Berita Kutim Terkini

Angka Prevalensi Stunting di Kutim Menurun Per Februari 2024, Tahun Ini Targetkan Minimal 14 Persen

Angka prevalensi stunting di Kutai Timur menurun per Februari 2024, tahun ini targetkan minimal 14 persen.

Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Diah Anggraeni
HO/Pemkab Kutim
Wakil Bupati Kutim, Kasmidi Bulang mengatakan, pihaknya akan terus berupaya agar Kabupaten Kutim bebas stunting. Angka prevalensi stunting di Kutai Timur menurun per Februari 2024 yaitu 16,4 persen, sedangkan tahun ini targetkan minimal 14 persen. 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Angka prevalensi stunting di Kabupaten Kutai Timur mengalami penurunan.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes), angka prevalensi stunting di Kutai Timur adalah sebesar 16,4 persen pada bulan Februari 2024.

Angka itu menurun dibandingkan tahun 2023 lalu yang mencapai 17,04 persen. 

Sedangkan target penurunan angka prevalensi stunting di Kutai Timur pada tahun 2024 ini minimal 14 persen.

"Hal itu merupakan kabar gembira, namun kita harus tetap mengupayakan lebih baik lagi agar Kabupaten Kutim bebas stunting," ungkap Wakil Bupati Kutim, Kasmidi Bulang, Rabu (27/3/2024).

Baca juga: Seleksi CPNS 2024 Jalur Umum, Pemkab Kutim Dapat Jatah 280 Formasi

Untuk mencapai target secara nasional tersebut, ia selaku ketua Tim Penggerak Percepatan Penurunan Stunting Kutai Timur meminta agar data yang dimiliki valid.

Mulai dari perbaikan data yang akan menjadi rujukan untuk perencanaan monitoring hingga evaluasi intervensi stunting, sehingga dilakukan dengan memperhatikan validitas dan akurasi data.

Pengumpulan data yang baik dimulai ketika alat ukur yang digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, petugas memiliki kapasitas yang sama dan terlatih, prosedur pendataan dipenuhi serta cakupan data yang dikelola dan diukur.

"Saya minta di tingkat desa atau kelurahan, bidan desa dan petugas gizi puskesmas secara bersama-sama dengan kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) masing-masing desa atau kelurahan untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita yang berpotensi stunting," tegasnya.

Baca juga: Upaya Pengendalian Inflasi, Pemkab Kutim Gelar Operasi Pasar Murah di Lapangan Heliped Bukit Pelangi

Ia menjelaskan, balita yang berpotensi stunting itu seperti balita 2 bulan berturut-turut berat badannya tidak naik atau balita dengan gizi yang buruk dan gizi kurang.

Selain itu, ia juga mengimbau agar pemerintah kecamatan atau desa ikut andil melakukan penurunan stunting melalui anggaran yang dimiliki atau sesuai kemampuan dana di kecamatan/desa.

Tak lupa ia juga mengajak para stakeholder atau pihak swasta untuk kontribusi dalam percepatan penurunan stunting baik sektor kesehatan maupun non kesehatan untuk keberhasilan penurunan stunting.

"Kolaborasi dapat dilakukan melalui pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi serta pembekalan tentang pemahaman, kepedulian individu dan masyakarat untuk dapat mengoptimalkan perannya dalam upaya penanggulangan stunting," pungkasnya. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved