Berita Samarinda Terkini
Masyarakat Keluhkan Gas Melon Makin Langka, DPRD Samarinda Minta Disdag Segera Ambil Tindakan
Masyarakat keluhkan gas melon makin langka, DPRD Samarinda minta Disdag segera ambil tindakan.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Belakangan ini kerap ditemu antrean panjang pembelian gas melon di beberapa pangkalan.
Hal itu terjadi mengingat Hari Raya Idul Adha akan tiba, sehingga aktivitas memasak akan meningkat.
Kelangkaan gas elpiji pun semakin meresahkan, lantaran harga per tabungnya mencapai dua kali lipat dari harga eceran tertinggi (HET).
Tak heran jika banyak masyarakat yang mengeluhkan kondisi ini.
Baca juga: DPRD Samarinda Sebut Kelangkaan LPG 3 Kg Karena tak Tepat Sasaran
Fenomena ini juga tak luput dari atensi salah satu anggota Komisi II DPRD Samarinda, Laila Fatihah.
Dirinya mengatakan bahwa dalam pendistribusian gas elpiji, sebelumnya sudah dipastikan oleh pihak Pertamina dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat.
Namun, pernyataan tersebut nyatanya tak cukup menenangkan, lantaran tak sesuai dengan kondisi di lapangan saat ini.
Laila mengatakan, seharusnya distribusi gas melon dikontrol dengan lebih baik.
Terlebih pada sistem pendistribusian gas melon yang saat ini tidak merata semakin memperparah situasi.
Baca juga: Sekwan DPRD Samarinda Agus Tri Sutanto Ambil Formulir di Gerindra, Akui Sangat Berminat Dampingi AH
Gas melon yang seharusnya diperuntukkan bagi warga miskin justru banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak berhak.
“Saat gas melon datang, orang berbondong-bondong berebut sehingga kita tidak bisa mengatur ini boleh atau tidak. Tidak tahu sampai saat ini data masyarakat yang boleh menerima yang mana dan siapa saja,” ujarnya, Rabu (5/6/2024).
Oleh sebab itu, politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mendorong Dinas Perdagangan Kota Samarinda untuk meningkatkan pengawasan dan pendataan terhadap penerima gas melon.
Hal ini untuk memastikan agar gas melon didistribusikan secara merata dan tepat sasaran.
Ia juga menyinggung oknum agen yang diindikasikan lebih memprioritaskan penjualan gas ke luar daerah dengan harga yang lebih tinggi.
Menurutnya pula, perlu ditindaklanjuti dengan pengawasan yang lebih ketat.
“Artinya kalau sudah begini, bukan kosong, yang terjadi adalah panic buying. Warga yang biasanya satu cukup untuk sebulan, akhirnya beli dua, beli tiga, menimbun, makanya mudah langka,” pungkas Laila. (*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim.
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.