Berita Bulungan Terkini
Oknum Dosen STIE Bultar Kaltara Diduga Pasang Tarif Perbaikan Skripsi Rp1,5 Juta
Sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Prodi Ekonomi Pembangunan berunjukrasa di depan kampus STIE Bultar Kalimantan Utara
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Prodi Ekonomi Pembangunan berunjukrasa di depan kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bulungan-Tarakan (STIE Bultar), Jalan Mangga II Tanjung Selor, Provinsi Kalimantan Utara pada Senin (29/7/2024).
Aksi ini dilakukan sebagai puncak kekecewaan para mahasiswa terhadap oknum dosen di kampus tersebut.
Mereka menduga oknum dosen ini melakukan pungutan liar (pungli) ke mahasiswa.
Selain berorasi, beberapa mahasiswa membawa tulisan-tulisan yang berisi berbagai tuntutan mereka.
Baca juga: Dugaan Tambang Ilegal di Perangat Kukar Kaltim Kembali Marak
Seperti "Pungli itu seperti cinta sepihak, kami korban yang selalu membayar.”
Juga ada tulisan lain sepertu "Kampus ini butuh super hero untuk melawan pungli. Mana avengers kampusnya??" Dan masih bnyak tulisan lainnya.
Koordinator aksi, Farel Mahendra dalam orasinya menyebutkan para mahasiswa jurusan ekonomi pembangunan telah melayangkan surat kepada pihak yayasan.
Poin utamanya, meminta pihak yayasan memberhentikan oknum dosen yang diduga melakukan pungli terhadap mahasiswa itu dari jabatannya sebagai kepala Prodi Ekonomi Pembangunan.
Mahasiswa juga menuntut untuk dilakukan investigasi terhadap oknum dosen tersebut.
Selanjutnya, hasil investigasi diminta untuk dipublikasikan kepada seluruh civitas akademika STIE Bultar di Kalimantan Utara.
"Kami juga menuntut agar kasus ini diselesaikan secara hukum, jika terbukti ada praktek pungli," ujar Farel Mahendra. Mereka menuntut juga agar ada perlindungan terhadap mahasiswa yang menjadi korban pungli.
Baca juga: Tak Ada Pungutan di Sekolah Negeri, Disdikbud Kutim Imbau Orangtua Melapor jika Ada Indikasi Pungli
Praktek pungli oleh oknum dosen tersebut diduga dilakukan dengan berbagai alasan.
Seperti di antaranya untuk membantu nilai, membantu absensi bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang, perbaikan proposal skripsi, memperbaiki nilai Ujian Akhir Semester (UAS) dan alasannya lainnya.
Nominal yang dikenakan untuk mahasiswa pun beragam. Mulai dari Rp25 ribu per mahasiswa hingga satu jutaan. Bahkan sampai Rp1,5 juta untuk perbaikan proposal skripsi.
"Kami semua ada bukti-buktinya. Bukti chat WhatsApp, hingga bukti uang yang diberikan," kata dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.