Berita Internasional Terkini
Komet Setan Langka Seukuran Gunung Everest Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang Pada Bulan April Besok
Komet setan langka seukuran Gunung Everest bisa dilihat dengan mata telanjang pada bulan April besok.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
Menurut para ilmuwan, komet ini juga mengalami peningkatan kecerlangan secara eksponensial yang diprediksi terjadi pada Maret 2024.
Adapun penyebab komet tersebut mengalami tingkat kecerlangan hingga saat ini belum diketahui.
Namun, beberapa ahli berspekulasi bahwa komet tersebut mungkin memiliki gunung es aktif yang meledak dan menyebabkan kilatan cahaya.
Bagaimana terbentuknya komet?
Komet merupakan benda langit yang terdiri dari es, batu, debu, dan gas yang bergerak mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk elips atau melengkung.
Terjadinya komet melibatkan proses-proses alami yang terjadi di Tata Surya.
Komet biasanya berasal dari wilayah dingin dan jauh di Tata Surya yang disebut Sabuk Kuiper atau awan Oort.
Benda-benda di wilayah ini merupakan sisa-sisa pembentukan Tata Surya yang terjadi miliaran tahun yang lalu.
Terkadang, gravitasi dari benda langit lain atau gangguan dari bintang-bintang yang lewat dapat mengganggu orbit sebuah objek di Sabuk Kuiper atau awan Oort, sehingga membawanya menuju ke dalam Tata Surya dalam lintasan yang mengelilingi Matahari.
Ketika sebuah benda dari Sabuk Kuiper atau awan Oort mendekati Matahari, panas dari Matahari menyebabkan es di permukaan benda tersebut menguap menjadi gas, membentuk atmosfer atau koma di sekitar inti komet.
Tekanan radiasi Matahari dan angin surya juga dapat mempengaruhi orbit komet.
Saat komet mendekati Matahari, pemanasan dari Matahari dan tekanan radiasi menyebabkan gas dan debu dari koma komet terlihat bersinar dan membentuk ekor yang panjang di belakangnya.
Ekor komet terbentuk karena angin surya yang meniup gas dan debu ke belakang saat komet bergerak melalui Tata Surya.
Setelah melintasi titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion), komet akan bergerak menjauh dari Matahari menuju wilayah dingin di Tata Surya.
Selama perjalanan kembali ke ruang angkasa yang jauh, komet akan kehilangan sebagian materi yang membentuk koma dan ekornya.
Peristiwa langka seperti tabrakan dengan planet atau benda langit lainnya dapat mempengaruhi perjalanan komet atau bahkan menghancurkannya.
Meskipun demikian, banyak komet yang telah terlihat oleh manusia selama berabad-abad, dan penelitian lebih lanjut tentang komet memberikan wawasan penting tentang pembentukan dan evolusi Tata Surya. (*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.