Berita Paser Terkini

Kisah Sri, Wanita di Balik Batik Tanjung Langit Paser, Tembus Pasar Digital dan Instansi Pemerintah

Sri, pemilik rumah produksi Batik Tanjung Langit. Bersama sang suami, Sri telah menekuni dunia batik selama lebih dari 13 tahun.

TRIBUNKALTIM.CO / RAYNALDI PASKALIS
BATIK - Pemilik rumah produksi batik Tanjung Langit, sri saat ditemui di gerai penjualan batiknya. Sabtu (21/6/2025) Selama lebih dari 13 tahun, pengrajin batik di Kabupaten Paser terus mengembangkan produksi batik bermotif khas daerah dengan teknik cap semi tulis dan pemasaran yang menjangkau hingga luar daerah. (TRIBUNKALTIM.CO / RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, PASER - Usaha pelestarian budaya lokal terus tumbuh di Kabupaten Paser, salah satunya melalui tangan-tangan kreatif pengrajin batik. Sri, pemilik rumah produksi Batik Tanjung Langit. Bersama sang suami, Sri telah menekuni dunia batik selama lebih dari 13 tahun.

Proses panjang itu bermula dari keikutsertaannya dalam pelatihan dasar membatik yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindakop) Kabupaten Paser.

Tidak berhenti di situ, Sri dan suami juga memperdalam keterampilan mereka hingga ke Pulau Jawa. Hasilnya, mereka mulai bisa memproduksi batik sendiri, meski awalnya masih sangat terbatas.

“Ya awalnya ya masih berapa warna, berapa motif gitu. Tapi sekarang sudah nambah-nambah berapa motif. Setiap tahun nambah motif baru,” ujar Sri kepada Tribunkaltim.co pada Sabtu (21/6/2025)

Dari Teras Rumah ke Rumah Produksi Sendiri

Kini, rumah produksinya telah menghasilkan sekitar 40 hingga 50 motif batik, dengan teknik pembuatan cap semi tulis. Tokonya sendiri baru berdiri sekitar tiga hingga empat tahun terakhir. Sebelumnya, semua kegiatan, baik produksi maupun penjualan, dilakukan dari rumah pribadi mereka.

Baca juga: Kisah Sukses dr. Nur Ayu Hasanah Berhasil Bawa Wilayah Kariangau Keluar dari Zona Merah Stunting

“Awalnya ikut jadi satu di rumah, produksi sama penjualan di rumah,” kenang Sri.

Perjalanan usahanya dimulai secara sederhana. Produksi awal dilakukan di teras rumah karena belum memiliki tempat sendiri. Namun kini, Batik Tanjung Langit sudah memiliki rumah produksi sendiri dan memperkerjakan enam orang karyawan.

20250621_Batik_Tanjung_Langit_Paser
BATIK LOKAL - Setiap motif batik Tanjung Langit membawa nilai budaya lokal. Penggunaan ornamen dan warna khas daerah bertujuan untuk mengangkat jati diri Paser ke kancah lebih luas. (TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS)

Dalam satu hari kerja biasa, proses mencetak bisa menghasilkan sekitar 20 lembar batik per orang. Bila cuaca mendukung, tahap pewarnaan bisa menyelesaikan hingga 30 lembar.

Setelah melalui proses pengeringan, kain-kain tersebut direbus setiap dua hari sekali dengan jumlah mencapai ratusan lembar per perebusan.

Namun, satu tantangan yang belum terpecahkan hingga kini adalah ketersediaan bahan baku lokal. Semua kebutuhan produksi masih didatangkan dari luar daerah.

Baca juga: Kisah Mantan Pegawai Bank jadi Garda Terdepan untuk Tumbuh Kembang Anak di Loa Kulu Kukar

“Kalau bahan dari Jawa semua soalnya disini enggak ada semua mulai bahan kain sampai pewarnaan sampai semuanya pokoknya bahan dari Jawa,” jelasnya.

Meski demikian, Batik Tanjung Langit tetap menjaga ciri khas daerah Paser. Warna dominan kuning dan hitam menjadi karakter kuat batik mereka, dilengkapi dengan motif khas seperti flora pakis dan tameng yang terinspirasi dari budaya dan alam sekitar.

Motif-motif yang digunakan dalam batik produksi Tanjung Langit mencerminkan kekayaan budaya Kabupaten Paser. Corak khas seperti flora pakis, ornamen tameng, serta kombinasi warna hitam dan kuning menjadi identitas dari batik yang diproduksi.

Terdapat Identitas Budaya dalam Setiap Kain

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved