Terjawab Kenapa Malam 1 Suro Tidak Boleh Keluar Rumah dalam Tradisi Jawa

Peringatan malam 1 Suro tidak terlepas dari budaya keraton. Dulu, keraton sering kali melakukan upacara dan ritual yang diwariskan secara turun temurun.

Kerton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta menganggap malam 1 Suro sebagai malam yang suci serta bulan yang penuh rahmat.

Namun, di balik itu terdapat makna yang lebih dalam.

Malam 1 Suro adalah momen yang sangat dianjurkan untuk perbanyak doa dan beribadah. 

Pergeseran tahun ini dimaknai sebagai kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa, zikir, dan "tuguran" (berjaga semalam penuh).

Para budayawan menafsirkan anjuran untuk berdiam di rumah sebagai dorongan untuk mencapai kekhusyukan dan kedamaian batin.

Ini adalah wujud dari budidaya diri (self-cultivation) guna menyambut tahun baru dengan jiwa yang lebih jernih dan hati yang tenang.

Keheningan dan fokus di dalam rumah diyakini dapat menciptakan ruang yang kondusif bagi pengembangan spiritual.

Selain tidak keluar rumah, pantangan lain yang juga sering dipatuhi.

Pantangan di Malam 1 Suro

Sebagian masyarakat percaya bahwa larangan malam 1 Suro yakni dilarang berpergian kecuali untuk berdia atau melakukan ibadah lain. 

1. Larangan Keluar Rumah

Ketika malam 1 Suro, sebagian besar orang akan memiliki berdiam diri di rumah.

Beberapa keyakinan menyebut bahwa orang yang memiliki kesialan weton tertentu memang dilarang keluar rumah karena dapat mengalami kesialan.

Tidak hanya itu, pada malam 1 Suro juga diyakini bahwa orang-orang yang bersekutu dengan setan sedang mencari tumbal untuk memupuk kekayaan atau menambah kesaktian mereka.

2. Tidak Boleh Bicara atau Berisik