Berita Kutim Terkini

Percepatan Penurunan Stunting di Kutim Kaltim, Istri Bupati Ardiansyah jadi Orangtua Asuh Genting

Hal itu akan diwujudkan dengan surat edaran dari Bupati Kutai Timur yang ditujukan kepada seluruh OPD dan perusahaan-perusahaan di Kutai Timur

Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS
STUNTING DI KUTIM - Program Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting (Genting) menjadi unggulan dalam rangka percepatan penurunan stunting di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Program Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting (Genting) menjadi unggulan dalam rangka percepatan penurunan stunting di Kabupaten Kutai Timur.

Program yang diinisiasi oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim yang mengharapkan perusahaan dan kepala perangkat daerah untuk menjadi orang tua asuh dalam program Genting.

Hal itu akan diwujudkan dengan surat edaran dari Bupati Kutai Timur yang ditujukan kepada seluruh OPD dan perusahaan-perusahaan yang ada di Kutai Timur.

"Surat edaran terkait program ini tengah dalam proses penandatanganan oleh Bupati Kutai Timur, jadi kita semua berkesinambungan," ujar Kabid Ketahanan Kesejahteraan Keluarga DPPKB, Ani Saida, Senin (16/6/2025).

Baca juga: Anggaran Rp178 Miliar Digelontorkan, Pemkab Berau Serius Tekan Stunting hingga 14 Persen

Program Genting juga telah direalisasikan oleh Istri Bupati Kutai Timur, Siti Robiah yang telah menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang berisiko stunting.

Ia telah memberikan perhatiannya kepada masyarakat Kelurahan Teluk Lingga yang diwujudkan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) sebanyak 10 paket kepada ibu hamil dan anak di bawah dua tahun yang termasuk dalam keluarga risiko stunting (KRS) di RT 010, Jalan Barito.

PMT yang dimaksud berupa telur ayam, susu formula, susu untuk ibu hamil serta makanan tambahan lainnya.

"Bagi ibu hamil juga penting untuk mengukur lingkar lengan untuk memantau pertumbuhan janin," ujar Siti Robiah yang juga menjabat sebagai Ketua TP PKK Kutai Timur.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya bagi suami untuk mengurangi bahkan berhenti merokok demi kesehatan keluarga.

Sebab, menurutnya kesehatan merupakan modal utama bagi keluarga.

Ia juga menyebarkan terkait indikator KRS yang meliputi tidak menggunakan KB, sanitasi yang buruk, tak memiliki air bersih hingga pola asuh anak yang kurang tepat.

Padahal, pemerintah tengah mengupayakan untuk program Indonesia Emas di tahun 2045 mendatang dengan memanfaatkan bonus demografi.

Salah satunya melalui percepatan penurunan stunting.

Baca juga: Kasus Stunting di Balikpapan Masih Tinggi, Partisipasi ke Posyandu Rendah Jadi Tantangan Pencegahan

"Sehat adalah modal penting, kita harus bersyukur keluarga kita sehat," tegasnya.

Sebagai tambahan, penyaluran PMT bagi keluarga yang berisiko stunting dilakukan selama 6 bulan berturut-turut dengan pemantauan.

Jika setelah 6 bulan keluarga telah normal, tidak masuk dalam risiko stunting maka PMT akan dihentikan.

Sebaliknya, jika setelah 6 bulan anak masih terindikasi risiko stunting maka bantuan PMT akan dilanjutkan selama 6 bulan lagi hingga anak dinyatakan sehat. (*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved