Berita Kutai Kartanegara Terkini

Nyoman Rasakan TMMD 122 Seperti Berkah dari Langit, Petani Desa Kerta Buana tak Lagi Merana

Pelaksanaan TMMD ke122 di Desa Kerta Buana berjalan satu bulan, cuaca tak menentu menjadi rintangan, namun TNI bersama rakyat terus berjuang.

HO KODAM VI MULAWARMAN
RESMIKAN SUMUR BOR - Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), Letjen TNI Tandyo Budi R datang untuk meresmikan sumur bor dan jaringan irigasi hasil dari program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-122 di Desa Kerta Buana. (HO/KODAM VI MULAWARMAN) 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG – Di ufuk timur, sinar matahari pagi perlahan menyapu kabut yang menyelimuti tanah di Desa Kerta Buana, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur

Di atas tanah rawa yang dulunya dipenuhi belukar liar, seorang pria tua berkulit legam dengan rambut yang mulai memutih tampak mencangkul penuh tenaga. 

Nyoman Derman (63) sudah tidak asing dengan kerasnya hidup di tanah ini. Baginya, rawa ini bukan sekadar ladang, tapi sahabat setia yang telah menemaninya melewati suka dan duka selama 44 tahun sebagai petani.

Menjejakkan kaki sebagai transmigran pada tahun 1980, Nyoman tiba bersama impian besar—namun realitas tanah rawa yang keras, tak ramah, dan penuh tantangan nyaris memupuskan semangatnya. 

Ia menyaksikan teman-teman seangkatannya yang tak kuat bertahan, angkat kaki kembali ke kampung halaman. Namun, tidak baginya. Dengan lahan dua hektar pemberian pemerintah, ia berikrar untuk bertahan. “Baik buruknya tetap saya bertani,” ucapnya, menggenggam tekad yang membaja.

Perjalanan Nyoman di lahan rawa ini penuh ujian. Banjir musiman sering menghanyutkan harapan panennya, dan kekeringan pun menyisakan kesulitan yang tak kalah berat. 

Salah satu kenangan yang paling membekas adalah kekeringan hebat di tahun 1997. Saat itu, mata air desa mati, memaksa Nyoman berjalan berkilo-kilometer demi seember air untuk makan dan minum. 

“Satu malam hanya dapat satu ember. Buat masak, buat minum. Kalau mandi, harus jalan sampai Sungai Embalut, sepuluh kilometer dari sini,” kenangnya dengan suara lirih dan mata menerawang.

Menyerah bukanlah pilihan bagi Nyoman. Dengan penuh keyakinan bahwa pemerintah takkan membiarkan rakyat kecil sepertinya berjuang sendirian, ia terus mencangkul, berharap hasil tani bisa menyekolahkan enam anaknya dan membawa mereka ke kehidupan yang lebih layak.

Setelah beberapa dekade bertahan, harapan Nyoman dan warga Desa Kerta Buana akhirnya mendapatkan titik terang. Pada 31 Oktober 2024, desa ini menyambut kedatangan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), Letjen TNI Tandyo Budi R. 

Sang jenderal datang untuk meresmikan sumur bor dan jaringan irigasi hasil dari program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-122, yang kini menjadi tumpuan hidup petani di desa tersebut.

Senyum Letjen Tandyo tampak hangat ketika ia membuka kran, mengalirkan air bersih yang langsung disambut suka cita warga. Air itu bukan sekadar pelepas dahaga, namun simbol dari segala harapan yang dipanjatkan warga selama puluhan tahun. 

“Bak tangan Tuhan, TNI mengubah nasib kami. Ini program berkah dari langit,” ucap Nyoman haru.

Warisan Desa Transmigrasi

Memasuki Desa Kerta Buana, memang kental dengan atmosfer Pulau Dewata. Deretan rumah dengan pura-pura kecil di halaman menyambut setiap pandangan, menghadirkan nuansa khas Bali yang mencolok di tengah hamparan hijau Tanah Mulawarman. 

