Pilpres 2024
Pengamat Bongkar Alasan Jokowi Tak Mungkin Netral di Pilpres 2024, Dipastikan Dukung Prabowo Menang
Pengamat bongkar alasan Jokowi tak mungkin netral di Pilpres 2024, dipastikan dukung Prabowo Subianto menang
TRIBUNKALTIM.CO - Presiden Jokowi mencoba menunjukkan sikap politiknya di Pilpres 2024.
Salah satu caranya dengan mengundang 3 capres makan siang.
Ya, baru-baru ini Jokowi mengundang Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto untuk makan bersama.
Namun, hal itu tampaknya tak cukup meyakinkan publik Jokowi akan netral di Pilpres 2024.
Baca juga: Hasil Survei Elektabiltas Paslon Terkuat Pilpres 2024, Cek Riset 4 Lembaga, Selisih Suara Makin Jauh
Pengamat politik, Djayadi Hanan menuding Presiden Jokowi tidak bersikap netral dalam Pilpres 2024.
Ia menyinggung putra Jokowi sekaligus Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, yang saat ini menjadi bakal cawapres pendamping Prabowo Subianto.
“Tak mungkin. Itu tidak masuk akal kalau Jokowi netral sekarang."
“Kan, anaknya jadi calon presiden. Bagaimana mau bilang dia netral?" kata Jayadi, Selasa (31/10/2023), dikutip dari tayangan di kanal YouTube Kompas TV..
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu juga mengatakan keberhasilan Gibran menjadi bakal cawapres Prabowo bukan semata-mata usaha Gibran sendiri.
Kata dia, para analis politik sudah bisa melihat bahwa ada orkestrasi untuk menjadikan Gibran sebagai cawapres Prabowo.
Menurut Djayadi, upaya menjadikan Gibran sebagai cawapres bukan hal yang mudah lantaran harus mengakali atau mengubah peraturan.
“Dan itu tidak mungkin usaha Gibran sendiri, kan. Harus ada usaha dari orang-orang yang punya kemampuan, kekuasaan, akses kepada kekuasaan," ujarnya.
Oleh karena itu, sulit dikatakan tidak ada peran Jokowi dalam upaya membuka jalan bagi Gibran.
“Sudah sangat jelas kok Jokowi itu berpihak kepada Prabowo dan itu lebih jelas lagi dengan mendudukkan Gibran sebagai cawapres Prabowo," ucapnya.
Beberapa waktu lalu Jokowi juga memilih bungkam ketika ditanya tentang kekecewaan elite PDIP kepadanya.
Jayadi menyebut Jokowi memilih bungkam karena menghindari perang terbuka dengan PDIP.
"Kan itu sudah sangat-sangat jelas, maka diamnya Jokowi bukan pernyataan netral."
"Diamnya Jokowi itu (karena) Jokowi sudah tahu bahwa dia tidak dianggap netral lagi."
“Kalau beliau berkomentar, mungkin itu akan makin terbuka perangnya," tambahnya.
Baca juga: 3 Tunjangan Baru Buat ASN yang Pindah ke IKN Nusantara 2024, Daftar 10 Proyek Baru Diresmikan Jokowi
Djayadi berujar masyarakat sudah mengetahui bahwa Jokowi berpihak kepada Prabowo.
"Gimana kita mau memahami bahwa Jokowi netral secara politik?
Kan enggak bisa. Wong anaknya diusahakan untuk masuk ke cawapres Prabowo dan sekarang anaknya, Gibran, menjadi cawapres Prabowo. Di mana netralnya itu," kata dia.
Adapun mengenai langkah Jokowi mengajak tiga bakal capres makan siang bersama, Djayadi menyebutnya sebagai hal yang biasa.
"Kan politik bukan panggung depan seperti itu. Politik itu apa yang sesungguhnya terjadi di panggung belakang," ujarnya.
Menurut Djayadi, di panggung belakang orang sudah memahami dengan sangat jelas bahwa Jokowi tidak bersikap netral.
Sementara itu, mengenai kekecewaan sejumlah elite PDIP terhadap Jokowi, Djayadi menyebutnya sebagai hal yang wajar karena selama ini PDIP memang mengandalkan Jokowi, termasuk Gibran.
