Berita Berau Terkini

3 Orang di Berau Kaltim Meninggal Usai Kena Difteri, Ini 8 Gejala dan Penyebab Difteri Menyebar

Difteri merupakan penyakit menular dan berbahaya yang terjadi karena infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.

Penulis: Ata | Editor: Nur Pratama
TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN/dinkespidie
Ilustrasi - Dinas Kesehatan melakukan imunisasi massal setelah ditemukan beberapa kasus suspect difteri. Dinkes Berau telah menerbitkan surat kejadian luar biasa difteri. 

Arahan Kemenkes dikatakannya sudah jelas, bahwa penyakit yang susah disembuhkan dan jika terjadi menimbulkan kematian, maka pencegahannya harus dilakukan vaksinasi. Atau biasa disebut Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Termasuk, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC hingga Hepatitis.

Menanggapi tingginya kasus kematian akibat Difteri, Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Berau, Muhammad Said menuturkan, Pemkab Berau berkomitmen penuh untuk penanganan kasus Difteri di Kabupaten Berau. Itu dibuktikan dengan rapat dan kesepakatan bersama lintas sektor untuk membahas penanganan Difteri.

Pihaknya juga telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Berau Nomor 23 Tahun 2024 perihal penetapan status kejadian luar biasa penyakit difteri. Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium pada UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaltim terhadap 2 kasus di Kecamatan Teluk Bayur.

Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan imunisasi yang menyasar kepada anak-anak dan itu sudah mulai dilakukan. Vaksinasi tersebut menyasar kepada empat kecamatan dengan kasus Difteri. Yakni, Kecamatan Gunung Tabur, Teluk Bayur, Pulau Derawan dan Kelay. Pihaknya yakin dengan kesiapan semua perangkat daerah untuk penanganan Difteri tersebut.

"Kami yakin kejadian ini bisa ditangani baik dari sisi personal, anggaran dan sebagainya," sebutnya.

Selama ini, diakuinya banyak orang yang tidak dengan bahayanya Difteri ini. Makanya, sosialisasi terkait Difteri gencar dilakukan sebagai upaya pihaknya untuk menekan kasus tersebut. "Kami harap para orangtua dapat bekerja sama agar mau anaknya divaksin," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinkes Berau, Lamlay Sarie menyebut, sejak akhir 2023 lalu telah ditemukan 8 kasus Difteri.

Di antaranya 3 suspect atau dicurigai dan 2 masih konfirmasi yang ternyata hasilnya negatif. Sementara, tahun 2024 terdapat 3 kasus dengan 2 konfirmasi dan 1 klinis.

Maka, disimpulkan terdapat 11 kasus direntang 2023-2024. Dengan kasus meninggal dunia 3 orang dari 4 orang positif Difteri.

Adapun 1 orang meninggal dunia pada 2023 dengan usia 5 tahun. Dan dua orang lainnya meninggal pada 2024 dengan usia 3 tahun dan 22 tahun. Sebagai langkah pencegahan, pihaknya telah melakukan imunisasi DPT yang sudah berjalan di kampung yang memiliki kasus Difteri.

"Secara resmi untuk skala kecamatan mulai hari ini (kemarin) kita tetapkan sekaligus membentuk tim satgas Difteri," terangnya.

Meskipun vaksinasi baru menyadar kampung dan kelurahan yang memiliki kasus, tentu ke depan akan diperluas lagi.

Khususnya untuk anak usia dua bulan hingga 15 tahun. Apabila logistik vaksinasi mencukupi, maka akan dilanjutkan hingga umur tertinggi dari kasus yang ada, yakni 22 tahun.

"Karena vaksin ini menunggu pengadaan pusat. Kalau kebutuhan kita membuat usulan. Pusat juga mengirim berdasarkan stok mereka. Karena baru tersedia pertengahan Februari, makanya Berau juga baru dapat bagian," tuturnya.

"Insya Allah kasus Difteri di Kabupaten Berau masih bisa tertangani," pungkasnya.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved