Berita Samarinda Terkini
Dishub Pasang Barrier Atasi Kemacetan di Simpang SPBU Gatot Subroto Samarinda
Jalan KH Samanhudi yang diresmikan pada Februari 2024 lalu, sebelumnya tidak dapat diakses karena digunakan sebagai landasan pacu Bandara Temindung
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Jalan KH Samanhudi yang diresmikan pada Februari 2024 lalu, sebelumnya tidak dapat diakses karena digunakan sebagai landasan pacu Bandara Temindung.
Setelah bandara tersebut ditutup, warga meminta agar akses jalan ini dibuka kembali.
Sejak dibuka oleh Pemprov Kaltim, jalan ini kerap mengalami kemacetan, terutama karena letaknya yang dekat dengan simpang empat Merak dan SPBU di Jalan Gatot Subroto.
Untuk mengatasi masalah kemacetan, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Samarinda memasang barrier di antara SPBU Gatot Subroto dan Jalan KH Samanhudi. Uji coba ini sudah berjalan selama satu minggu.
Dishub Samarinda kemudian menerapkan rekayasa lalu lintas. Pengendara dari Jalan KH Samanhudi yang ingin menuju Jalan S Parman diarahkan untuk belok kiri ke Jalan Camar.
Baca juga: Dishub Samarinda Siapkan 50 Barrier Tambahan, Urai Kemacetan di Jalan KH Samanhudi
Baca juga: Walikota Rahmad Masud Sebut Kehadiran Transportasi Massal di Balikpapan Jadi Solusi Atasi Kemacetan
Sementara itu, pengendara dari Jalan Gatot Subroto yang ingin menuju Jalan KH Samanhudi harus melewati Jalan Camar, kemudian memutar ke Jalan Hasan Basri sebelum kembali ke Jalan KH Samanhudi.
Menurut Manalu, sistem rekayasa lalu lintas ini memang mengharuskan pengendara untuk mengambil jalur yang lebih jauh.
“Bahkan rencananya kami akan menambah 50 barrier lagi untuk memperpanjang pembatas jalan. Masyarakat harus ikuti dan jangan mutar di barrier yang ada. Yang bikin macet karena terjadi putaran lalu lintas itu tadi," papar Manalu.
Sejak pemasangan barrier ini dilakukan, kemacetan yang sebelumnya terjadi justru berkurang. Namun demikian, kebijakan ini malah menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh Gilang, warga Jalan Gatot Subroto. Ia berpendapat bahwa meski lalu lintas lebih teratur tanpa tambahan lampu lalu lintas, pada waktu tertentu jalanan menjadi lebih padat, terutama saat antrean panjang di SPBU.
"Misalkan antrean SPBU panjang, dampaknya langsung terasa pada badan jalan, apalagi ada barrier," ujarnya.
Di sisi lain, Jaya, warga Jalan Lambung Mangkurat, juga setuju dengan adanya penerapan barrier. Lantaran menurutnya perilaku lalu lintas masyarakat di Samarinda dinilai cenderung kurang tertib.
"Kadang orang-orang memang sembarangan sih biasanya yang lewat situ. Sering nggak sabaran juga," tuturnya.
Terpisah, Cila, warga Jalan Merdeka, justru kurang setuju dengan kebijakan ini. Menurutnya, tujuan menggunakan jalan baru adalah untuk mempercepat perjalanan, tetapi dengan adanya barrier, pengendara justru harus memutar lebih jauh.
Baca juga: Rakernas Apeksi di Balikpapan, Walikota Rahmad Masud Bawa Isu Air Bersih dan Kemacetan Kota
Atas hal inilah, Cila berharap Dishub Samarinda dapat memilih alternatif lain untuk mengatasi kemacetan.
“Kan harusnya lebih cepat, ini justru malah harus mutar. Kalau bisa pakai strategi lain,” tutup Cila. (*)
Polisi Tangkap Pencuri Motor Lewat Modus COD di Samarinda |
![]() |
---|
Berikut Tips Bermain Boling, Wajib Didampingi Pelatih untuk Kurangi Risiko Cedera |
![]() |
---|
Belajar dari TikTok, Pemuda Samarinda Bobol Mobil dengan Busi untuk Biaya Pernikahan |
![]() |
---|
Cerita Kepala Kampung Karangan Berau, Konservasi Mangrove Jaga Alam Sumber Penghasilan |
![]() |
---|
Dayang Donna Faroek Jadi Tersangka KPK, Anggota Kadin Kaltim Beber Ketua Sebulan Berada di Jakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.