Berita Samarinda Terkini
Fakta Baru Kasus Jasad Guru di Gudang Apotek di Samarinda, RSJD: Kesehatan Mental 100 Persen Sembuh
Sebuah fakta baru seputar kasus jasad guru wanita di apotek di Samarinda terkuak, RSJD tegaskan kesehatan mental korban 100 persen sudah sembuh
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO - Sebuah fakta baru seputar kasus jasad guru wanita di apotek di Samarinda terkuak, RSJD tegaskan kesehatan mental korban 100 persen sudah sembuh.
Fakta baru ini diungkap dokter spesialis kejiwaan dari RSJD Atma Husada Samarinda yang hadir dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi I DPRD Kaltim bersama pihak-pihak terkait di Gedung E lantai 1, Kamis (28/3/2024).
Selain pihak RSJD, jajaran Polresta Samarinda, pihak apotek, dan keluarga almarhumah Bertha Mimi Jama beserta puluhan warga suku Toraja juga hadir dalam RDP tersebut.
Fakta baru ini terbilang mengejutkan karena selama ini, pertanyaan--pertanyaan seputar kondisi kesehatan mental korban kerap mengemuka di masyarakat.
Baca juga: 10 Fakta Terkini Jasad Guru Wanita Membusuk di Apotek di Samarinda, Jeda Waktu Kematian Disorot
Dalam RDP, pihak RSJD menegaskan bahwa bahwa almarhumah sudah dinyatakan 100 persen sembuh, dan dapat beraktivitas secara normal.
RDP ini juga sempat diwarnai ketegangan ketika sejumlah warga suku Toraja yang hadir mendesak agar kepolisian dapat terbuka dan mengungkap sebenar-benarnya kasus ini.
"Kami kehilangan Pak, sangat kehilangan. Tolong jangan ada yang ditutupi dalam kasus ini. Kematian keluarga kami (Bertha Mimi) tidak wajar," pinta S. Gedzbal Patasik, salah satu perwakilan keluarga yang turut hadir di ruang rapat.
Permintaan tegas itupun ditanggapi serius oleh Kapolresta Samarinda Kombes Pol Ary Fadli.
Orang nomor satu di Polresta Samarinda ini mengatakan, pihaknya telah berkomitmen untuk mengungkap sebenar-benarnya kasus ini guna menjawab segala pertanyaan pihak keluarga maupun masyarakat.
Ia juga mengatakan bahwa hasil pemeriksaan CCTV yang dilakukan tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri telah mereka pegang dan akan segera digelar dalam waktu dekat.
"Nanti pada gelar akan kita ungkap semua hasilnya. Untuk waktunya akan kami sampaikan segera," kata Kombes Pol Ary Fadli secara singkat, padat dan jelas.

Begitupun anggota Komisi I DPRD Kaltim, Martinus mengatakan, pihaknya menyatakan sikap untuk ikut mengawal dan mendampingi pihak keluarga korban dalam gelar perkara yang akan diselenggarakan Polda Kaltim.
Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat, terkhusus keluarga korban dapat menunggu dengan sabar selama pihak kepolisian mempersiapkan gelar perkara tersebut.
"Apalagi, kepolisian sudah mengatakan sudah ada hasil signifikan. Tinggal menunggu kapan waktu gelarnya," singkat Martinus.
Sementara itu, 3 penasihat hukum (PH) keluarga yakni Tino H. Ampulembang, Yos Christian dan Titus T. Pakalla juga kembali membeberkan sejumlah kejanggalan yang sampai saat ini belum terjawab.
Pertama, mereka meyakini almarhumah diantar oleh sesorang dari RSJD Atma Husada ke apotek berplat merah tersebut.
Hal itu mereka yakini sebab jarak waktu almarhumah yang dikatakan berjalan kaki dari RSJD sampai ke apotek hanya 4 menit.
"Sedangkan saat rekonstruksi, polisi juga menemukan fakta secepat-cepatnya orang berjalan, dari rumah sakit ke apotek perlu 17 menit. Apalagi almarhumah sudah berumur," ungkap Tino H. Ampulembang.
Kemudian mereka juga mengungkap bahwa semasa hidup, meski sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), namun almarhumah yang berprofesi sebagai guru itu dikenal sangat menghormati dan tunduk kepada sang suami.
"Kami yakin suaminya turut ambil peran dalam kasus ini. Apalagi dari CCTV, ibu Bertha sempat mondar-mandir di depan jalan sebelum masuk apotek. Kami menduga dia diarahkan," sambung Yos Christian.
Sementara Titus T. Pakalla menilai ada pembiaran yang dilakukan pihak kepolisian.
Baca juga: Warga Geruduk Apotek TKP Penemuan Jasad Guru di Samarinda, Berikut Tuntutan Mereka
Di mana saat korban dilaporkan hilang pada 2 Februari 2024, kepolisian tahu titik keberadaan ponsel korban namun tidak turut membantu keluarga untuk mencari.
"Kalau polisi ikut mencari, mereka berhak memeriksa setiap bangunan di sekitar TKP. Dengan begitu nyawa almarhum dapat diselamatkan," kata Titus.
Dengan segala kejanggalan yang ada mereka berkomitmen untuk mengawal kasus tersebut hingga keluarga almarhumah mendapatkan keadilan.
