Pilkada Kaltim 2024
Ingatkan Paslon Pilkada Kaltim 2024 Hindari Kampanye Hitam dan Negatif, Pengamat: Bisa Picu Blunder
Ingatkan paslon Pilkada Kaltim 2024 untuk hindari kampanye hitam dan negatif, pengamat sebut bisa memicu blunder.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pengamat sosial politik dari Universitas Mulawarman (Unmul), Dr. Saipul Bahtiar menjelaskan soal fenomena pengaruh kampanye hitam dan negatif pada Pilkada Kaltim 2024.
Sikap pemilih di tengah memanasnya atmosfer Pilkada Kaltim 2024 mulai terasa saat tahap kampanye.
Dua paslon Pilkada Kaltim 2024 saling memaparkan program, visi-misi, dan janji-janji politik untuk menarik simpati dukungan.
Strategi khusus dalam melakukan kampanye juga dilakukan masing-masing paslon.
Baca juga: Bersama Partai Golkar, Rudy Masud Optimistis Unggul dalam Pilkada Kaltim 2024
Saipul juga menyoroti soal kampanye hitam atau black campaign yang mengarah pada tuduhan palsu dan belum terbukti kebenarannya.
Sedangkan kampanye negatif atau negative campaign biasanya mengungkap kelemahan atau kesalahan lawan politiknya.
Sudah semestinya kedua paslon harus menghindari hal ini.
Jika ingin Pilkada 2024 yang baik, tentu kedua paslon harus bisa membuat narasi positif melalui visi-misi dan programnya.
Selain itu, juga memberikan gambaran pemimpin Kaltim untuk lima tahun ke depan.
"Kampanye hitam dan kampanye negatif ini bukan sesuatu yang produktif dalam tahapan pilkada. Sebaiknya semua paslon harus menaati aturan yang berlaku dan mengampanyekan hal positif, terutama gagasan dan program mereka," jelasnya.
Baca juga: Tanggapan Pengamat Komunikasi Politik Fisipol Unmul Terkait Maraknya Survei di Pilkada Kaltim 2024
Melihat aturannya, UU Nomor 1 Tahun 2015 telah mengatur larangan dalam kampanye, seperti dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, atau peserta lain.
Kemudian dilarang menghasut dan mengadu domba, hingga dilarang mengancam atau melakukan kekerasan terhadap seseorang.
"Dalam kampanye sebenarnya publik yang menilai. Paslon fokus saja pada visi-misi, program, untuk menjawab menyelesaikan masalah–masalah masyarakat yang ada di Kaltim," ungkap Saipul.
Ia pun mengamati dinamika politik pada Pilkada Kaltim terkini, di mana media sosial punya peranan dalam menggoreng isu para paslon.
Di medsos, kecenderungnya yakni digunakan sebagai tempat para buzzer politik maupun pendukung paslon dalam mengomentari sisi baik dan buruk masing-masing.
"Kalau saya lihat, kedua paslon di pilgub punya strategi masing-masing dalam kampanye. Namun, pengaruh black campaign dan negative campaign ini juga bisa memicu blunder atau membalikan arah dukungan," tandasnya.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20241012_pengamat-sosial-politik-dari-Universitas-Mulawarman-Dr-Saipul-Bahtiar.jpg)