Berita Ekbis Terkini

Jokowi Wariskan Utang Jumbo untuk Prabowo, Ekonom Ingatkan Jatuh Tempo Utang Besar di Tahun 2025

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewariskan utang jumbo untuk Prabowo. Ekonom ingatkan jatuh utang besar di tahun 2025

Editor: Amalia Husnul A
Dok Setneg/BPMI Setpres
WARISAN UTANG - Presiden Jokowi bersama dengan Menhan Prabowo beberapa waktu lalu. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewariskan utang jumbo untuk Prabowo. Ekonom ingatkan jatuh utang besar di tahun 2025 

Ini menjadi jumlah pembayaran utang jatuh tempo tertinggi dalam 40 tahun ke depan. 

Berdasarkan riset KONTAN, sebanyak 92,7 persen dari total SBN yang jatuh empo tahun 2025 diterbitkan setelah tahun 2014 atau setelah Jokowi memimpin.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa utang jatuh tempo yang relatif besar pada 2025 belum memasukkan potensi penambahan utang baru yang akan muncul terutama dalam beberapa tahun ke depan imbas dari kebijakan pemerintahan baru.

Untuk itu, ia menyarankan agar faktor utang menjadi pertimbangan pemerintah Ketika Menyusun anggaran belanja terutama dalam tiga hingga lima tahun mendatang. 

"Karena tentu dengan jatuh tempo utang yang besar ini berpotensi akan mendorong pemerintah untuk menerbitkan surat utang kembali dalam rangka membayar jatuh utang tempo tersebut," ujar Yusuf.

Baca juga: Terjawab Jumlah Utang Indonesia 2024, Bank Indonesia Ungkap Penyebab Utang Luar Negeri Naik Lagi

Minimalkan Utang dan Jaga Perekonomian

Salah satu solusi bagi pemerintahan baru yang dipimpin Prabowo Subianto dalam menghadapi tumpukan utang adalah dengan meminimalkan utang.

Apalagi saat ini utang negara 90 persen berasal dari SUN yang mahal.

Sebab berutang dari SUN tergolong mudah, pemerintah tinggal menerbitkan SUN dan Ketika tidak lagi, bunganya dinaikkan.

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menyarankan agar pemerintahan baru memperbanyak porsi utang program berjangka panjang dan berbunga rendah.

Misalnya saja pinjaman dari Lembaga International seperti World Bank, Asian Development Bank, maupun Islamic Development Bank.

"Karena utang-utang dari lembaga itu sebenarnya banyak yang jangkanya panjang dan jauh lebih murah," pungkasnya.

Dirinya juga mengkhawatirkan soal pembayaran bunga utang yang terus meningkat bahkan porsinya sudah 14 persen dari belanja APBN.

"Posisinya sangat tinggi, bahkan tahun ini diprediksikan untuk membayar utang saja nilainya dua kali lebih tinggi dari capital expenditure," kata Wijayanto.

Sementara itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa risiko dari profil utang jatuh tempo ini sangat kecil apabila kondisi perekonomian Indonesia membaik.

Kemudian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (ABPN) kredibel dan kondisi politiknya stabil.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved