Jejak Islam di Bumi Etam
Jejak Islam di Bumi Etam 13 - Masjid Shirathal Mustaqiem, Kisah 4 Tiang dan Syiar Islam di Samarinda
Masjid tersebut dikenal dengan masjid tua atau Masjid Shirathal Mustaqiem yang memiliki makna jalan lurus.
Penulis: Ary Nindita Intan R S | Editor: Syaiful Syafar
Masjid yang juga sering disebut sebagai "masjid tua" ini merupkan bukti sejarah syiar Islam di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Di balik bentuk bangunannya yang masih kokoh, Masjid Shirathal Mustaqiem menyimpan cerita unik di balik pendirian empat tiang utama saat awal pembangunan.
TRIBUNKALTIM.CO - Dalam sejarah Kesultanan Kutai ada sebuah bangunan masjid di ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki nilai penting dalam jejak syiar Islam di Kota Samarinda.
Masjid tersebut dikenal dengan masjid tua atau Masjid Shirathal Mustaqiem yang memiliki makna jalan lurus.
Bangunan yang berdiri di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang tersebut bukan sekadar bangunan tua yang dikenang hanya karena sejarahnya.
Masjid ini senantiasa dimakmurkan menjadi pusat kegiatan masyarakat hingga saat ini sejak berdiri 133 tahun yang lalu, menurut H Sofyan yang juga pengurus Masjid Shirathal Mustaqiem.
Dari masjid yang didirikan seorang ulama bernama Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf atau Pangeran Bendahara ini, syiar Islam dimulai di Kota Samarinda.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 12 - Aroma Minyak Gaharu di Makam Abu Thalhah
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 11 - Abu Thalhah, Diutus Sebarkan Islam Bersama 4 Saudara
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 10 - Makam Kelambu Kuning, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Kesultanan Kutai
Dikisahkan Sofyan, adapun Pangeran Bendahara adalah nama gelar yang diberikan kepada Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang bertakhta kala itu.
Ia diangkat menjadi pemimpin atau kepala di kawasan Samarinda Seberang pada tahun 1880.
Sebagai tokoh masyarakat, Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf ingin mengubah kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai "kampung maksiat" menjadi "kampung masjid".
Awal pembangunan masjid tua yakni mendirikan empat tiang utama, di mana Habib Abdurachman dibantu warga sekitar.
Tiang yang lebih dikenal sebagai soko guru itu disumbangkan oleh empat tokoh, yakni Kapitan Jaya, Pettaloncong, dan Lusulunna, serta Habib Abdurachman sendiri.
"Sebelum masjid berdiri, lokasi ini merupakan tempat maksiat. Judi, sabung ayam, minuman keras dan lain sebagainya. Siang dan malam masyarakat seperti itu.
"Beliau (tekun) berdakwah dengan lemah lembut, pelan-pelan, artinya hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun berganti, Allah SWT memberikan kesadaran kepada masyarakat ini untuk bertaubat, setelah itu semua dipikul oleh Habib Abdurrahman Assegaf," kata Sofyan.
"Masyarakat setuju, dan masing-masing mencari bahan untuk keperluan masjid untuk empat pilar masjid yang bakal didirikan bangunan," sambungnya.
Baca juga: Jejak Islam di Bumi Etam 9 - Pangeran Noto Igomo Membuka Perkebunan Sembari Berdakwah
Keempat tiang soko guru merupakan sumbangan dari para tokoh adat, diawali satu tiang dari Habib Abdurachman didatangkan dari Dondang, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Masjid Shirathal Mustaqiem
Samarinda
Kalimantan Timur
Habib Abdurachman bin Muhammad Assegaf
Pangeran Bendahara
Jejak Islam di Bumi Etam
Sejarah Islam di Kalimantan Timur
sejarah masjid shirathal mustaqiem samarinda
sejarah masjid tua samarinda
sejarah islam di samarinda
Jejak Islam di Bumi Etam 26 Selesai - Batu Indra Giri, Penanda Hubungan Diplomatik Masuknya Islam |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 25 - Sosok Abu Mansyuh Indra Jaya, Pembawa Islam di Tana Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 24 - Al-Qur'an Tua Tulisan Tangan Jejak Penyebaran Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 23 - Masjid Jami Nurul Ibadah, Bukti Perkembangan Islam di Paser |
![]() |
---|
Jejak Islam di Bumi Etam 22 - Datu Bejambe, Leluhur Tokoh Penyebar Islam di Paser |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.