Berita Mahulu Terkini
Kisah Nenek Enjel Perajin Manik-manik Suku Dayak di Mahulu Sebelum Ada Jarum
Enjel (50) warga Kampung Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) dengan semangat menggerakan jarum di tangannya
Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Enjel (50) warga Kampung Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) dengan semangat menggerakan jarum di tangannya untuk merangkai hiasa lukisan dengan media manik-manik.
Sambil mengerjakan manik-manik ditangannya dengan piawai, Ia bercerita kepada Tribun Kaltim, Senin (15/1/2024).
Ia berkisah untuk membuat hiasan baju adat Dayak, butuh waktu yang cukup lama.
Jika fokus mengerjakan, estimasi penyelesaiannya bisa selesai dalam dua minggu.
Namun, jika Ia mengerjakan pekerjaan lain butuh waktu yang lebih lama lagi.
"Itu naga," ucapnya menunjuk salah satu model celana berwarna biru di depannya.
Baca juga: Tim Penilai Pokdarwis Kaltim Takjub Kerajinan Kampung Linggang Melapeh Kubar
Baca juga: Dekranasda Fasilitasi Hak Cipta Kerajinan Seni Motif Tenun Badong, Bagian Adat Istiadat Kubar
Ia mengatakan celana itu adalah model celana yang kecil, biasanya masyarakat suku Dayak membuat yang lebih besar dari itu.
Ia menjelaskan semua ukiran di celana itu tidak asal dipasang begitu saja, namun semua memiliki makna masing-masing.
Seperti naga, bagi masyarakat Dayak naga memiliki arti yang sangat mendalam bagi suku Dayak.
Naga dalam budaya Dayak memiliki makna simbolis yang mendalam dan dianggap sebagai penjaga alam, pelindung suku, serta makhluk magis yang memiliki kekuatan sakti.
Ia mengaku pekerjaan ini sudah lama Ia kerjakan.
"Dulu nenek kelas enam SD itu sudah bisa menganyam anjat," sebutnya.
Awalnya, Nenek Enjel hanya fokus membuat anyaman khas Dayak.
Karena pada masa kecilnya, manik-manik masih merupakan benda yang langka.
Bahkan, Ia berkisah awalnya tidak ada masyarakat yang menggunakan jarum.
Untuk menghias manik-manik mereka hanya menggunakan alat seadanya, bahkan menggunakan penusuk seadanya.
"Tapi sekarang ngak karena sudah ada jarum," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa manik-manik di Mahulu terdiri dari berbagai ukuran dan tekstur.
Ada yang berukuran besar hingga kecil, bahkan menurutnya ukuran manik-manik berpengaruh terhadap tekstur kehalusannya.
Semakin kecil manik-manik itu teksturnya akan semakin halus, begitupun sebaliknya.
Dalam suku Dayak manik-manik disebut inu, terdiri dari inu halus dan inu okiq.
Baca juga: Dekranasda PPU Ikut Inacraft 2023 di Jakarta, Pamerkan Berbagai Kerajinan Unik
"Ini mahal juga di Samarinda, harganya itu 10 biji Rp30 ribu," jelasnya.
Ia menyebut, semakin halus manik-manik akan semakin mahal harganya. (*)
Mediasi Warga Long Hubung dengan Perusahaan di Mahulu Sempat Memanas, Asisten I: Ini Mencari Solusi |
![]() |
---|
Mediasi Sengketa Lahan PT SAA di Mahulu, Pemerintah Yakin Bisa Jadi Contoh Damai |
![]() |
---|
Mediasi Sengketa Lahan PT SAA dan Warga Mahulu, Belum Sepakat tapi Harapan Damai Mulai Terbuka |
![]() |
---|
Kepala Disparpora Mahulu Ajak Semua Pihak Garap Pariwisata Secara Kolaboratif |
![]() |
---|
Disparpora Mahulu Kaltim akan Kembangkan Kawasan Pariwisata hingga Pinggir Sungai |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.