"Jokowi dinominasikan oleh PDIP walaupun PDIP punya nominasi lain waktu itu, awal 2014. Jadi, ada banyak jasa PDIP kepada Jokowi," ucapnya.
Jayadi kemudian mengatakan Jokowi belum tentu menjadi presiden apabila tidak dicalonkan oleh PDIP.
Namun, ketika PDIP sedang memerlukan Jokowi dan Gibran untuk memenangkan Ganjar pada Pilpres 2024, keduanya justu meninggalkan PDIP.
“Saat yang sama mereka meninggalkan PDIP tanpa pemberitahuan dari awal. Jadi, kaya pergi aja gitu tanpa memberi tahu.
Kalaupun disebut pamit, pamitnya kan setelah jadi cawapres. Jadi, tidak ada pembicaraan awal dan sebagainya.”
“Kalau misalnya PDIP kecewa, bukan hanya wajar, menurut saya harus.
Kenapa? Karena salah satu yang paling mungkin dirugikan secara elektoral oleh manuver Jokowi dan Gibran ini adalah PDIP," ujarnya.
Baca juga: Reaksi Jokowi saat Ditanya tentang Kekecewaan PDIP karena Ditinggalkan di Pilpres 2024
Respon Jokowi
PDIP mengaku kecewa karena merasa ditinggal di Pilpres 2024 setelah majunya Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto.
Bagaimana respon Jokowi?
Sayangnya Jokowi tak mau mengomentari pernyataan elite-elite partai PDIP yang kecewa dengan Jokowi dan keluarga.
"Saya tidak ingin mengomentari," kata Jokowi di Pasar Bulan, Gianyar Bali, Selasa, (31/10).
Sebelumnya Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa partainya saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini.
Apalagi, kata Hasto, ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi.
Terlebih, Hasto menyebut bahwa seluruh jajaran DPP hingga rantin begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga.
"Namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan onstitusi," ungkap Hasto.
Pada awalnya, Hasto menyebut seluruh kader PDIP hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi.
Baca juga: Berikut Agenda Presiden Jokowi di IKN, Ada Rumah Sakit dan Mall yang Akan di Groundbreaking
Di mana, putra sulung Presiden Jokowi yakni Gibran Rakabuming Raka justru maju sebagai Cawapres Prabowo Subianto.
Selain itu, seluruh simpatisan, anggota dan kader Partai sepertinya belum selesai rasa lelahnya setelah berturut-turut bekerja dari 5 Pilkada dan 2 Pilpres.
"Itu wujud rasa sayang kami. Pada awalnya kami memilih diam.
Namun apa yang disampaikan Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi dll beserta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi dan gerakan civil society, akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami," kata Hasto.
Politisi asal Yogyakarta ini pun mengatakan, PDI Perjuangan percaya bahwa Indonesia ini negeri dimana rakyatnya bertaqwa kepada Tuhan.
"Indonesia negeri spiritual. Di sini moralitas, nilai kebenaran, kesetiaan sangat dikedepankan.
Apa yang terjadi dengan seluruh mata rantai pencalonan Mas Gibran, sebenarnya adalah political disobidience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia. Kesemuanya dipadukan dengan rekayasa hukum di MK," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Nilai Jokowi Tak Netral, Pengamat: Dia Sudah Berpihak kepada Prabowo,
PTUN Putus Gugatan PDIP soal Pencalonan Gibran pada 10 Oktober, Bagaimana Nasib Pelantikan Wapres? |
![]() |
---|
Pelantikan Presiden 2024 Kapan? Jadwal Resmi dari KPU dan Lokasi, Prediksi Kabinet Prabowo-Gibran |
![]() |
---|
Kapan Prabowo Dilantik Menjadi Presiden dan Gibran Jadi Wakil Presiden ke-9 RI? Ini Jadwal Resmi KPU |
![]() |
---|
Refly Harun Ejek Anies yang Pilih Istirahat Usai Pilpres 2024, Masa Pemimpin Perubahan Rehat? |
![]() |
---|
'Kebetulan', Kata Ketua Baleg Soal UU Kementerian Negara Direvisi Usai Prabowo Ingin Tambah Menteri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.