Perkembangan terbaru, karena penyelidikan di Kimia Farma dianggap telah cukup, maka apotek yang berada di Jalan Hidayatullah tersebut kini diperbolehkan untuk beroperasi kembali.
Tino H. Ampulembang menambahkan mereka telah legowo apabila apotek tersebut dibuka kembali meski kasus ini masih bergulir.
"Kami izinkan karena kemanusiaan, bagaimanapun itu adalah fasilitas kesehatan masyarakat. Tapi kami tegaskan, proses hukum tetap berjalan," pungkas Tino.
Misteri Jeda Waktu 12 Hari
Penemuan jasad Bertha Mimi (56) di gudang Apotek di seputaran Jalan Hidayatullah, Kota Samarinda, Kalimantan Timur pada Minggu 18 Februari 2024 masih menyisakan berbagai pertanyaan bagi pihak keluarga.
Bahkan kasus ini telah menyita perhatian publik dalam skala nasional sejak ratusan warga menggeruduk dan segel apotek berplat merah tersebut pada Minggu 17 Maret 2024.
Tak ingin masyarakat berspekulasi semakin beragam, Polresta Samarinda akhirnya menggelar press release terkait perkembangan kasus ini.
Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Ary Fadli meyakinkan bahwa kasus ini sudah dalam penyelidikan oleh jajaran Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) dan Polsek Samarinda Kota.
Ia pun menjelaskan kronologi sesuai hasil pemeriksaan dan keterangan para saksi.
Sesuai rekaman CCTV, almarhumah masuk apotek berplat merah itu pada Rabu, 31 Januari 2024, pukul 11.00 Wita.
Memang pada tanggal itu almarhumah baru saja melakukan kontrol di RSJD Atma Husada Samarinda dengan ditemani sang suami.
Sang suami mengaku kehilangan jejak istrinya di hari itu juga sekembalinya ia membeli air mineral.
"Suaminya sempat telepon dan bertanya di mana. Tapi jawaban ibu (Bertha Mimi) itu tidak begitu jelas," bebernya.
Kembali ke TKP, saat masuk ke dalam apotek, Bertha Mimi mengenakan setelan serba cokelat dengan membawa plastik berisi bungkusan makanan ringan.
Tiba-tiba saja perempuan itu hendak masuk ke area tempat meracik obat.
Para karyawan yang melihat lantas menghadang dan menanyakan ke mana tujuannya.
Kala itu, Berta Mimi tidak menjawab dan hanya memperlihatkan bungkusan yang dibawa.
Melihat itu, petugas apotek mengira dia hendak membuang sampah yang kemudian diarahkan ke area belakang apotek.
Karena apotek sedang ramai, para saksi tidak lagi memperhatikan apakah ibu tersebut telah keluar ataupun belum.
Baca juga: Keluarga Perempuan yang Jasadnya Membusuk di Gudang Apotek Samarinda Geruduk Kantor Polisi
"Cuma bungkusan yang sebelumnya dibawa ditemukan di area mushola tapi tidak lagi melihat ibu ini," beber Kombes Pol Ary Fadli dalam press releasenya, Rabu (20/3/2024).
Orang nomor satu di Mapolresta Samarinda ini pun menunjukan sketsa bangunan apotek.
Pada area belakang ternyata terdapat sebuah taman dan beberapa bangunan terpisah dari apotek yang terdiri dari mushola dan gudang penyimpanan barang tidak terpakai ataupun obat-obatan kedaluwarsa.
Jasad Bertha Mimi sendiri ditemukan di dalam gudang yang memang sangat jarang dikunjungi, kecuali ada barang atau obat-obatan yang hendak disisihkan tersebut.
"Pintunya (gudang) tidak terkunci. Saat ditemukan jasad korban mengganjal pintu," bebernya.
Dari kondisi jasad, almarhumah telah meninggal dunia selama 5 hari atau sekitar tanggal 14 Februari sebelum ditemukan pada 18 Februari 2024.
Saat olah TKP polisi menemukan ponsel, dompet berisi identitas dan uang senilai Rp 110 ribu milik almarhumah.
Ia mengatakan, masih melakukan pendalaman saat disinggung mengenai dengan siapa almarhum terakhir berkomunikasi sejak masuk ke apotek Kimia Farma hingga akhirnya ponsel kehabisan daya.
Tidak hanya itu pihaknya juga telah mengambil rekaman CCTV apotek sejak H+1 setelah jasad korban ditemukan.
"CCTV itu juga sudah dibawa ke Labfor Surabaya untuk dianalisa agar tidak ada rekayasa pada CCTV (apotek) tersebut," jelasnya.
Saat ini mereka masih mengumpulkan berbagai informasi, bukti dan petunjuk untuk mencari fakta sebelum digelarkan dan merilis kronologis sebenar-benarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Manajer Area Kimia Farma Samarinda, Restu, memastikan tidak ada kejadian yang disembunyikan dari kasus tersebut.
Pihak karyawan juga telah dimintai keterangan.
"Terkait rekaman CCTV juga telah kami serahkan kepada pihak kepolisian di hari penemuan itu juga. Tidak ada yang kami tutup-tutupi terkait kasus ini," singkat Restu.
(*)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.