Karminah Akui Ikut 'Terpapar Virus' Proklim Hasil Inisiasi PT Pama Persada Nusantara di Wonosobo

TRIBUNKALTIM.CO, WONOSOBO – Karminah, 52 tampak asyik melayani anak-anak warga dusun Kawista, Desa Adiwarno, Wonosobo, Jawa Tengah yang menjadi pelanggan setia di warung kelontong sederhana miliknya, Selasa (7/5/2024) siang.

Berlokasi tak jauh dari masjid kampung, warung yang menyediakan sembako, sayur-sayuran dan juga jajanan anak ini memang menjadi cukup strategis. Warung yang persis di depannya mengalir sebuah sungai kecil dengan aliran air yang bening itu selalu menjadi jujugan saat anak-anak pulang sekolah atau saat sedang bermain.

“Alhamdulillah, ada saja. Kalau pagi ya ibu-ibu yang belanja untuk kebutuhan dapur. Kalau siang biasanya anak-anak yang jajan,” kata Karminah dengan logat Wonosobo yang kental.

Siang itu Karminah memang berbeda dengan sejumlah tetangganya yang menjadi kader Proklim (Program Kampung Iklim). Karminah tetap dengan rutinitas warungnya, sementara tetangganya yang menjadi kader Proklim sedang punya  gawe menerima kunjungan PT Pama Persada Nusantara dan Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Wonosobo.

Untuk diketahui, Dusun Kawista adalah satu dari 29 dusun yang menjadi binaan PT Pamapersada Nusantara dalam program Kampung Iklim.

Bank Sampah

Sebut saja Lilik Sri Rahayu tetangga Karminah yang siang itu tampak sibuk memberikan penjelasan kepada sejumlah jurnalis yang diajak PT Pama Group untuk mengunjungi kampung Kawistra.

Bertanggungjawab menjadi koordinator Bank Sampah dalam Proklim dusun Kawista yang diinisiasi PT Pamapersada Nusantara ini, Lilik Sri Rahayu tampak berulangkali menjelaskan aktivitas Bank Sampah yang dipimpinnya.

“Yang jelas kalau biasanya, kami kerjakan Bank Sampah hanya pada waktu tertentu. Ini karena banyak tamu yang ingin tahu, kami memang full team agar teman-teman jurnalis bisa menularkan apa yang kami lakukan ke tempat lain,” kata wanita paruh baya yang biasa disapa Sri Rahayu ini.

Sri Rahayu mengatakan, Bank Sampah yang dikelola juga melakukan pilah sampah plus daur ulang untuk sampah yang masih bisa digunakan. “Dimanfaatkan untuk kerajinan dan kreasi lainnya, sisanya kita jual. Untuk yang organik untuk bikin pelet dikelola terpisah,” kata Sri Rahayu.

Terkait dengan keberadaan Bank Sampah di dusun Kawista ini, Karminah mengaku menjadi satu di antara nasabahnya. Sejak dua tahunan menjadi nasabah, Karminah mengaku ikut menerima manfaatnya.

“Dulu kalau ada yang tak terpakai langsung kita buang di sungai depan warung ini. Sekarang cukup kita kumpulkan dan kita antar sepekan sekali ke Bank Sampah,” kata Karminah.

Setiap mengantar sampah, nasabah tak langsung mendapatkan uang, melainkan hanya dicatat di buku tabungan sampah. Tabungan tersebut dibuka setahun sekali setiap jelang Idul Fitri.

“Lumayan, mau lebaran bisa dapat Rp 250 ribu bisa lebih tergantung tabungan kita. Ini kan tidak pakai modal, hanya dari mengubah kebiasaan langsung buang ke sungai, menjadi dikumpulkan dan disetor ke Bank Sampah jadi uang,” kata Karminah.

Masih menurut Karminah, sejak kampung mereka menjadi kampung Proklim, ia merasakan ada yang berbeda terkait dengan kebiasaan warga. Yang sangat ia rasakan adalah pola hidup bersih yang ada di kampungnya.