Desa transmigrasi yang mulai dihuni pada tahun 1980 ini, awalnya hanya berpenduduk 250 kepala keluarga, menjadikan rawa dan ladang tadah hujan sebagai sumber kehidupan. 

Hingga kini, sebagian besar sawah di sini bergantung sepenuhnya pada air hujan karena belum terjangkau irigasi.

Secara geografis, Desa Kerta Buana berada strategis di Kecamatan Tenggarong Seberang, berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat kecamatan. Di sebelah barat, desa ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tenggarong. 

Di sisi selatan, bentang alamnya menyentuh batas Kota Samarinda. Sementara di timur dan utara, desa ini berbatasan dengan wilayah Kecamatan Marangkayu dan Sebulu, membentuk perbatasan yang menyatukan kawasan perkotaan dan pedesaan.

Namun demikian, kekhawatiran warga Desa Kerta Buana akan kekeringan yang kerap menghantui 360 hektare sawah produktif di wilayah ini perlahan mulai sirna. 

Kodim 0906/KKR bersama Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara berkolaborasi membangun kawasan pertanian yang berkelanjutan dan memadai. 

Bukti nyata dari sinergi ini adalah pembukaan jalan usaha tani sepanjang 3.200 meter, yang kini berdampak langsung pada 22 kelompok tani dengan total 330 anggota.

Selain jalan, TNI juga membangun 12 unit jembatan, 4 gorong-gorong, 4 sumur TNI Manunggal Air Bersih (TMAB), dan satu pintu cek dam air. 

BANGUN JEMBATAN - Pembuatan jembatan di Desa Kerta Buana diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas warga, mempermudah mobilitas serta distribusi hasil pertanian dan kebutuhan sehari-hari.
BANGUN JEMBATAN - Pembuatan jembatan di Desa Kerta Buana diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas warga, mempermudah mobilitas serta distribusi hasil pertanian dan kebutuhan sehari-hari. (TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA ANGGRAINI)

Sasaran tambahannya meliputi pembangunan sumur bor TMAB masyarakat sebanyak tiga unit, pembangunan MCK tiga unit, rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) tiga unit, penanaman 4.000 pohon, dan renovasi musala. Semua fasilitas ini telah merubah wajah pertanian desa.

Kini, produktivitas pertanian di Desa Kerta Buana berpotensi meningkat pesat hingga mencapai 482 ton per tahun. Jika sebelumnya petani hanya dapat panen dua kali dalam setahun, kini mereka bisa panen tiga kali. 

Dari setiap hektare sawah yang dulu hanya menghasilkan 6 ton dalam setahun, kini potensi panen meningkat hingga 9 ton. Hasil panen tak lagi hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi sudah mampu menyuplai wilayah sekitar.

Akses ke lahan tani yang tadinya sulit dijangkau kini semakin mudah berkat pembukaan jalan baru. Dulu, saat musim hujan, jalan menuju persawahan berubah menjadi lautan lumpur. 

Petani kerap terjatuh dan harus jungkir balik melintasi jalan licin demi membawa pulang hasil panen. Bahkan, saat banjir datang, mereka terpaksa menggunakan perahu rakitan atau ban bekas sebagai alat transportasi darurat. Segala cara dilakukan demi menyambung hidup.

Nyoman, kembali mengenang betapa berat perjuangannya dulu. “Sebelum ada jalan usaha tani, saya harus memikul gabah satu kilometer. Banyak cara kami lakukan, sampai akhirnya hasil panen bisa keluar dari desa,” tuturnya.

Sering kali, Nyoman harus bolak-balik belasan kali mengangkut karung demi karung gabah dengan tenaga sendiri, atau menyewa bantuan tenaga tambahan dengan bayaran Rp 25 ribu per karung seberat 100 kilogram. Biaya yang membengkak membuat keuntungan hasil panen mereka nyaris tak tersisa.

Tak hanya itu, mesin-mesin pertanian berukuran besar yang sebenarnya dapat meringankan kerja petani tak mampu melintasi jalan setapak yang kecil dan terjal. Namun, kondisi yang penuh keterbatasan ini tak membuat petani Kerta Buana menyerah. Mereka tetap gigih bekerja, menghasilkan beras yang kini dinikmati warga Benua Etam.

“TMMD ini menjadi solusi terbaik untuk petani. Semua fasilitas kini terkoneksi, jalan yang dibangun bahkan akan tembus ke sejumlah wilayah. Arus distribusi hasil pertanian jadi jauh lebih mudah,” ungkap pria kelahiran Jembrana, Bali itu.

GOTONG ROYONG - Anggota Satgas TMMD bersama warga Desa Kertabuana bersinergi dan bergotong royong dalam mempersiapkan sarana pendukung TMAB pertanian berupa pipa dengan diameter yang besar yang nantinya akan difungsikan sebagai casing pipa di sumur bor. (HO KODAM VI MULAWARMAN)
GOTONG ROYONG - Anggota Satgas TMMD bersama warga Desa Kertabuana bersinergi dan bergotong royong dalam mempersiapkan sarana pendukung TMAB pertanian berupa pipa dengan diameter yang besar yang nantinya akan difungsikan sebagai casing pipa di sumur bor. (HO KODAM VI MULAWARMAN) (HO KODAM VI MULAWARMAN)

Gotong Royong TMMD 122

Pelaksanaan TMMD ke122 di Desa Kerta Buana berjalan satu bulan, cuaca tak menentu menjadi sebuah rintangan, namun TNI bersama rakyat terus berjuang. Mereka bersatu dengan tekad bulat memikul kayu satu per satu untuk pembangunan jembatan yang menghubungkan lokasi kegiatan TMMD.

Wajah-wajah mereka terlihat bersemangat saat menggali tanah untuk sumur bor, pekerjaan yang rampung dalam waktu sepekan. Kemanunggalan antara TNI dan masyarakat semakin kental, terlihat dari kebersamaan.

Warga tak hanya membantu dengan tenaga, tetapi juga membuka pintu rumah mereka sebagai tempat istirahat bagi para prajurit yang lelah bekerja.

Dengan kerelaan hati, warga desa bergotong-royong setiap hari untuk mendukung operasi TNI. Pembagian sif kerja pun dilakukan oleh masing-masing RT, menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi. Setidaknya, sekitar 50 warga dikerahkan untuk membantu 150 prajurit dalam kegiatan TMMD ini.

“Kehadiran TNI di sini sudah seperti keluarga kami. Awalnya kami merasa segan, tetapi seiring waktu, kami merasa nyaman,” ungkap Nyoman, mengekspresikan kedekatan yang terjalin antara warga dan TNI.

Sementara itu, Serda Abbas menambahkan, “Saya juga senang bisa berada di sini. Secara emosional, Pak Nyoman sudah seperti bapak sendiri bagi saya.”

Dandim 0906/KKR, Letkol Czi Adi Damai Setiawan, menjelaskan bahwa TNI hadir untuk mendengar dan menampung keluhan masyarakat. Kehadiran prajurit TNI di Desa Kerta Buana bukan hanya untuk memajukan sektor pertanian, tetapi juga melaksanakan berbagai program sosial sebagai bentuk harmoni dan sinergi dengan warga.

Program-program tersebut meliputi pencegahan stunting, pelatihan kader posyandu dan PKK, penyuluhan wawasan kebangsaan, sosialisasi rekrutmen calon prajurit TNI, serta sosialisasi hukum dan ketentraman masyarakat.

BEDAH RUMAH - Personel Satuan Tugas TMMD ke-122 Kodim 0906/KKR membedah  Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik guru ngaji di Desa Kerta Buana, Siti Akliyah. (HO KODAM VI MULAWARMAN)
BEDAH RUMAH - Personel Satuan Tugas TMMD ke-122 Kodim 0906/KKR membedah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik guru ngaji di Desa Kerta Buana, Siti Akliyah. (HO KODAM VI MULAWARMAN) (HO KODAM VI MULAWARMAN)

Salah satu kegiatan sosial yang terasa langsung dampaknya adalah perbaikan rumah seorang guru ngaji, Siti Akliyah. Ia bercerita bahwa rumahnya sering digunakan anak-anak untuk mengaji, sudah lama mengalami kerusakan, dengan atap yang bocor. Kondisi ini membuat anak-anak harus berpindah-pindah tempat untuk menghindari tetesan air saat hujan.

Dengan adanya perbaikan pada atap, lantai, dan dinding rumahnya, kini 37 santrinya bisa belajar mengaji dengan lebih nyaman, bahkan saat hujan deras. “Kendalanya saat hujan, atap bocor, sehingga anak-anak terpaksa menepi karena air turun,” kata Siti Akliyah mengingat masa-masa sulit itu.

Selain mengajar mengaji, Siti Akliyah juga menjalankan usaha kecil-kecilan di rumah untuk menambah pemasukan, sambil membantu suaminya yang bekerja serabutan dan menjadi marbot di langgar. 

“Alhamdulillah dengan bantuan ini, anak-anak yang belajar mengaji sekarang punya tempat yang layak. Kami mengucapkan terima kasih kepada TNI. Semoga semua yang telah diberikan bermanfaat bagi kami,” terangnya.

Lumbung Pangan Nusantara

Kepada TribunKaltim.co, Penjabat sementara (Pjs) Bupati Kutai Kartanegara Bambang Arwanto, menyampaikan ucapan terima kasih kepada TNI. Sebagai penghasil padi terbesar di Kaltim, pemilihan Desa Kerta Buana dinilai tepat sasaran. Terlebih, dengan visi-misi Kukar Idaman melalui program pertanian berbasis kawasan.

Kukar juga bertekad menjadi lumbung pangan yang menopang Kalimantan Timur dan Ibu Kota Nusantara (IKN). Ada 5 kawasan lumbung pangan di Kukar yang tertuang dalam RPJMD 2021-2026. Total luasnya 7.628 hektare. Lokasinya di Kecamatan Tenggarong, Tenggarong Seberang, Loa Kulu, Sebulu, Muara Kaman, dan Marangkayu.

Mengutip catatan Badan Pusat Statistik Kaltim, kabupaten ini punya lahan padi sawah dan ladang seluas 31.358 hektare. Daerah ini berkontribusi 43,07 persen dari total luas panen di provinsi tersebut. Produksi gabah kering giling yang mencapai 105.025,70 ton menunjukkan bahwa Kukar memainkan peran vital dalam ketahanan pangan.

Namun, tantangan baru mengintai dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Diperkirakan, 4-5 juta orang akan bermigrasi ke wilayah ini, menjadikan peran Kutai Kartanegara sebagai penyangga pangan semakin penting.

"Saya mengapresiasi dan berterimakasih terhadap kehadiran TNI. Kalau terkoneksi antar desa, termasuk kebutuhan jalan usaha pertaniannya, irigasinya, kita optimis Kukar mampu dan sanggup menjadi lumbung pangan," jelasnya.

Kegiatan TMMD ini juga menjadi momen transformasi ekonomi masyarakat Kutai Kartanegara dari tambang ke pertanian.

Dengan semangat persatuan, Desa Kerta Buana bersiap untuk menjadi contoh nyata kolaborasi antara TNI dan masyarakat. 

Langkah ini diharapkan dapat mengukir kisah keberhasilan yang tak hanya dinikmati saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang.

Sebuah harapan yang tumbuh subur di tengah sawah, menguatkan ikatan antara manusia dan tanah, serta menjanjikan kemakmuran bagi semua makhluk yang mencari kehidupan. (Miftah Aulia Anggraini)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved