Berita Nasional Terkini
KPK Curiga Uang Suap Harun Masiku Berasal dari Djoko Tjandra
Diungkapkan KPK bahwa dalam pertemuan antara Djoko Tjandra dengan Harun Masiku di Kuala Lumpur, Malaysia terdapat aliran uang.
Namun, ia tak mengungkapkan secara detail jenis bantuan yang diminta Djoko dalam pertemuan tersebut.
"Pembahasannya terkait ada permintaan dari saudara DST (Djoko Tjandra) kepada saudara HM untuk membantu mengurus sesuatu. Tapi, detailnya belum bisa disampaikan saat ini," ujar dia.
Tessa mengatakan, penyidik masih mendalami informasi terkait pertemuan Djoko Tjandra dan Harun Masiku dari pemeriksaan itu. Ia juga belum dapat memastikan adanya aliran uang dalam pertemuan tersebut.
"Kalau aliran uang belum ada infonya. Jadi, baru ada pertemuan di sana di KL," ucap dia.
KPK juga tak ambil pusing dengan pernyataan Djoko Tjandra yang mengaku tak mengenal Harun Masiku.
Penyidik KPK akan membuktikan bahwa Djoko mengenal dan pernah bertemu dengan eks caleg PDIP Harun Masiku.
"Tentunya nanti tugas penyidik lah yang akan membuktikan atau mencari alat bukti yang mana untuk dimasukkan ke dalam berkas perkara. Itulah fungsinya ada pemanggilan saksi, ada konfirmasi dengan alat-alat bukti yang ada," ucap dia.
Lantas, siapakah sosok Djoko Tjandra yang kini tengah menjadi sorotan?
Kiprah bisnis Djoko Tjandra
Dilansir dari Harian Kompas, 7 Agustus 1999, Djoko Tjandra memiliki nama asli Djoko Sugiatro Tjandra alias Tjan Kok Hui yang berkaitan erat dengan Grup Mulia.
Bersama dengan Tjandra Bersaudara, Djoko mendirikan Grup Mulia pada 1970-an.
Selain itu, Djoko pertama kali merintis bisnis perusahaan konstruksi fondasi dan tiang pancang Jaya Sumpiles Indonesia.
Kemudian pada 1980-an, Tjandra Bersaudara bermitra Sudwikatmono serta bekerja sama dengan Prajogo Pangestu dan Mochtar Riyadi. Lewat kerja sama itu, mereka membesarkan Grup Mulia.
Selanjutnya, Djoko bersama Eka Tjandranegara memilai usaha trading melalui PT Mulia Persada Gemilang pada 1984.
Keduanya berhasil membawa perusahaan itu terus menanjak sehingga mampu berekspansi ke berbagai sektor usaha. Adapun bisnis yang mereka kuasai antara lain, industri glassware, properti, pembangunan dan pengelolaan gedung perkantoran, dan sebagainya.
Tak sampai di sana saja, Grup Mulia pun mengembangkn bisnis ke Singapura dan Belanda. Menandai kiprah internasional mereka.
Djoko mengambil alih tugas sebagai pelaksana Grup Mulia setelah peran Eka Tjandranegara mulai berkurang.
Pribadi Djoko Tjandra
Selain dari sepak terjang bisnisnya, sosok Djoko Tjandra tak memilik banyak informasi yang bisa digali. Dalam kehidupan pribadinya, Djoko adalah seorang ayah dari empat anak.
Pria yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat, itu bahkan sangat jarang muncul di halaman surat kabar atau majalah.
Sebelum namanya muncul dalam kasus money politics BB mencuat pada 1990-an, foto-foto Djoko juga jarang dimuat di surat kabar.
Berdasarkan penuturan orang terdekat, Djoko dikenal berani melakukan hal yang tidak biasa dilakukan pengembang lain. Ia berani menjual sendiri ruangan gedung-gedung perkantoran.
Ketika pengembang lain memilih jalur yang cenderung aman menggunakan jasa perusahaan semacam Procon Indah (Jones Lang Wooton), Djoko mengandalkan perusahaan sendiri melalui PT Mulia Indoland.
Berkaitan dengan gedung-gedung yang dibangun Grup Mulia, ia tidak pernah mengadakan jumpa pers atau publikasi berkaitan dengan dibukanya gedung-gedung yang dibangun Grup Mulia.
Djoko disebut-sebut membuat bisnis Grup Mulia boleh dibilang tumbuh pesat. Apalagi, bisnis yang berada di sektor properti.
Sebagai salah satu perusahaan pioneer, Grup Mulia terkenal dalam pengadaan gedung perkantoran di Jakarta.
Adapun gedung-gedung terkenal besutan grup ini antara lain, Five Pillars Office Park, Lippo Life Building dan Kuningan Tower, Sampoerna Plaza, BRI II, Mulia Tower, Wisma Antara, Surabaya Tower, dan Mulia Center.
Di bawah naungan Grup Mulia, terdapat 41 perusahaan dengan perkiraan total aset sebesar Rp 11,5 triliun pada tahun 1998. Mereka juga meraup sales turn-over pada tahun 1998 diperkirakan Rp 395 milyar.
Meskipun demikian, masa kepemimpinan Djoko membuat perusahaan ini menanggung beban berat akibat terjadinya krisis ekonomi.
Pada akhir 1990-an, Djoko terseret ke dalam kasus Bank Bali (BB) yang juga melibatkan PT Era Giat Prima (EGP) hingga menjadi buron.
Dari kasus ini, EGP mendapatkan hak pengalihan penagihan piutang BB di Bank Indonesia (BI).
Pada 2020 lalu, Djoko mengakhiri masa buron terkait kasus Bank Bali setelah sempat kabur ke Kuala Lumpur. Ia dijemput oleh aparat kepolisian di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada Kamis (30/7/2020).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Profil Djoko Tjandra yang Terseret Kasus Suap Harun Masiku"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fakta-fakta Djoko Tjandra Diperiksa KPK Terkait Kasus Harun Masiku"
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3,5 Jam Diperiksa KPK, Djoko Tjandra Mengaku Tak Kenal Harun Masiku dan Hasto"
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KPK Ungkap Uang Dari Djoko Tjandra Dipakai Harun Masiku Untuk Suap Wahyu Setiawan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.