Sejarah
Penjelasan Leap Day 2024 yang Dijadikan Doodle Google, Apa Perbedaannya Dengan Tahun Kabisat?
29 Februari 2024 Google menggunakan icon katak sebagai peringatan tahun kabisat, berikut ialah informasi terkait Leap day dan tahun kabisat.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Dzakkyah Putri
Jika tidak ada tahun kabisat, waktu tambahan ini akan menumpuk, dan kalender serta musim akan kehilangan sinkronisasi.
tahun kabisat diintroduksi untuk menangani perbedaan ini, menjaga agar kalender tetap sesuai dengan siklus orbit Bumi.
Hal ini memiliki dampak pada pertanian dan aktivitas berbasis musim, menghindari pergeseran musim yang dapat mempengaruhi penanaman dan panen.
Tanpa tahun kabisat, waktu tambahan ini dapat mengakumulasi dalam hitungan hari, minggu, bahkan bulan, menghasilkan ketidaksesuaian yang signifikan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Sejarah tahun kabisat
Sejarah tahun kabisat dapat dilacak kembali ke peradaban Romawi Kuno.
Kalender Romawi awal, yang disebut Kalender Romawi Awal atau Kalender Romulus, hanya memiliki 10 bulan dan 304 hari, tanpa memasukkan periode musim dingin.
Kondisi ini menyebabkan ketidaksesuaian dengan siklus matahari, dan untuk mengatasinya, Raja Numa Pompilius menambahkan bulan Januari dan Februari serta membuat aturan tahun kabisat.
Namun, tahun kabisat yang diatur oleh Numa Pompilius masih belum sepenuhnya sesuai dengan panjang tahun matahari.
Seiring berjalannya waktu, perubahan lebih lanjut dilakukan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM dengan memperkenalkan Kalender Julian.
Baca juga: Link Tes Cake Resume Quiz yang Viral di Sosial Media, What Cake Are You? Konsultasi Mengenai Karir
Julius Caesar menetapkan bahwa setiap empat tahun sekali, sebulan penuh (29 atau 30 hari) akan ditambahkan setelah bulan Februari untuk menjaga keseimbangan kalender.
Pada abad ke-16, Paus Gregorius XIII memperbarui kalender menjadi Kalender Gregorian.
Meskipun prinsip tahun kabisat tetap, aturan tahun kabisat di Kalender Gregorian adalah tahun yang habis dibagi 4 adalah tahun kabisat, kecuali tahun yang habis dibagi 100, tetapi termasuk tahun yang habis dibagi 400.
Aturan ini membantu menyelaraskan tahun kalender dengan tahun matahari dengan lebih tepat.
Sejak saat itu, sistem tahun kabisat yang didasarkan pada Kalender Gregorian masih berlaku dan menjadi dasar bagi banyak kalender yang digunakan di seluruh dunia saat ini. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.