Berita Samarinda Terkini
12 RT di Sungai Pinang Samarinda Diterjang Banjir. Ada Kontribusi dari Buangan Air Tambang Batu Bara
12 RT di Sungai Pinang Samarinda diterjang banjir, ada kontribusi dari buangan air tambang batu bara.
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Banjir besar melanda permukiman warga di 12 RT di kawasan Lubuk Sawah, Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda, Sabtu (16/12/2023).
Dari data yang diperoleh TribunKaltim.co, sedikitnya 315 rumah warga dan lima sekolah yang terdiri dari dua SMP, dua SD, serta satu TK terendam banjir setelah dua jam hujan deras disertai angin kencang melanda Kota Samarinda.
Tidak hanya itu, arus air kiriman bercampur lumpur yang datang dari kawasan Perumahan Talang Sari Regency di Kelurahan Tanah Merah juga sangat deras, sehingga menyebabkan sekira 15 hektare area persawahan dan perkebunan warga rusak.
Setelah ditelusuri, rupanya banjir setinggi 1 meter yang merendam permukiman hingga Minggu (17/12/2023) pukul 01.00 Wita itu disebabkan oleh jebolnya tanggul embung di Perumahan Talang Sari Regency akibat hujan deras mengguyur.
Baca juga: BREAKING NEWS: Banjir Kembali Melanda Samarinda, Jebolnya Tanggul Tambang Diduga Jadi Penyebab
Jebolnya tanggul wadah penampungan air yang terletak di bagian belakang perumahan itu sempat diabadikan warga melalui kamera ponsel.
Video berdurasi 17 detik itu juga beredar di groub-groub whatsapp.
Meski yang jebol adalah tanggul embung perumahan, namun warga perumahan bernama Heri Irawan yang mengabadikan momen jebolnya tanggul tersebut merasa heran dengan debit air yang tak seperti biasanya.
Heri yang sudah belasan tahun tinggal di perumahan itu sangat menyadari bahwa di sekitar tempat tinggalnya terdapat aktivitas tambang batu bara.
"Ini sudah dua kali jebol. Yang pertama Mei 2022, kemudian ditutup, dan ini yang kedua kalinya," kata Heri.
Sepengetahuan Heri, air yang masuk ke embung tidak hanya dari perumahan tetapi juga berasal dari area pertambangan.
"Setahu saya memang ada aliran dari tambang. Saya tidak mempermasalahkan ada tambang, tetapi aliran airnya juga masuk ke sini (embung)," jelasnya.
Baca juga: Satu ABK BG Ocean Brave 35332 Terjatuh dan Tenggelam di Perairan Palaran Samarinda
Penjelasan Heri terkait adanya aktivitas penambangan batu bara di sekitar permukiman itu diperkuat dengan data yang diperoleh TribunKaltim.co melalui situs Minerba One Map Indonesia (MOMI) yang merupakan situs resmi Kementerian ESDM.
Berdasarkan peta tambang itu, terdapat dua konsesi yang berada dekat dengan kawasan tersebut, yakni PT Energi Cahaya Mandiri (CEM) dengan luasan IUP 1.680,35 hektare dan CV Limbuh yang memiliki luas IUP 1.209,20 hektare.
Berdasarkan MOMI embung perumahan itu masuk di dalam konsesi PT CEM yang di dekatnya juga terdapat Pos Keamanan PT Energi Global Indobara (EGI) yang merupakan subkon dari CV Limbuh.
Kejadian ini pun langsung direspons sejumlah instansi di lingkungan Pemprov Kaltim, Pemkot Samarinda, serta kepolisian dan TNI yang turun ke lokasi embung pada Minggu (17/12) siang tadi.
Dari hasil pengecekan itu, Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda, Suwarso membenarkan bahwa peristiwa banjir bandang yang menghantam permukiman warga di Kelurahan Mugirejo disebabkan jebolnya tanggul embung perumahan.
"Memang ada kontribusi air dari lokasi tambang yang membuat bertambahnya debit air pada embung sehingga menyebabkan jebolnya tanggul. Karena di area tambang juga tidak ada tempat penampungan air (settling pond)," jelas Suwarso.
Baca juga: Seorang Pengedar di Samarinda Ditangkap Polisi, Stok Ekstasi untuk DIjual pada Malam Tahun Baru
Suwarso menjelaskan, ada dua aliran air yakni dari perumahan dan disposal tambang batu bara yang airnya masuk ke embung perumahan tersebut.
Ia mengatakan pihaknya telah telah bertemu dengan perwakilan perusahaan.
"Dikatakan untuk konsesi masuk CV Limbuh yang dikerjakan PT EGI," kata Suwarso.
Ia mengatakan telah mengecek kondisi permukiman warga yang terdampak jebolnya tanggul embung tersebut.
"Dampaknya ini memang sangat luas sampai ke Jalan DI Pandjaitan, tetapi yang terparah di Lubuk Sawah. Selanjutnya akan ditentukan langkah apa yang akan dilakukan untuk mengantisipasi kejadian susulan. Itu yang utama," demikian Suwarso. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.