Berita Kaltara Terkini

Rumah Produksi Tenun Pakis Kaltara Menggunakan Akar Mengkudu dan Kunyit untuk Pewarnaan Kain

Proses pembuatan kain tenun memakan waktu lima jam sampai tiga hari. Untuk keseluruhan proses pembuatan sampai satu bulan untuk selembar tenun

TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
PROSES PEWARNAAN - Yohanes, owner Rumah Produksi Tenun Pakis Kaltara saat menunjukkan proses pewarnaan dan pengeringan benang yang akan disulap menjadi kain tenun. 

TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Proses pembuatan kain tenun memakan waktu lima jam sampai tiga hari. Untuk keseluruhan proses pembuatan sampai menghasilkan satu lembar kain tenun bisa menghabiskan satu bulan.

Tingkat kesulitannya bervariasi setiap tahap. Termasuk pula dari sisi pewarnaan dan pemasangan motif.

Yohanes Suyanto, Owner Rumah Produksi Tenun Pakis Kaltara berbagi cerita tahap demi tahap dalam proses penenunan hingga sampai menjadi satu lembar kain. Yang tersulit selain menenun adalah proses mencari warna.

Dalam hal pewarnaan, rumah produksinya memanfaatkan bahan yang disediakan alam. Sehingga rumah produksi tetap beroperasi dan ramah terhadap lingkungan.

Pertama dimulai dari proses dari mendatangkan benang katun. Benang katun sendiri didatangkan dari pabrik yang ada di Surabaya.

Baca juga: Setelah Dapat Setifikat KIK, Kini Kain Tenun Rakat Kutai Timur Dilirik Desainer Kondang Ida Royani

Sebenarnya di Kaltara, tepatnya di Nunukan juga ada bahan dasar kain. Di mana proses pembuatan benangnya dari budidaya ulat sutera. 

“Di sana ada kelompok budidaya binaan dari Dinas Kehutanan Provinsi Kaltara dan mereka sudah bisa memelihara, memproduksi benang dari ulat sutera dan kami juga ambil benang dari sana selain Surabaya,” ungkap Yohanes.

Benang yang dipesan bisa sampai 50 kg dalam bentuk kemasan dua ball besar. Di tahap pertama, ada penggulungan benang yang jadi bahan dasar dalam mengolah kain tenun. 

Kemudian selanjutnya, setelah digulung, masuk tahap kedua di pembentangan bingkai.

Di tahap pembentangan benang dengan panjang dan lebar yang disesuaikan, dibuatlah motif yang diinginkan dan alat bantunya menggunakan tali raffia diikat atau lebih mirip seperti menganyam. 

Di sini fokus pekerja harus betul-betul teliti satu per satu benang dibagi termasuk jarak yang disesuaikan dengan motif yang diinginkan. Untuk motif biasanya mengangkat motif khas Kaltara. Di antaranya motif pakis atau motif kejau. 

Kemudian motif batun sumandek, motif burung enggang, motif kantong monyet, motif belah ketupat, motif tamen, motif sejenis topi Dayak dan juga motif Borneo.

“Kalau motif pakis, terinsipirasi dari pakis,” ujarnya.

Tahap ketiga, setelah pembuatan motif selesai, barulah masuk di tahapan pewarnaan bahan benang. Di tahap pewarnaan  disesuaikan dengan situasi dan keinginan pasar.

Umumnya kata Yohanes, pasar luar Kaltara menginginkan warna soft dan warna alam. Pewarnaan sendiri bahan bakunya diambil dari alam.

Halaman
12
Sumber: Tribun kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved