Tahun Baru Islam 2025

Terjawab Kenapa Malam 1 Suro Tidak Boleh Keluar Rumah dalam Tradisi Jawa

Di antara berbagai kepercayaan terdapat anjuran untuk tidak keluar rumah pada malam 1 Suro. Tetapi, kenapa malam 1 suro tidak boleh keluar ?

Editor: Nisa Zakiyah
Tribunkaltim.co
MALAM 1 SURO - Desain Malam 1 Suro yang diolah dengan aplikasi visual Canva. Di antara berbagai kepercayaan terdapat anjuran untuk tidak keluar rumah pada malam 1 Suro. Tetapi, kenapa malam 1 suro tidak boleh keluar ? 

Pada malam itu, mubeng benteng dilakukan dengan berjalan kaki mulai dari Keraton Yogyakarta, alun-alun utara, ke daerah barat (Kauman), ke selatan (Beteng Kulon), ke timur (Pojok Beteng Wetan), sampai ke utara lagi dan kembali ke Keraton.

Ketika proses mubeng benteng, para abdi dalem keraton mengenakan pakaian khas Jawa dan tidak beralaskan kaki.

Di belakangnya, masyarakat umum akan mengikuti arak-arakan tersebut. Mereka juga tidak memakai alas kaki.

Berjalan tanpa alas kaki memiliki arti untuk lebih mendekatkan diri dan penunjukkan rasa cinta kepada alam semesta.

Selama perjalanan dilakukan, seluruh peserta baik dari abdi dalem keraton dan masyarakat umum sama-sama melafalkan tasbih di jari kanan dan memanjatkan doa kepada Tuhan.

2. Jamasan Pusaka atau Ngumbah Keris

Di malam 1 Suro, Keraton Yogyakarta juga melakukan prosesi jamasan pusaka atau siraman pusaka.

Dalam upacara tersebut, pusaka-pusaka milik Keraton Yogyakarta akan dibersihkan atau dimandikan.

Pusaka-pusaka yang dibersihkan di antaranya senjata, kereta, alat-alat berkuda, bendera, vegetasi, gamelan, serat-serat (manuskrip), dan lain-lain.

Fungsi benda-benda tersebut pada zaman dahulu menjadi sorotan atau tolak ukur barang tersebut dapat dikategorikan sebagai pusaka.

Sementara itu, jamasan pusaka dilakukan untuk menghormati dan merawat seluruh pusaka yang dimiliki keraton.

Namun, Keraton Yogyakarta mengungkapkan bahwa setidaknya ada dua aspek latar belakang pelaksanaan jamasan pusaka, yakni mengenai hal teknis dan spiritual.

Padahal teknis, tradisi ini bertujuan untuk merawat benda-benda yang menjadi warisan dari orang-orang terdahulu.

Adapun, aspek spiritual dari tradisi ini adalah sebagai penyambutan oleh masyarakat Jawa terhadap datangnya malam 1 Suro. (*)

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved