Jejak Islam di Bumi Etam
Jejak Islam di Bumi Etam 15 - Ubah Kampung Maksiat jadi Kampung Masjid
Salah satu peninggalan Pangeran Bendahara yang sampai saat ini masih kokoh berdiri adalah Masjid Shirathal Mustaqiem atau masjid tua.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Syaiful Syafar
Sosoknya dikenal sebagai penggagas dari berdirinya Masjid Shirathal Mustaqiem atau "masjid tua" di Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Di balik pendirian masjid tersebut, ada kisah panjang dari perjalanan dakwah Pangeran Bendahara, termasuk mengubah wilayah yang dulunya dikenal sebagai tempat maksiat menjadi agamis.
TRIBUNKALTIM.CO – Sosok Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf dikenal juga dengan nama Pangeran Bendahara.
Dirinya adalah salah satu ulama dan penyebar Islam di Kerajaan Kutai Kartanegara.
Mendapat kepercayaan dari Sultan Kutai untuk berdakwah di wilayah yang kini masuk dalam kawasan Samarinda Seberang.
Salah satu peninggalan beliau yang sampai saat ini masih kokoh berdiri adalah Masjid Shirathal Mustaqiem atau masjid tua yang juga menjadi saksi syiar Islam di Samarinda, Kalimantan Timur.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 14 - Peninggalan Imam Pertama di Masjid Shirathal Mustaqiem
Dikisahkan H Sofyan yang juga pengurus Masjid Shirathal Mustaqiem, sosok Pangeran Bendahara adalah nama gelar yang diberikan kepada Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf oleh Raja Kutai ke-17 Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1850-1899) yang bertakhta kala itu.

Ketekunan Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf dalam menjalankan syariat Islam ditanggapi Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang kemudian memberi amanah kawasan Samarinda Seberang menjadi pusat dakwah sang ulama.
Ia diangkat menjadi Kepala Adat di kawasan Samarinda Seberang pada tahun 1880 dan diberi gelar Pangeran Bendahara.
"Pangeran Bendahara diberi gelar Kesultanan Kutai. Sejarah bangunan ini dimulai pada tahun 1876 datang ke Samarinda, Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf seorang ulama dari Kalimantan Barat merupakan seorang muslim yang taat, meminta izin kepada Sultan Aji Muhammad Sulaiman untuk berdakwah di wilayah ini, Alhamdulillah kemudian diizinkan," kata Sofyan.
Sebagai tokoh masyarakat, Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf ingin mengubah kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai "kampung maksiat" menjadi "kampung masjid".
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 13 - Masjid Shirathal Mustaqiem, Kisah 4 Tiang dan Syiar Islam di Samarinda
Dukungan dari masyarakat juga didapatkan setelah ia mendakwah di sekitar area lokasi yang akan dibangun masjid.
Keberhasilan dakwah Habib Abdurachman atau Pangeran Bendahara membuatnya mendapat sokongan melancarkan niat dakwah dan mensyiarkan agama Islam.
Pendirian masjid digagas oleh Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf atau Pangeran Bendahara menandai syiar Islam dimulai di Kota Samarinda.
Beberapa nama tokoh sentral mengikuti jejak Habib Abdurachman untuk belajar Islam, yang akhirnya juga ikut andil menyumbangkan material bahan bangunan masjid.

Awal pembangunan masjid tua yakni mendirikan empat tiang utama, di mana Habib Abdurachman dibantu warga sekitar.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 12 - Aroma Minyak Gaharu di Makam Abu Thalhah
Masjid Shirathal Mustaqiem
Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf
Pangeran Bendahara
Jejak Islam di Bumi Etam
Sejarah Islam di Kalimantan Timur
Samarinda
sejarah masjid tua samarinda
sejarah masjid shirathal mustaqiem samarinda
sejarah islam di samarinda
TribunKaltim.co
Jejak Islam di Bumi Etam 26 Selesai - Batu Indra Giri, Penanda Hubungan Diplomatik Masuknya Islam |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 25 - Sosok Abu Mansyuh Indra Jaya, Pembawa Islam di Tana Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 24 - Al-Qur'an Tua Tulisan Tangan Jejak Penyebaran Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 23 - Masjid Jami Nurul Ibadah, Bukti Perkembangan Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 22 - Datu Bejambe, Leluhur Tokoh Penyebar Islam di Paser |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.