Ramadhan 2025

Merawat Kemabruran Puasa 16 - Dari Khauf ke Khasyyah

Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat kaya dengan kosakata (mufradat). Itulah sebabnya ada kesulitan di dalam menerjemahkan Al-Qur'an

Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
NASARUDDIN UMAR - Foto arsip Menteri Agama RI Nasaruddin Umar saat melakukan sesi wawancara khusus di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (28/1/2025). TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN 

Oleh: Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

IKHAUF dan khasyah dapat diartikan dengan takut di dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi di dalam Bahasa Arab, keduanya dapat dibedakan pengertiannya.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat kaya dengan kosakata (mufradat). Itulah sebabnya ada kesulitan di dalam menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa apa pun. 

Bahasa Arabnya "cinta" ada 14 kosakata, mulai dari cinta monyet sampai pada cinta Ilahi. Akan tetapi jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia semuanya bisa diartikan dengan cinta.

Contoh lain, kata "jika" padanannya di dalam bahasa Arab ada tiga kosakata, yaitu: idza, lau, dan in.

Jika suatu keadaan yang digambarkan 99,9 persen kemungkinannya akan terjadi, maka digunakan kata idza.

Sebaliknya, jika suatu keadaan 99,9 persen kemungkinannya tidak akan terjadi maka digunakan kata lau.

Jika separuh-separuh kemungkinannya akan terjadi maka digunakan kata in.

Contoh lain, "duduk" yang tadinya berdiri kosakata Arabnya jalasa dan duduk yang tadinya tidur kosakata Arabnya qa’ada. Kata jalasa dan qa’ada keduanya diindonesiakan dengan kata duduk.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 15 - Dari Inabah ke Istijabah

Kata khauf yang berasal dari akar kata khafa berarti takut, tetapi objek yang ditakuti itu adalah makhluk seperti harimau, ular, tsunami, gempa bumi, hantu, dll.

Contoh penggunaannya di dalam Al-Qur'an ialah: "Berkata Yakub; "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya." (Q.S. Yusuf/12:13).  

Obyek yang ditakuti dalam ayat ini ialah serigala, karena itu digunakan kata akhafa.

Sedangkan kata khasyyah berasal dari akar kata khasya berarti takut, tetapi obyek yang ditakuti itu ialah Sang Khaliq, Allah SWT.

Seperti dinyatakan di dalam Al-Qur’an: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. al-Nisa’/4:9).

Obyek yang ditakuti dalam ayat ini ialah Allah SWT, karena itu digunakan kata walyakhsya.

Perbedaan kedua kosakata itu juga mengisyaratkan perbedaan sikap.

Jika ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata khauf, maka kita harus menjauhi objek itu.

Misalnya jika ingin selamat dari harimau atau tsunami jauhi objek itu, karena jika dekat maka terancam bahaya mematikan. 

Sebaliknya jika ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata khasyyah, maka kita harus mendekati objek yang ditakuti itu.

Jika kita menjauhi Tuhan pasti kita akan binasa.

Tegasnya jika ingin selamat dari objek yang ditakuti (makhluk) jauhi objek itu. Jika ingin selamat dari objek yang ditakuti (Khaliq), dekati objek itu.

Baca juga: Merawat Kemabruran Puasa 14 - Dari al-Taib Menuju al-Tawwab

Banyak di antara kita belum cerdas mencari penyelamatan diri dari objek yang ditakuti.

Jika ingin selamat dari siksa neraka maka seharusnya kita menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan pendaliman.

Dengan demikian kita akan selamat dari siksa neraka. 

Sebaliknya jika kita mendambakan surga maka kita harus mendekati sedekat-dekatnya Allah SWT sebagai objek yang ditakuti.

Idealnya, kita di dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT betul-betul tanpa pamrih. Tidak berharap surga atau berlindung kepada-Nya agar tidak masuk neraka, tetapi semata-mata kita lakukan pengabdian karena Allah SWT, sebagaimana di dalam ikrar kita: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah SWT". (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved