Berita Kaltim Terkini
DPTPH Kaltim Ajak Masyarakat Konsumsi Pangan Lokal, Sumber Karbohidrat Alternatif Selain Beras
DPTPH Kaltim mengajak masyarakat mengonsumsi pangan lokal sebagai sumber karbohidrat alternatif selain beras.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kaltim mengajak masyarakat mengonsumsi pangan lokal.
Gerakan ini sebagai langkah awal untuk mengurangi konsumsi beras.
Hal itu telah dikampanyekan pihak DPTPH Kaltim dengan menggelar Festival Pangan Lokal pada 2023 lalu.
Kegiatan itu digelar dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa Kaltim sesungguhnya mempunyai banyak sumber pangan lokal selain beras.
"Mungkin lebih menggalakkan program untuk konsumsi pangan lokal. Jadi tidak melulu bergantung pada beras. Misalnya sehari makan 3 kali, 2 kali makan nasi dan 1 kali makan umbi-umbian dan semacamnya," ujar Kepala Bidang (Kabid) Ketersediaan dan Distribusi Pangan DPTPH Kaltim, Amaylia Dina, Minggu (25/4/2024).
Baca juga: Kutai Timur Sumbang 20 Persen Suara untuk Partai Golkar pada Pileg DPRD Kaltim
DPTPH Kaltim berharap masyarakat mengetahui bahwa karbohidrat tidak hanya beras atau terigu, namun ada juga jagung, ubi kayu, sukun, hingga pisang.
Pihaknya pun turut menggalakkan setop boros pangan, mengingat jumlah sampah makanan juga tidak sedikit.
“Kami juga menggalakkan setop boros pangan. Jadi misalkan makan, itu tidak boleh berlebihan. Apa yang kita ambil di piring, itu harus dihabiskan,” sebut Dina.
Hadirnya sampah makanan yang menumpuk juga mengundang bahaya.
Diketahui, sampah makanan yang membusuk akan melepaskan emisi gas rumah kaca.
Tentu tak bisa dianggap remeh, apalagi ketika jumlahnya mencapai puluhan ton.
Baca juga: Caleg DPR RI Dapil Kaltim Peraih Suara Tertinggi ke-3 Real Count KPU, Syafruddin: Terima Kasih
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim pada 2023 lalu, sampah terbanyak di Kaltim berasal dari sampah makanan yang mencapai 51,11 persen.
Disusul sampah plastik dengan jumlah 19,5 persen, kertas dan karton 12,37 persen.
Kemudian sisanya adalah sampah kayu, ranting, daun, logam, kain, kaca, karet, dan lain-lain.
"Sampah makanan itu jumlahnya yang terbesar dibanding sampah plastik. Jadi kalau sampai terjadi banyaknya sampah makanan, itu karena pemborosan dan kedua merusak lingkungan," jelasnya.
"Jadi kami harap masyarakat tidak berbelanja makanan yang berlebihan. Biasanya memang suka yang banyak lapar mata tapi dari diri kita sendiri harus mulai menggerakan setop boros pangan," sambung Dina. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20231219_Kebun-jagung-di-salah-satu-daerah-yang-ada-di-Kabupaten-Berau.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.