Breaking News

Berita Samarinda Terkini

Pengamat Tata Kota Samarinda Nilai Tugu Pesut Mahakam Sebagai Landmark yang Berhasil

Tugu Pesut Mahakam, ikon baru Kota Samarinda, kini menjadi sorotan publik, memancing apresiasi sekaligus perdebatan

TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI
Tugu Pesut Mahakam, ikon baru Kota Samarinda, kini menjadi sorotan publik, memancing apresiasi sekaligus perdebatan atas desainnya yang dinilai tak biasa.TRIBUNKALTIM.CO/SINTYA ALFATIKA SARI 

TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA - Menyusuri jalan di kawasan Simpang Empat Mall Lembuswana, Samarinda, mata langsung tertuju pada sebuah konstruksi abstrak yang menjulang berwarna merah. 

Tugu Pesut Mahakam, ikon baru Kota Samarinda, kini menjadi sorotan publik, memancing apresiasi sekaligus perdebatan atas desainnya yang dinilai tak biasa.

Tugu yang dibangun dengan anggaran Rp 1,1 miliar ini menggambarkan siluet abstrak dari Pesut Mahakam, mamalia air tawar yang menjadi simbol Sungai Mahakam.

Namun, desain tersebut menuai beragam tanggapan dari masyarakat, mulai dari kekaguman hingga kritik.

Tugu ini tidak hanya menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat biasa, tetapi juga mendapat perhatian dari pengamat tata kota.

Baca juga: Polemik Bentuk Tugu Pesut Mahakam Samarinda, Dosen Ilmu Budaya dari Unmul Beri Pandangan

Baca juga: Tugu PKK di Simpang 4 Tanjung Laut Bontang Senilai Rp 700 Juta Dikritik DPRD, Sudah Terkelupas

Salah satunya, Farid Nurrahman, seorang pengamat tata kota yang memberikan pandangannya mengenai peran dan fungsi tugu tersebut dalam konteks tata kota.

"Ini jatuhnya kalau di bidang citra tata kota adalah landmark atau penanda. Fungsinya juga untuk estetika kota, tapi kalau bicara soal estetika kota sebenarnya tidak ada patokannya, hanya mengikuti esensi si pembuat yang disesuaikan dengan karakteristik kota atau budayanya," ujar Farid. 

Menurutnya, desain seperti ini sebenarnya bukan hal baru jika dilihat dari kota-kota besar lainnya, seperti Denpasar.

Namun, yang membedakan adalah selera seni yang tidak bisa dinilai hanya dengan anggaran.

"Namun ini kembali lagi ke selera seni yang tidak bisa dinilai dengan uang, tapi orang yang paham tentang seni pasti paham," sebutnya.

Farid menilai bahwa meskipun desain tugu ini menimbulkan reaksi yang beragam, secara umum hal ini bisa dianggap sebagai langkah positif dalam memperkenalkan landmark baru di Samarinda

"Kalau kacamata pengamat tata kota, ya itu menjadi sesuatu yang baik saja. Artinya, dari Pemkot punya niatan untuk menaruh suatu landmark di suatu kawasan," katanya. 

Keberadaan tugu tersebut dinilai berhasil menarik perhatian publik, sesuai dengan tujuan awal sebagai landmark. Namun, Farid juga mengingatkan bahwa pendapat masyarakat tentang karya seni bersifat dinamis. 

"Kalau sekarang tugu itu jadi perhatian orang ya sesuai tujuannya sebagai landmark yang berhasil, karena berhasil mendapat perhatian. Sentimentalitasnya, positif atau negatif, itu kembali lagi ke selera masing-masing. Belum tentu pendapat masyarakat yang terdengar di publik menjadi anggapan yang diterima semua masyarakat," tuturnya.

Menurutnya, hal seperti ini adalah proses pembelajaran bagi masyarakat. Meskipun sebagian masyarakat masih belum sepenuhnya memahami bentuk tugu tersebut, ia percaya hal ini adalah bagian dari proses perkembangan pemahaman seni kota. 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved