Berita Nasional Terkini

Pengamat Ini Percaya Pemakzulan Gibran Pasti Terjadi, Politisi DPR RI Menunggu Momentum yang Tepat

Pengamat ini percaya pemakzulan Gibran pasti terjadi. Politisi DPR RI menunggu momentum yang tepat.

Tribunnews.com/ Taufik Ismail
PEMAKZULAN GIBRAN - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (17/12/2024). Pengamat ini percaya pemakzulan Gibran pasti terjadi. Politisi DPR RI menunggu momentum yang tepat. (Tribunnews.com/ Taufik Ismail) 

TRIBUNKALTIM.CO - Pengamat ini percaya pemakzulan Gibran Rakabuming pasti terjadi.

Politisi DPR RI menunggu momentum yang tepat untuk memulai proses pemakzulan Gibran.

Isu pemakzulan Gibran dari kursi wakil presiden belakangan semakin kencang berhembus.

Surat tuntutan pemakzulan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka yang tidak juga dibacakan di DPR menjadi sorotan. 

Analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai pembacaan surat tersebut menunggu momentum yang tepat.

Baca juga: Try Sutrisno Tidak Diajak Desak Pemakzulan Gibran, Ini Penjelasan Forum Purnawirawan TNI

Hal ini disampaikan Hensa, sapaan akrab Hendri Satrio, dalam tayangan Satgas Kelitik yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Kamis (3/7/2025).

"Saya ingin membahas kenapa tidak dibacakan surat Mas Gibran itu di DPR," kata Hendri.

"DPR itu kan lembaga politik ya. Banyak sekali orang-orang politik. Bukan banyak sekali, semua anggota DPR itu adalah orang-orang politik," jelasnya,

Ia beralasan ada orientasi kepentingan para anggota dewan yang notabene sebagai orang politik sehingga tak sembarangan mengambil langkah. 

"Dan orang-orang politik ini berpikirnya dua hal. Kalau enggak kepentingan ya kekuasaan," tambahnya.

Meski demikian Hendri justru hal tersebut hanya menunggu saat yang tepat untuk mengambil perihal tuntutan purnawirawan TNI itu. 

 "Nah, mungkin mereka menunggu momentum yang tepat untuk membacakan surat apa usulan-surat atau surat-usulan pemakzulan Gibran ini," imbuhnya.

Selain itu isu semacam ini juga bisa dijadikan sebagai alat tawar-menawar bagi pemegang kekuasaan.

"Jadi, mereka tunggu momentum juga sebagai penguasa. Mungkin ini dijadikan hak tawar juga atau alat tawar-menawar supaya wapres ini mengikuti Pak Prabowo," papar Hensa.

"Mungkin pada saatnya tiba, ini bisa digunakan untuk justru alat untuk memakzulkan beneran gitu," tambahnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved