Berita Mahulu Terkini

Pengamat Ekonomi Unmul Sebut Perputaran Keuangan di Mahulu saat ini Masih Rendah

Purwadi Purwoharsojo mengakui bahwa tingkat perputaran keuangan di Mahakam Ulu (Mahulu) hingga saat ini masih sangat rendah

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Nur Pratama
TribunKaltim.co/Kristiani Tandi Rani
Suasana warung di kabupaten Mahulu. 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Pengamat ekonomi Unmul, Purwadi Purwoharsojo mengakui bahwa tingkat perputaran keuangan di Mahakam Ulu (Mahulu) hingga saat ini masih sangat rendah.

Ia menyangkan aksi Pemkab yang sering mengadakan rapat internal kabupaten di luar daerah.

Pasalnya, dengan mengadakan rapat diluar di daerah membuat perputaran uang di Mahulu terhambat.

"Jadi uangnya kan beredar di tempat lain. Itu memang kelakuan kita di sini begitu Bontang juga begitu, Pemprov juga begitu" katanya, Kamis (11/7/2024).

Hal ini pernah disampaikannya melalui rapat mengenai kemiskinan yang baru-baru ini diikutinya.

Baca juga: Tanggapan Pengamat Ekonomi Unmul Samarinda Purwadi Purwoharsojo Terkait Pembangunan di Mahulu

Ia mengaku kecewa karena rapat mengenai isu kemiskinan tapi digelar di hotel.

"Kenapa ngak rapat di Mahulu atau di Bontang atau di pedalaman sana, biar orang tau kategori seperti apa yang masuk dalam kemiskinan, kondisi lapangan dan sebagainya," ujarnya.

Sayangnya, Ia menyebut kadang-kadang pemerintah mengambil jalan pintas untuk membuat kebijakan melalui google maps.

Parahnya, Ia menyebut untuk angka kemiskinan ekstrim di Kaltim tahun ini mencapai angka 90 persen.

"Padahal targetnya 0 persen tahun ini, kan ini kerja omong kosong saya bilang. Belum selesai, ngak bisa menuntaskan kemiskinan di Kaltim kalau indikatornya saja belum selesai," tuturnya.

Menurutnya, indikator kemiskinan di Kaltim harus diubah.

Ia menyebut awalnya indikator kemiskinan di Kaltim ditentukan oleh penghasilan masyarakat.

Dulunya masyarakat tidak masuk kategori miskin jika penghasilannya diatas Rp 11 ribu oleh BPS.

"Itu yang ditentukan awalnya oleh BPS, tapi saya bilang ke BPS uang Rp 11 ribu kalau sekarang itu nasi campur aja ngak cukup. Coba beli nasi campur harga segitu mana bisa, sekarang naik lagi harganya jadi Rp 20 ribu kan," sebutnya dengan sedikit kesal. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved