Liputan Khusus
Pengamat Soal Prostitusi di IKN Kaltim: Konsekuensi Kawasan Berkembang dan Kontrol Sosial Lemah
Prostitusi marak di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur (Kaltim).
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Christoper Desmawangga
TRIBUNKALTIM.CO - Prostitusi marak di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur (Kaltim).
Fenomena prostitusi yang semakin marak di sekitar kawasan IKN menjadi sorotan berbagai kalangan.
Pembangunan besar-besaran yang menarik gelombang pendatang dari berbagai daerah dinilai memunculkan dampak sosial yang tidak bisa diabaikan, salah satunya adalah merebaknya praktik prostitusi secara masif.
Pengamat Sosial Universitas Mulawarman (Unmul), Sri Murlianti, menjelaskan bahwa fenomena ini adalah konsekuensi logis dari perubahan sosio-kultural yang terjadi di kawasan yang tengah berkembang pesat ini.
Baca juga: Tamu Banyak dan Royal, Pengakuan Pelaku Prostitusi di IKN Kaltim, Segini Besaran Tarifnya
Baca juga: Laporan Khusus Praktik Prostitusi di IKN Kaltim, Open BO Lewat Aplikasi Ada Ratusan, Tarif Beragam
Menurutnya, keterbukaan suatu wilayah terhadap pembangunan akan membuka ruang masuknya berbagai budaya luar, termasuk praktik-praktik menyimpang seperti prostitusi.
Sebelumnya, praktik prostitusi memang sudah ada, namun masih terbatas dan bersifat tersembunyi.
Ketika penduduk lokal masih sedikit dan saling mengenal, kontrol sosial terhadap perilaku menyimpang masih dapat dilakukan dengan cukup efektif.
“Sekurang-kurangnya praktiknya tidak terang-terangan, karena orang masih menjaga citra sosial, agar tidak dikenali perilakuknya oleh orang-orang terdekat yang dikenalinya,” kata Sri Murlianti kepada Tribun Kaltim.
Baca juga: Laporan Khusus Praktik Prostitusi di IKN Kaltim, Open BO Lewat Aplikasi Ada Ratusan, Tarif Beragam
Namun kini, dengan semakin banyaknya pekerja migran yang datang ke IKN tanpa membawa keluarga, kondisi menjadi berbeda.
Ketidakhadiran pasangan atau keluarga menyebabkan individu lebih bebas dalam mengakses layanan prostitusi tanpa rasa takut atau malu.
Sementara itu, warga sekitar juga tidak memiliki keterikatan sosial yang kuat dengan para pendatang tersebut, sehingga kontrol sosial semakin longgar.
“Massifnya pekerja migran masuk ke IKN, membuat ikatan sosial tak sekuat sebelumnya, begitu banyak warga tak saling kenal, tak saling mengurus perilaku orang lain karena dianggap ‘orang lain’. Cairnya ikatan sosial tentu berakibat kontrol sosial melemah.” ucapnya
Baca juga: Kaltim Terima 13 Sapi Kurban dari Presiden Prabowo, 2 untuk Wilayah IKN
Ia menambahkan bahwa kondisi ini menjadikan banyak pendatang, khususnya yang jauh dari keluarganya, menjadi kelompok yang rentan terjerumus dalam praktik prostitusi.
Di tempat baru yang dipenuhi oleh wajah-wajah asing, sangat sulit membangun ikatan sosial yang kuat layaknya di lingkungan lama yang lebih akrab.
“IKN akan semakin metropolis-individualis, persoalan-persoalan seperti ini akan segera dipandang sebagai masalah masing-masing individu, kontrol sosial yang kuat sulit diterapkan pada pendatang yang asing dan datang dalam jumlah yang massif.”
Situs Sejarah Kaltim Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Edukasi, Masterplan Terpadu Belum Ada |
![]() |
---|
7 Situs Sejarah Kemerdekaan yang Jadi Cagar Budaya di Kaltim, Kendala Pelestarian: Anggaran dan SDM |
![]() |
---|
Runtuhnya Kerajaan Berau Akibat Politik Adu Domba, Melahirkan Kesultanan Gunung Tabur dan Sambaliung |
![]() |
---|
Sumpit Jadi Senjata Usir Belanda, Jejak Sejarah Masyarakat Paser dan Berau Lawan Penjajah |
![]() |
---|
Menyusuri Bunker Jepang di Manggar Baru Balikpapan, Menyimpan Bisik dari Masa Lalu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.