BKSDA tidak keberatan jika Buaya Riska dikembalikan lagi ke Bontang.

Tetapi ada syaratnya, selain Buaya Riska, buaya-buaya lain yang ditangkap di daerah Bontang juga harus diambil dan kembali ke Sungai Guntung, karena pada dasarnya daerah pesisir Bontang adalah memang habitatnya.

Baca juga: Syarat Buaya Riska Dikembalikan ke Habitat, Semua Buaya yang Ditangkap di Bontang juga Harus Balik

"Jika beberapa masyarakat ingin mengembalikan atau sangat peduli terhadap buaya, kami sangat senang. Tetapi bukan hanya Riska. Buaya yang pernah kami relokasi dari daerah Bontang harus dikembalikan semua," ungkap Ari kepada Tribunkaltim.co, Jumat (20/10/2023).

Dari itu ia berharap masyarakat jangan melihat BKSDA sebagai masalah.

Pasalnya Ari menjelaskan selama ini pihaknya bertindak dengan pertimbangan dan aturan yang ada.

"Kami menunggu saja maunya seperti apa. Mau diambil silahkan. Tapi semuanya bukan hanya Riska. Mau ditaruh dipenangkaran kami juga fasilitasi," tuturnya.

Tetapi pastikan, satwa aman dan di antara masyarakat sendiri tidak terjadi konflik.

Karena menurutnya, paling baik adalah hidup berdampingan antara binatang dan manusia.

Selain itu, ia juga mendukung jika Pemerintah Kota Bontang yang berkeinginan untuk membuat penangkaran atau kebun binatang.

"Saya sudah sampai juga itu. Dari 2020 malah. Silahkan tetapi syaratnya juga dipenuhi. Kalau luasnya lebih dari 5 hektare harus Amdal," tuturnya.

Ia menjelaskan aturannya ada, misalnya bentuknya kebun binatang mini tinggal dibuat perjanjian kerja sama (PKS).

"Tidak ada salahnya. Kami mendukung apa yang dibutuhkan kami akan membantu. Karena untuk kebaikan bersama," pungkasnya.

Surat ke Jokowi

Seperti diberitakan sebelumnya muncul gerakan Kembalikan Buaya Riska ke Bontang, yang dikapitalisasi Masyarakat Sadar Wisata atau Masata.

Kelompok masyarakat ini bahkan bersurat ke Presiden Jokowi untuk turun tangan, mengembalikan buaya tersebut yang saat ini berada di Penangkaran Tritip Balikpapan, ke habitatnya di Sungai Guntung, Kecamatan Bontang Utara.

Tribunkaltim.co menerima salinan surat tersebut dalam bentuk pesan elektronik, pada Kamis (19/10/2023).

Dikonfirmasi, Ketua Masyarakat Sadar Wisata Kota Bontang Eko Satrya mengakui bahwa ia yang menulis surat terbuka tersebut.

Baca juga: Warna-warni Kota Taman di Bawah Panas Terik Matahari, Bontang City Carnaval Diikuti 3000 Peserta

Eko berharap lewat surat itu, Presiden Jokowi dapat melihat perspektif berbeda tentang pentingnya keberadan Buaya Riska di Bontang, untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam dan seiring usaha pemerintah membangun projek pariwisata sebagai upaya pasca industri.

Menurutnya cerita kedekatan manusia (Ambo) dan seekor buaya liar yang dikenal sebagai Riska ini, sangat menarik, unik dan hanya ada satu-satunya di Indonesia bahkan dunia.

"Panji sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia binatang dan sudah berkeliling ke mana-mana mengakui kedekatan Ambo dan Buaya Riska hanya ada di Bontang," ungkap Eko kepada Tribunkaltim.co, Jumat (20/10/2023).

Artinya keunikan dari prilaku Buaya Riska ini sudah menjadi ikon wisata untuk Bontang.

Yang sudah terbukti berhasil menarik banyak wisatawan lokal maupun internasional untuk datang melihat Buaya Riska, dihabitatnya dengan cara Ambo membuat konten di YouTube-nya.

"Semestinya Bontang berterima kasih kepada Ambo, karena dengan caranya Ambo bisa mengenalkan Bontang.

Andaikan ini bentuknya promosi, saya yakin biaya sangat mahal mencapai ratusan miliar," ungkapnya.

Maka mengembalikan Buaya Riska ke Bontang perlu dipertimbangakan.

Terkait teknisnya, sambung Eko, pemerintah bisa merumuskan sebuah kebijakan, misalnya membentuk kawasan konservasi khusus di area sungai Guntung, untuk menghindari potensi konflik yang bisa muncul kembali.

"Ini saya akui memang tidak mudah tapi perlu diusahakan, pemerintah kota, provinsi, BKSDA dan pusat bisa duduk bareng membahas ini," tuturnya.

Baca juga: Istri Mendagri Tito Karnavian Akan Kunjungi Buaya Riska di Balikpapan

Lebih lanjut, Eko mengaku dari surat yang ia kirim sudah mendapat respon.

Ia dan Ambo beserta keluarganya diundang mendampingi Tri Suswati -istri Mendagri- yang dijadwalkan, akan datang ke Balikpapan Selasa, 24 Oktober mendatang untuk melihat Buaya Riska di Penangkaran Teritip.

"Pak Pj Gubernur katanya juga akan hadir, dan BKSDA juga. Saya berharap dalam kesempatan itu ada solusi yang bisa diambil," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved