Berita Regional Terkini

Viral Menu Cegah Stunting di Depok Hanya Nasi, Tahu, Kuah Sop, tapi Anggaran Rp 4,4 M, Kata Dinkes

Viral menu cegah stunting di Depok hanya nasi, tahu dan kuah sop. Padahal anggarannya capai Rp 4,4 Miliar. Penjelasan Dinkes Depok.

Editor: Amalia Husnul A
Tangkapan layar akun Instagram @depok24jam
Foto viral menu makanan pencegah stunting dari Pemerintah Kota Depok cuma tahu putih dan sawi diberi kuah. Viral menu cegah stunting di Depok hanya nasi, tahu dan kuah sop. Padahal anggarannya capai Rp 4,4 Miliar. Penjelasan Dinkes Depok. 

TRIBUNKALTIM.CO - Menu cegah stunting di Depok, Jawa Barat jadi viral karena isinya hanya nasi, tahu rebus dan kuah sop, padahal anggarannya mencapai Rp 4,4 Miliar.

Penjelasan Dinkes Depok terkait menu stunting berupa nasi, tahu dan kuah sop yang lagi viral dan anggaran yang mencapai Rp 4,4 Miliar.

Asupan makanan yang disebut mencegah stunting di Depok menjadi perhatian publik, Dinkes Depok memberikan penjelasan lengkapnya. 

Menu program pemberian makanan tambahan (PMT) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok di Kecamatan Tapos menuai kritik dari masyarakat.

Baca juga: Viral Mahasiswi Ini Langsung Hedon Usai Terima Beasiswa Rp16,4 Miliar, Ternyata Salah Transfer

Baca juga: Unduh Video TikTok yang Lucu dan Viral via Fitur Internal, Gratis dan Aman tanpa Aplikasi Tambahan

Baca juga: Video Viral Shella Trenggalek Bikin Heboh, Begini Kata Polisi

Pasalnya, menu pencegah stunting yang disajikan dengan anggaran Rp 18.000 per paket hanya berupa nasi, kuah sop, dan tahu rebus.

Masyarakat menilai sajian itu belum mampu menunjang asupan gizi anak.

Menanggapi temuan ini, Dinkes Kota Depok mengakui ada kekeliruan dalam program PMT di Kecamatan Tapos.

"Di Kecamatan Tapos terjadi ketidaksesuaian menu dan ada arahan yang belum sesuai," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Jawa Barat Mary Liziawati kepada wartawan di Depok, Rabu (15/11/2023) seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com. 

Menurut Mary, kekeliruan terjadi karena kader posyandu yang mendistribusikan makanan tambahan tidak tersosialisasi dengan baik.

"Memang harapannya kemaren sudah tersosialisasikan ke kader di bawah, tapi ada saja kader yang mungkin ketinggalan. Seperti di Tapos, belum terjadi koordinasi yang baik, lintas sektor di hari pertama," ujar Mary.

Padahal, kecamatan lainnya di Kota Depok menerapkan menu PMT sebagaimana dalam ketentuan dinkes, yakni berupa makanan kudapan untuk enam hari, dan makanan lengkap di hari ketujuh.

"Karena di kecamatan lain sih benar menunya, berjalan baik.

Di kecamatan lain kan kudapan, eh di Tapos kok nasi, gitu ya," tutur Mary.

Berkaca pada peristiwa ini, Mary mengeklaim telah mengevaluasi program PMT di Tapos pada Jumat (10/11/2023) sehingga menu PMT pada hari berikutnya telah sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan Dinkes Depok.

"Jadi ini menjadi evaluasi kami. Kita dengan kejadian ini melakukan evaluasi secara intens.

Alhamdulillah di hari kedua Kecamatan Tapos sudah memperbaiki menu, menunya sudah berupa kudapan sesuai ketentuan," kata Mary.

Anggaran Rp 18.00 Per Hari

Menurut Dinas Kesehatan Kota Depok, anggaran PMT untuk satu bayi adalah Rp 18.000 per hari dengan masa program 28 hari.

"Anggarannya dari DID ya, dari APBN, Dana Insentif Daerah tahun 2023, biaya per anaknya Rp 18.000 per balita per hari," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Jawa Barat Mary Liziawati kepada wartawan di Depok, Rabu (15/11/2023).

Targetnya adalah 9.882 balita di Kota Depok. Mary menjelaskan, anggaran Rp 18.000 per balita bukan hanya untuk makanan, melainkan untuk keseluruhan barang yang dibelanjakan.

Baca juga: Gerakan Cukup Dua Telur Upayakan Minimalisir Kasus Stunting di Berau

Termasuk biaya untuk kemasan, transportasi, hingga biaya admin aplikasi.

"Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Rp 18.000 ini all in ya, yang sampai ke rumah masing-masing sasaran.

Ada biaya pajak, administrasi di aplikasi, transportasi, kemudian kemasan dan lain sebagainya," kata Mary.

Misalnya, untuk menu tahu kukus, menurut Mary, tidak hanya tahu yang disajikan.

Tahu itu sudah dicampur daging ikan dan ayam sesuai takaran kebutuhan protein balita.

"Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya nanti kita lihat tahunya itu isinya apa sih?

Ya tahu goreng bulat dimasak dadakan? Enggak," kata dia.

Untuk kemasan makanan, wadah yang digunakan bukan untuk sekali pakai, melainkan bisa dipakai berulang kali.

Baca juga: Wapres Maruf Amin Gandeng KG Media, Tribun Network, dan Kadin Entaskan Stunting

Mary mengatakan, harganya tentu lebih mahal dibanding memakai wadah sekali pakai dengan potensi penumpukan sampah.

"Untuk kudapan (PMT) kita tidak ingin Kota Depok menambah jumlah sampah, jadi kita pastikan jangan pakai wadah sekali pakai.

Nanti timbunan sampah Kota Depok 9.882 sampah setiap harinya, mau seperti apa?" kata dia.

"Jadi mereka harus menyediakan dua wadah.

Satu buat dipakai, kemudian besoknya pakai wadah yang baru, wadah lama dicuci ya.

Jadi tidak menimbulkan sampah," imbuh dia.

Kemudian, setiap tujuh hari sekali, balita akan diberi paket makanan lengkap yang bukan hanya kudapan sebagaimana tahu kukus dan bola-bola kentang.

Dengan demikian, butuh wadah yang lebih besar lagi.

Hal-hal seperti inilah yang menurut Mary luput dari perhatian masyarakat hingga membandingkan harga menu PMT dengan anggaran Rp 18.000 tersebut.

"Nanti kalau beli lagi suruh pakai lagi, sudah berapa biayanya kotak begitu, nanti enggak cukup Rp 18.000 untuk bikin makanan lokal.

Hal-hal ini yang kadang bikin kita lupa, lihatnya cuma dua tahu Rp 18.000," ujar dia.

Baca juga: Kasus Stunting di Kelurahan Penajam Kabupaten PPU Sekitar 200 Orang, Berikut Faktor Penyebabnya

(*)

Update Berita Regional Terkini

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved