Berita Samarinda Terkini
3 Dampak Buruk Penutupan Alur di Bawah Jembatan Mahakam Samarinda versi GPEI Kaltim
Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya, jika kebijakan penutupan alur pelayaran di Sungai Mahakam ditutup akan berisiko besar
Penulis: Ilo | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Terungkap ada 3 dampak buruk bila ada kebijakan penutupan alur pelayaran di bawah Jembatan Mahakam Samarinda versi GPEI Kaltim.
Rencana penutupan alur di bawah Jembatan Mahakam Samarinda usai insiden ditabrak kapal tongkang muatan kayu mendapat tanggapan dari Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Kalimantan Timur (GPEI Kaltim).
Pihak GPEI Kaltim merasa tidak pro dengan kebijakan penutupan alur sungai di bawah Jembatan Mahakam.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya saat dimintai tanggapan terkait isu penutupan alur Sungai Mahakam oleh TribunKaltim.co via WhatsApp pada Jumat (14/3/2015).
Baca juga: Perbaikan Jembatan Mahakam Rp35 Miliar, Khawatir PHK Buruh Tolak Penutupan Alur Sungai
Berikut ini 3 dampak buruk bila ada kebijakan penutupan alur pelayaran di bawah Jembatan Mahakam Samarinda versi GPEI Kaltim:
- Penurunan Produksi dan Efisiensi Usaha
Menurut Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya, jika kebijakan penutupan alur pelayaran di Sungai Mahakam ditutup akan berisiko besar terhadap sektor transportasi, logistik, dan lapangan pekerjaan baik di dari hulu hingga hilir Sungai Mahakam.
Misalnya di bagian hulu saja ada beberapa komoditi seperti perkebunan, kehutanan, dan pertambangan, yang sangat bergantung pada jalur sungai sebagai akses utama distribusi hasil produksi.
Jika jalur pelayaran ditutup, maka biaya distribusi akan meningkat drastis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan produksi dan efisiensi usaha.
Baca juga: Reaksi Gubernur Rudy Masud soal Pelayaran di Bawah Jembatan Mahakam Samarinda Ditutup
Kegiatan ekspor-impor di Kalimantan Timur sangat bergantung pada jalur pelayaran di Sungai Mahakam.
Tentu saja, jika ditutup, maka arus logistik terganggu, biaya operasional melonjak.
"Daya saing industri kita akan melemah," bebernya.
2. Berpotensi Timbulkan PHK
Tentu saja dampak lainnya, bila ada penutupan alur ialah terjadinya pengurangan tenaga kerja atau PHK.
"Ini bisa berdampak pada besarnya PHK karena perusahaan harus mengurangi operasionalnya,” ucap Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya.
3. Rantai Pasok akan Terganggu
Kemudian efek buruk lainnya, tidak hanya dibagi hulu Sungai Mahakam, dirinya juga menilai penutupan alur transportasi tersebut akan berdampak pada hilir Sungai Mahakam seperti pada sektor pengolahan, tenaga kerja bongkar muat, hingga para pelaku usaha kecil yang bergantung pada aktivitas pelabuhan.
Hasrun Jaya, menegaskan bahwa rantai pasok barang, termasuk kebutuhan pokok, bahan baku industri, hingga komoditas ekspor, akan berdampak signifikan.
Baca juga: BBPJN Kaltim Investigasi Menyeluruh, Besok 4 Maret Jembatan Mahakam Samarinda Ditutup Total
Dia menegaskan, jalur di bawah Jembatan Mahakam Samarinda ini bukan hanya untuk kepentingan perusahaan besar saja, tetapi dimanfaatkan oleh semua pihak tanpa terkecuali.
"Juga menghidupi ribuan tenaga kerja di pelabuhan, sopir angkutan, pedagang kecil dan masyarakat sekitar yang menggantungkan kehidupan dari perputaran ekonomi di kawasan ini,” katanya.

GPEI Kaltim Tawarkan Solusi
Untuk itu, Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya berharap agar pemerintah dan pemangku kebijakan dapat mencari solusi terbaik tanpa menutup jalur pelayaran,
Ia mengusulkan, perbaikan infrastruktur Jembatan Mahakam, seperti meninggikan jembatan atau membangun jembatan baru agar kapal tetap bisa melintas tanpa mengganggu transportasi darat.
Dan tidak ketinggalan perlu ada evaluasi mengingat Jembatan Mahakam 1 di Kota Samarinda sudah dihantam kapal tongkang sebanyak 22 kali sejak didirikan.
Kata dia, di masa yang akan datang, perlu dibangun jembatan baru yang lebih memenuhi standar keamanan dan efisiensi.
Baca juga: LIVE: Penutupan Jembatan Mahakam I Samarinda, Investigasi dan Uji Beban, Cek Jalur Alternatif
Hal ini dikarenakan jembatan yang ada saat ini memiliki jarak antar tiang yang terlalu dekat, sehingga berpotensi menghambat kelancaran lalu-lintas.
Tentu saja, jembatan tersebut telah mengalami kecelakaan atau ditabrak sebanyak kurang lebih 22 kali mesti ada kajian yang terbaik agar tidak lagi terulang, bisa menghindari petaka.
"Perlu adanya evaluasi dan perbaikan agar kejadian serupa tidak terulang," ungkapnya.
(TribunKaltim.co/Gregorius Agung Salmon)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.