Berita Kaltim Terkini

Transformasi Pola Pemeliharaan Sapi Bali dari Ekstensif ke Intensif di Kaltim

Sapi Bali jadi andalan dalam pengembangan Desa Korporasi Ternak di Kalimantan Timur. Jenis sapi ini bagus

Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS
TERNAK SAPI BALI - Kepala DPKH Kaltim, Fahmi Himawan saat diwawancarai di ruangannya pada Rabu (21/5/2025). DPKH Kaltim mendorong pola pemeliharaan sapi Bali dari ekstensif ke intensif lewat program PDKT untuk meningkatkan efisiensi, pengelolaan limbah, dan kesejahteraan peternak. (TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sapi Bali jadi andalan dalam pengembangan Desa Korporasi Ternak di Kalimantan Timur

Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Kalimantan Timur, Fahmi Himawan pada Rabu (21/5/2025). 

Dia menjelaskan bahwa jenis sapi yang digunakan dalam program Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT) sebagian besar merupakan sapi Bali. 

Hal ini disesuaikan dengan kondisi lokal dan budaya beternak masyarakat di Kalimantan Timur. 

Baca juga: Jelang Idul Adha 2023, Peminat Sapi Bali di Samarinda Meningkat, Harga Hingga Rp30 Juta

Sapi Bali dikenal sebagai jenis ternak dominan di Kalimantan Timur dengan populasi mencapai sekitar 90 persen dari total sapi yang ada di wilayah ini. 

Masyarakat juga telah lama terbiasa memelihara jenis sapi ini karena ketahanannya terhadap iklim tropis.

Adaptasinya terhadap pakan lokal, serta kualitas dagingnya yang baik untuk kebutuhan konsumsi dan kurban.

Namun, selama ini pola pemeliharaan sapi Bali cenderung dilakukan secara ekstensif, yakni dibiarkan merumput bebas di kebun sawit, pinggir hutan, dan lahan bekas tambang.

"Jadi dengan PDKT kita coba lakukan transformasi pola pemeliharaannya dari ekstensif menjadi intensif," ujar Fahmi.

Baca juga: Kini Tersedia Seribu Ekor Sapi untuk Idul Adha di PPU

Melalui program PDKT yang mulai dilaksanakan sejak 2024, DPKH Kaltim mendorong perubahan sistem peternakan dari metode tradisional menuju pola pemeliharaan intensif. 

Dalam sistem intensif, sapi-sapi ditempatkan dalam kandang permanen.

Sehingga lebih mudah dipantau kesehatannya, proses vaksinasinya, serta pengelolaan limbah ternaknya.

Sebelumnya, Kalimantan Timur juga sempat menerapkan pola semi-intensif melalui miniranch area terbatas untuk menggembala sapi.

Namun kini, dengan sistem intensif, penanganan limbah padat maupun cair dari ternak bisa lebih optimal.

Limbah tersebut nantinya akan diolah menjadi pupuk organik atau bahkan dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan seperti biogas.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved