Pembunuhan Sekeluarga di PPU

Kisah Cinta Siswa SMK di Babulu PPU Berakhir Tragis, JND Tega Bunuh Kekasih dan Seluruh Keluarganya

Sejumlah hal baru seputar kasus pembunuhan Babulu, Penajam Paser Utara (PPU) yang menewaskan satu keluarga perlahan-lahan terkuak.

Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU
PEMBUNUHAN BABULU - Suasana di kamar jenazah RSUD Ratu Aji Putri Botung Penajam Paser Utara. Sejumlah hal baru seputar kasus pembunuhan Babulu, Penajam Paser Utara (PPU) yang menewaskan satu keluarga perlahan-lahan terkuak. 

TRIBUNKALTIM.CO - Sejumlah hal baru seputar kasus pembunuhan Babulu, Penajam Paser Utara (PPU) yang menewaskan satu keluarga, Selasa (6/2/2024) dini hari perlahan-lahan terkuak.

Pembunuhan Babulu ini diduga kuat berkaitan dengan hubungan asmara pelaku dengan salah seorang korban.

Mirisnya, pelaku yang berinisial JND ternyata masih berstatus siswa SMK.

Lima korban pembunuhan Babulu ini terdiri dari suami, istri dan ketiga orang anaknya.

Baca juga: Seorang Terduga Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Penajam Diamankan, Dugaan Motif dan Jumlah Pelaku

Dari data Kartu Keluarga (KK) yang diperoleh Tribunkaltim.co, kelima korban tersebut terdiri dari suami, Wl kelahiran 1989 atau berusia 35 tahun.

Lalu, istri Wl, SW kelahiran 1990 atau berusia 34 tahun.

Kemudian RJS kelahiran 2009 dan VDS kelahiran 2013, keduanya berjenis kelamin perempuan.

Dan, ZAA yang masih berusia 3 tahun kelahiran 2021.

Kejadian pembunuhan satu keluarga diperkirakan sekitar tengah malam, pukul 24.00 Wita.

Salah satu adik korban, Putut Sunaryo mengatakan bahwa sesaat sebelum kejadian, korban yakni Wl masih berada di rumah orang tuanya.

Tetangga awal mula mendengar teriakan dari dalam rumah korban.

Saksi langsung mengecek dan sudah mendapati Wl tewas di ruang tamu.

Tidak hanya itu empat korban lainnya ditemukan di dalam kamar tidur.

Setelah melihat kejadian tersebut saksi langsung melaporkan ke ketua RT, kemudian ditindaklanjuti dengan melaporkan ke pihak kepolisian.

20240206_Pembunuhan
PEMBUNUHAN BABULU - Suasana kamar jenazah di RSUD PPU, tempat lima korban pembunuhan diotopsi.

"Katanya saksi dengar teriakan, jadi mengecek ke dalam rumah dan kakak saya sudah meninggal di ruang tamu," ungkapnya, Selasa (6/2/2024).

Putut juga mengatakan bahwa saksi sempat bertemu dengan pelaku, tapi ia tak kuasa menahannya karena pelaku tersebut membawa parang.

Kronologi

Informasi dari kepolisian yang tengah memeriksa secara intensif JND di Polres PPU menyebutkan, pelaku mengaku sengaja mematikan listrik di rumah korban sebelum menjalankan aksinya.

“Listrik dimatikan melalui meteran, lalu ia masuk sambal membawa parang,” kata sumber terpercaya di kepolisian.

Setelah mematikan listrik, pelaku masuk ke rumah  korban dan bertemu dengan Waluyo. Saat itulah dengan gelap mata JND memukul Waluyo dengan parang yang sudah dibawa sejak dari rumah.

Setelah Waluyo terkapar tak berdaya, JND lalu masuk ke satu kamar yang didalamnya ada Sri Winarsih (34) dan dua anak masing-masing VDS (11) dan ZAA (3).

Sama dengan yang dilakukan terhadap Waluyo, JND dengan membabi buta menghabisi ibu dan dua anak yang ada di kamar tersebut.

Terakhir, JND kemudian menuju ke kamar RJS (15) yang sebelumnya memiliki hubungan asmara dengan JND.

Informasi awal, JND juga langsung mengayunkan parang yang sudah melukai empat orang yang menjadi penghalang hubungan asmaranya dengan RJS untuk membunuh kekasih pujaannya tersebut.

Informasi yang masih didalami penyidik menyebutkan, terhadap korban RJS ini, JND tega melakukan hal tak senonoh dengankorban yang sudah meninggal dunia. “Pelaku sempat berbuat tak senonoh terhadap korban yang sudah tewas. Ini akan dibuktikan dengan hasil otopsi,” kata sumber dari kepolisian.

Selesai melampiaskan nafsunya, JND berniat untuk keluar dari TKP. Namun saat itu ia melihat korban pertama, yaitu WAluyo masih tampak bergerak.

Saat itu juga ia kembali mengayunkan parang yang dibawa untuk menghabisi Waluyo.

Baca juga: Sosok Salah Satu Korban Pembunuhan di Desa Babulu Laut PPU, Dikenal Baik dan Jarang Berkomunikasi

Sumber di RSUD PPU menyebutkan, dari hasil otopsi terhadap para korban disebutkan bahwa rata-rata korban mengalami luka serius di bagian kepala.

“Ada yang luka di kepalanya sangat parah dan nyaris terbelah. Pihak keluarga meminta semua korban langsung dimandikan dan dikafani untuk langsung dimakamkan. Sebelumnya kami jugaakan menjahit luka yang diderita korban,” kata sumber di RSUD PPU.

Siswoyo, kakak korban menjelaskan bahwa pihak keluarga meminta rumah sakit langsung mengkafani semua korban dan akan langsung dimakamkan.

Mereka juga meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus pembunuhan sadis yang menimpa Siswoyo, istri dan ketiga anaknya.

Data Pembunuhan Sadis yang pernah Terjadi

Kasus pembunuhan Babulu Penajam Paser Utara yang merenggut lima korban dan masih satu keluarga ini menambah Panjang daftar kasus-kasus pembunuhan yang pernah terjadi.

Dari data yang dirangkung Tribunkaltim.co dari berbagai sumber, inilah daftar kasus-kasus pembunuhan sadis yang pernah terjadi:

Kasus Pembunuhan Paling Sadis Sepanjang Masa

Tragedi Pulomas

Tragedi Pulomas pada 2016 lalu menjadi kasus pembunuhan paling sadis di Indonesia kedua yang berawal dari perampokan.

Saat itu, tiga pelaku perampokan menyekap 11 orang di dalam kamar mandi kecil berukuran 1,5 meter persegi selama hampir 18 jam.

Akibatnya, enam orang meninggal dunia dan lima lainnya mengalami trauma.

Polisi menangkap perampok dan menghukum mati dua pelaku sedangkan satu pelaku lainnya mendapat hukuman seumur hidup.

Kasus Pembunuhan Eno

Kasus pembunuhan paling sadis di Indonesia selanjutnya adalah pembunuhan Eno yang sangat keji.

Perempuan 18 tahun ini dibunuh tiga buruh pabrik di asrama karyawan tempatnya bekerja.

Pelaku memperkosa dan memasukkan gagang cangkul ke dalam kemaluan korban hingga tewas.

Kasus Rio Martil

Rio Alex Bulo atau dikenal dengan Rio Martil adalah pelaku pembunuhan berantai sadis yang mengincar pengusaha rental mobil.

Awalnya dia berprofesi sebagai agen yang menjual surat-surat kendaraan palsu. 

Namun setelah menikah, dia mulai beralih profesi menjadi pencuri mobil dengan keuntungan yang lebih menggiurkan.

Baca juga: Kronologi Pembunuhan Sadis di PPU, Pelaku Matikan Listrik Sebelum Habisi 5 Nyawa dalam Satu Keluarga

Nyatanya, Rio bekerja sama dengan penadah barang curian untuk mencuri mobil mewah di Jakarta.

Sadisnya, Rio tidak hanya mencuri mobil tetapi juga membunuh pemilik kendaraan dengan senjata andalannya, yaitu martil.

Aksi sadisnya akhirnya berakhir setelah komplotan penadah barangnya melaporkan Rio ke pihak berwajib.

Rio ditangkap dan mendapat hukuman mati di tahun 2014.

Ironisnya, saat di penjara Rio berteman dengan Iwan Zulkarnaen seorang koruptor yang kemudian juga dinunuhnya hanya gara-gara Iwan mengolok-olok Rio. Rio Martil dieksekusi pada 8 Agustus 2008.

Mutilasi Astini

Kasus pembunuhan paling sadis di Indonesia pertama adalah kasus mutilasi oleh seorang perempuan bernama Astini di Surabaya, Jawa Timur.

Pembunuhan Astini bermula sakit hati karena korban menagih hutang.

Astini pun nekat membunuh korban dan memutilasinya hingga menjadi sepuluh bagian dan membuangnya dalam kantong plastik.

Polisi kemudian menangkap Astini, pada 1996 dan memvonis hukuman mati lalu mendapat eksekusi pada Maret 2005.

Kasus Ryan Jombang

Kasus Ryan Jombang Ryan Jombang merupakan pelaku pembunuhan paling sadis di Indonesia. Bahkan, kasus ini juga kerap disebut sebagai kasus paling sadis yang pernah terjadi di dunia. 

Terlebih, kasus pembunuhan ini juga sempat disorot media internasional.

Pria bernama lengkap Very Idham Henyansyah ini mengaku telah melakukan pembunuhan dan mutilasi terhadap 11 orang di Jakarta dan Jombang. 

Pembunuhan tersebut terjadi pada rentang tahun 2006 sampai 2008.

Ryan membunuh para korban dengan berbagai cara, mulai dari menggunakan linggis hingga benda tajam lainnya, kemudian ia memutilasi setiap korbannya. 

Akibat perbuatannya, Ryan Jombang dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Depok pada 6 April 2009 silam.

Sementara itu, dalam persidangannya Ryan mengaku motif pembunuhan yang dilakukannya karena alasan asmara. 

Baekuni

Baekuni atau biasa dipanggil Babe adalah seorang petani yang berasal dari Magelang.

Babe mengakhiri pendidikannya di kelas 3 SD dan mulai merantau ke Jakarta di usia 12 tahun. 

Selama merantau di Jakarta, dia bekerja serabutan, mulai dari mengamen sampai mengemis.

Di usia yang masih muda dengan statusnya yang merantau seorang diri, Baekuni kerap menjadi incaran para pedofil. 

Setelah menikah, Baekuni pindah ke Kuningan, Jawa Barat dan bekerja sebagai peternak. 

Selama menjadi pasutri, Baekuni tidak mampu melakukan hubungan suami-istri yang layak.

Tak lama istrinya meninggal dunia, Baekuni kembali ke Jakarta mencari peruntungan sebagai pedagang rokok di Terminal Pulogadung.

Selama di Jakarta, dia hidup bersama anak-anak gelandangan yang diasuh. Disinilah, hasrat penyimpangan seksualnya keluar.

Berawal dari pelecehan seksual, Baekuni tega membunuh dan memutilasi anak-anak asuhan yang tinggal bersamanya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun menyebutkan, terdapat 14 bocah berusia 6 sampai 12 tahun dibunuh dan disetubuhi oleh Babe. 

Dari 14 bocah, empat di antaranya adalah korban pembunuhan dan mutilasi.

Awalnya Babeh di vonis hukuman seumur hidup, Namun setelah mengajukan banding, Pengadilan Tinggi Jakarta justru menaikkan hukumannya menjadi hukuman mati. (Samir paturusi/ Nita Rahayu/cc)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved