Sejarah
Sejarah 16 Maret: Gunung Agung Mengalami Erupsi di Bali, Tepat 61 Tahun yang Lalu
Sejarah 16 Maret mengingatkan kita pada erupsi Gunung Agung di Pulau Bali yang terjadi tepat 61 tahun lalu.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah 16 Maret mengingatkan kita pada erupsi Gunung Agung di Pulau Bali yang terjadi tepat 61 tahun lalu.
Gunung Agung di Pulau Bali mengalami letusan eksplosif pada 17 Maret 1963.
Sekitar 1.600 orang dilaporkan meninggal dunia akibat letusan tersebut, sejumlah sumber lain menyebut korban mencapai lebih dari 2.000 orang.
Baca juga: Sejarah 14 Maret: White Day, Tradisi Balasan Hari Valentine di Jepang, Pria Beri Cokelat ke Wanita
Baca juga: Sejarah 12 Maret: Die Schuldigkeit des ersten Gebots, Opera Pertama Mozart Saat Berusia 11 Tahun
Baca juga: Sejarah 9 Maret: Boneka Barbie Dijual Pertama Kali di Pameran Mainan Internasional, New York City
Dikutip dari Express, (29/6/2018), letusan sudah dimulai sejak 18 Februari 1963, setelah 2 hari gempa dengan lava pijar dan abu keluar dari gunung.
Aliran lahar muncul dimulai 19 Februari dan tidak berhenti hingga 26 hari.
Namun yang terjadi selanjutnya adalah letusan eksplosif pada 17 Maret.
Letusan eksplosif pada 17 Maret menghasilkan kolom letusan besar yang diperkirakan mencapai ketinggian 19-26 kilometer.
Gas Panas
Letusan berlangsung selama 7 jam dan menghasilkan arus kepadatan piroklastik mematikan atau pyroclastic density currents (PDCs).
PDCs yaitu arus gas panas dan material vulkanik yang bergerak cepat.
Lahar dingin dan panas (aliran puing-puing yang terdiri dari bahan piroklastik) dengan cepat terbentuk dalam hujan deras yang mengikuti letusan ini.
Baca juga: Sejarah 11 Maret: COVID-19 Ditetapkan Sebagai Pandemi Global oleh Organisasi Kesehatan Dunia
Hal itu telah menghancurkan desa-desa dan konstruksi di lereng selatan Agung hingga mencapai pantai.
Dilansir Straitstimes, 27 November 2017, akibat dari ledakan itu, sekitar 1.600 orang tewas, puluhan desa hancur, dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Pada 1963 gunung itu meletus sebanyak 3 kali setelah tidak aktif selama 120 tahun.
Dampak letusan

Gunung berapi itu melemparkan puing-puing setinggi 10 km di udara, menghancurkan puluhan desa dalam radius sekitar 7 km.
Lava mengalir menuruni lereng gunung berapi selama beberapa hari setelah itu.
Penduduk dari tiga desa di lereng gunung yang lebih rendah menjadi yang paling terdampak.
Baca juga: Sejarah 5 Maret: Meninggalnya Hugo Chavez, Pemimpin Kudeta yang Menumbangkan Presiden Venezuela
Banyak dari mereka yang selamat dirawat di rumah sakit karena luka bakar akibat abu panas gunung berapi dan batu yang jatuh.
Diberitakan Express, 29 Juni 2018, dampak letusan 1963 tidak hanya korban jiwa, tapi juga iklim.
Dampaknya dirasakan hingga ke seluruh Indonesia.
Letusan 1963 adalah salah satu letusan gunung berapi pertama yang memiliki dampak iklim, karena banyaknya belerang yang disuntikkan ke atmosfer.
Perkiraan penurunan suhu global bervariasi antara 0,1 derajat celcius hingga 0,4 celcius.
Pulau Bali juga diselimuti oleh abu tebal sementara aliran lahar menelan hektar tanaman padi, sebanyak 200.000 orang terancam kelaparan.
Abu Letusan Capai Madura dan Surabaya
Abu dari letusan Gunung Agung mencapai Madura dan Surabaya, Jawa Timur.
Di Surabaya, awan tebal abu menyebabkan penutupan sekolah, sementara ibukota Indonesia Jakarta juga terpengaruh.
Abu menyebar hingga 1.000 kilometer dari gunung berapi.
Baca juga: Sejarah 6 Maret: Klub Real Madrid Asal Spanyol Didirikan Para Mahasiswa, Tepat 122 Tahun yang Lalu
Diberitakan Harian Kompas, 15 Maret 1974, kerusakan akibat letusan Gunung Agung 1963 berangsur-angsur dipulihkan.
Material letusan dahsyat Gunung Agung mengalir lewat Tukad Telagawaja dan Tukad Unda dengan 5 anak sungainya.
Kerusakan yang ditimbulkan merupakan kehancuran seluruh jembatan pada sungai itu, sarana irigasi sepanjang sungai rusak, dan ratusan hektar sawah tertutup di bagian hilirnya.
Jembatan yang hanyut di sepanjang aliran Tukad Telawaja dan Tukad Unda ada 9 buah.
Hal itu memutuskan koneksi antara Bali dengan daerah timur.
Untuk itu dibangun beberapa jembatan penghubung dan bangunan pelintas. Selain itu dibangun check dam atau tanggul penghambat.
Tujuannya yaitu mengendalikan material letusan yang masih turun ke hilir dan mengurangi gangguan material terhadap bangunan-bangunan pengairan.
Selain itu juga memulihkan hubungan lalu lintas antara Rendang-Muncan-Selat-Amlapura.
Baca juga: Tanggal 29 Februari 2024 Hari Apa? Sejarah dan Pengertian Kabisat yang Terjadi Setiap 4 Tahun Sekali
Letusan Gunung Agung 2017–2019
Gunung Agung adalah sebuah gunung berapi di pulau Bali di Indonesia yang meletus pada tahun 2017, dan menyebabkan ribuan orang mengungsi dan mengganggu perjalanan udara.
Hingga 27 November 2017, tingkat siaga berada pada level tertinggi dan perintah evakuasi telah dikeluarkan.
Gempa bumi tektonik dari gunung berapi telah terdeteksi sejak awal Agustus, dan aktivitas gunung berapi tersebut meningkat selama beberapa minggu sebelum menurun secara signifikan pada akhir Oktober.
Periode kedua dari kegiatan utama dimulai pada akhir November.
Kronologi Peristiwa Erupsi
Gempa vulkanik telah diamati dari 10 Agustus 2017 dan intensitas aktivitas meningkat dalam minggu-minggu berikutnya.
Penurunan aktivitas terjadi pada akhir September, sebelum periode kedua dari kegiatan yang lebih besar dimulai pada akhir November.
Baca juga: Sejarah 28 Februari: Nilon Ditemukan oleh Wallace Carothers, Seorang Pengidap Gangguan Jiwa
Korban Jiwa
Letusan tersebut menyebabkan sekitar 40.000 orang harus dievakuasi dari 22 desa di sekitar Gunung Agung.
Letusan ini juga menyebabkan bandara sekitar gunung tersebut ditutup.
Bandara Internasional Lombok, yang terletak di pulau tetangga Lombok, ditutup pada 26 November.
Namun dibuka kembali keesokan harinya.
Bandara Internasional Ngurah Rai, terletak di ujung selatan pulau dan barat daya dari gunung berapi, ditutup pada 27 November.
Lebih dari 400 penerbangan dibatalkan dan sekitar 59.000 penumpang tetap tinggal.
Penutupan bandara diperpanjang sampai 30 November 2017.
(*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.