Berita Samarinda Terkini
Beda Jauh! Inilah Perbandingan Jumlah Kasus Kekerasan Anak di Samarinda, Bontang dan Balikpapan
Samarinda tertinggi! jumlah kasus kekerasan anak di ibu kota provinsi Kaltim menjadi sorotan.
Maraknya kasus kekerasan yang menimpa anak usia sekolah tak lepas dari pantauan Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Kalimantan Timur (TRC PPA Kaltim).
Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun mengatakan, sepanjang 2023 kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah memang cukup meningkat. Sayangnya mereka belum sempat membuka data kasus yang ditangani.
Namun, menurutnya, kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah yang mereka tangani 50 persen didominasi kekerasan seksual di bawah umur.
"Rata-rata usia 13 sampai 17 tahun. Mereka anak satu sekolah dan melakukan hubungan terlarang itu," bebernya.
Ia menjelaskan perempuan selalu menjadi korban. Sementara laki-laki akan menjadi tersangka sekaligus korban yang akhirnya dikenakan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).
"Remaja laki-laki akan jadi tersangka apabila orangtua si perempuan keberatan dan melapor. Namun penanganannya beda dengan pelaku dewasa," ujar Rina Zainun.
Kemudian 50 persen kekerasan lainnya yakni bullying. Menurutnya, peranan orangtua dan guru harus berjalan seiringan.
Dalam artian orangtua mempunya tugas membentuk karakter moral dan akhlak dasar bagi anak.
"Dan sekolah melanjutkan dengan memberikan ilmu pelajaran dan budi pekerti di lingkungan sekolah. Mau mendengarkan keluhan siswa dan tidak menghakimi," jelasnya.
Ia mengatakan, dalam setiap kesempatan sosialiasi ke sekolah, TRC PPA Kaltim selalu meminta agar orangtua pelajar dihadirkan dalam kegiatan tersebut. Dengan tujuan agar komunikasi orangtua dan guru berjalan satu arah.
"Jadi tidak ada orangtua menyalahkan guru ataupun sebaliknya," jelasnya.
Baca juga: Kekerasan Anak di Balikpapan, Usai Dalami Aktor Intelektual Polisi Sasar Penyebar Video Penganiayaan
Namun Rina Zainun juga menegaskan, dasar yang membentuk karakter anak adalah orangtua.
Apabila karakter anak sudah terbentuk baik dari dalam keluarga, tentu tidak akan mudah terpengaruh dalam pergaulan yang tidak benar.
"Tapi jika dari dalam keluarga tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian dan lain sebagainya, maka anak akan mencari kenyamanan di luar atau lingkungan yang menerima dia," pungkasnya.
Korban Jangan Takut Melapor
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.