Berita Samarinda Terkini
Puluhan Mahasiswa dari Berbagai Kampus di Indonesia Belajar Sejarah Kaltim dan IKN
Program Kemendikbudristek, 27 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia belajar sejarah Kaltim dan IKN.
Penulis: Nevrianto Hardi Prasetyo | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sebanyak 27 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia menghadiri presentasi tentang “Relevansi Historis Kalimantan Timur dan Ibu Kota Nusantara” di sebuah rumah makan di Jalan Juanda, Samarinda, Jumat (10/11/2023) malam.
Forum diskusi Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang difasilitasi oleh Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) ini menghadirkan sejarawan publik, Muhammad Sarip.
Dosen UMKT, Arbansyah turut mendampingi kegiatan yang menjadi program rutin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi itu.
Mahasiswa ini datang dari daerah paling barat Indonesia yakni Aceh, sedangkan paling timur berasal dari Ternate.
Ada pula yang datang dari Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, dan lain-lain.
Baca juga: Pembuatan Training Center PSSI di IKN Nusantara Bergulir, Simak Rencana Fasilitasnya
Baca juga: Malaria Ancam Pembangunan IKN Nusantara, Penajam Paser Utara Kasus Tertinggi di Kaltim
Baca juga: Isran Noor Mundur dari NasDem Kaltim, Pengamat Sebut Ada Kaitannya dengan Kelanjutan Pembangunan IKN
Menghadapi audiens dari gen Z, Sarip menerapkan cara diskusi yang fleksibel dan interaktif.
Mayoritas mahasiswa menyatakan setuju pemindahan ibu kota negara ke Kaltim. Namun, terhadap yang kontra, semua pendapat dihargai.
Sarip memaparkan, presentasinya hanya pada aspek sejarah.
“Terlepas dari urusan pembiayaan, problem politik, masalah lingkungan, lahan, dan lain sebagainya, gagasan pemindahan ibu kota atau pusat birokrasi dari Jakarta sudah lama dicetuskan oleh para pemimpin Republik sejak presiden pertama Bung Karno 1957. Presiden Soeharto 1997 dan SBY 2010 juga pernah mewacanakan pemindahan ibu kota negara,” ujar Sarip.
Baca juga: Wujudkan Kota Ramah Lingkungan, PLN Siap Penuhi Kebutuhan SPKLU di IKN
Menurut sejarawan penulis buku Histori Kutai tersebut, Jakarta menjadi ibu kota karena melanjutkan status pusat kekuasaan sejak empat abad sebelum Indonesia merdeka.
“Perusahaan dagang VOC yang memulai menjadikan Batavia eks Jayakarta sebagai pusat birokrasi di Kepulauan Nusantara. Begitu pula Pemerintah Hindia Belanda. Tapi VOC dan Hindia Belanda juga pernah berencana memindahkan ibu kotanya ke Jawa bagian tengah dan Surabaya. Waktu itu alasannya adalah kekumuhan Batavia dan pertimbangan pertahanan militer. Walaupun kemudian, ide pemindahan tersebut batal karena ongkosnya kemahalan,” tutur Sarip.
Ada banyak pertanyaan yang diajukan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Abhipraya PMM 2023 ini.
Sarip menjawab semuanya sesuai misi mahasiswa yang ingin mengenal lebih dalam tentang Kaltim. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.